Dilan adalah sindiran pada penguasa yang, wakil rakyat, keadaan, lingkungan relasi manusia dan agama yang tengah panas dingin. Semua orang pengin eksis, Ulama ingin mendapat panggung, Pejabat ingin mendapat simpati, rakyat kebingungan mencari sosok negarawan yang murni berjuang untuk mereka. Partai --partai politik sedang bersolek, memoles diri, dan menghilangkan kelemahan dengan menebarkan "lipstick kebaikan". Pencitraan sedang mewabah dan mereka hidup dalam topeng-topeng kesantunan dan wajah wajah t(m)ulus padahal muka aslinya penuh jerawat dan  comedo.
Menonton Dilan adalah menonton kisah cinta, mungkin bukan asli pengalaman penulis tapi ia menciptakan fantasi akan sosok Dilan yang unik dan membuat perempuan seperti Milea sampai terbayang-bayang dan terngiang-ngiang rayuannya. Akupun jujur jujur baper habis, istriku seperti termakan rayuan Dilan dan keponakan yang ABG sampai harus mengulang menonton kembali supaya punya bekal merayu pacarnya yang sedang  ngambeg.
"Milea"
"Apa Dilan?"
" Jangan rindu, berat. Kau takkan kuat. Aku saja."
ABG tua jangan baper
Jadi bagi yang sedang mekar- mekarnya  menikmati masa remaja bolehlah menonton dilan tapi tidak dianjurkan yang sedang  dalam masa puber kedua....bisa terjadi perang besar karena terlalu baper. Jangan bilang kata-kata Dilan dipraktekkan pada teman kantormu. Bisa digampar nanti oleh istri yang menunggu setia di rumah.
Tapi bolehlah bilang pada istri anda saat meeting  dan harus menginap untuk beberapa lama di luar kota begini;
"Sayang nanti kalau  kamu  mau tidur,  percayalah aku sedang mengucapkan  selamat tidur dari jauh. Kamu nggak akan dengar.
U huiii so sweet...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H