Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Literasi yang Terabaikan

3 Januari 2018   13:23 Diperbarui: 3 Januari 2018   13:35 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamisme anak muda itulah yang harus dipahami agar anak muda merasa yakin bahwa kreatifitasnya akan memberi jaminan kehidupan masa depan. "Age considers; youth ventures." Tidak ada batasan usia untuk sukses, semuda apapun selalu ada celah untuk berhasil.(Rabindranathtagore)

Literasi sebagai basis kemajuan teknologi

Kembali membahas literasi. Kemauan anak muda untuk mencintai dunia literasi harus terus ditumbuhkembangkan. Dengan menyukai membaca tentu akan membuka wawasan berpikir, mengembangkan imajinasi pikiran, bukan hanya memanfaatkan kemampuan otak dengan menyerap pengetahuan lewat visual (layar kaca).

Penjajahan visual yang berdampak negatif tentu akan membuat masyarakat menjadi pragmatis, lebih menyukai budaya instan dan lebih mengidolakan artis-artis layar kaca daripada tokoh-tokoh tangguh dunia nyata.

Membaca sebagai kebiasaan dapat mendorong keinginan manusia untuk mengabadikan pengalaman, imajinasi, pendapat dengan menulis. Dengan menulis catatan sejarah akan bertambah dan tentu meningkatkan luasnya pola pikir masyarakat untuk tidak mudah tersulut dengan berita hoax sebelum melakukan klarifikasi atau meningkatkan nalar pembaca untuk berpikir, merenung dan dewasa dlam menyerap sebuah informasi. Jika masyarakat sudah terbiasa  berpikir tentu tidak mudah termakan isu-isu yang beredar di media sosial.

Negara-negara maju seperti Korea, Jepang, China dan Eropa serta Amerika Serikat adalah negara-negara yang mempunyai kebiasaan membaca sebagai dasar untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Dengan membuka wawasan selebar-lebarnya mereka akan menemukan kenyataan bahwa banyak hal yang bisa dikembangkan ketika pikiran, imajinasi, kreatifitas, seni bergerak seimbang. 

Inovasi inovasi akan bergerak dinamis, sehingga penemuan demi penemuan teknologi selalu bermunculan. Jika penemuan dan inovasi terus bergerak tentu akan mempermudah negara mendorong usaha mandiri masyarakatnya. Beda jika setiap inovasi selalu mendapat perlakuan "nyinyir" dan cenderung "dilecehkan" sebagai  tindakan norak, pencitraan, "ada maunya" dan ujaran-ujaran pesimis lainnya.

Masyarakat harus mengubah mindset dari dalam dirinya. Siap bersaing dan bekerja keras untuk kemajuan bangsa, siapapun pemimpinnya harus didukung jika niat dan terobosannya memberi manfaat orang banyak.

Namun kekritisan masyarakat juga harus tetap dipelihara,jangan hanya karena kebetulan seiman, seideologi,  harus mengaminkan apa saja yang tidak seharusnya dilakukan. Mendukung bukan berarti membabi buta membela, kritis tidak hanya sekedar beda dan apatis terhadap kenyataan bahwa ada kemajuan dan progress dari pemimpinnya.

Semua itu bisa dilakukan jika masyarakat telah melek literasi yang mendorong masyarakat untuk  dewasa dalam memandang sesuatu karena pola pikirnya terbuka dan menerima kritikan dan perbedaan sebagai bagian dari dinamika kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun