Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Literasi yang Terabaikan

3 Januari 2018   13:23 Diperbarui: 3 Januari 2018   13:35 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi jembatan ambruk dan papan peringatan yang terabaikan(republika.co.id)

Ambruknya Jembatan gantung (Jembatan Penangkaran Rusa Cariu, Desa Sirnarasa, kecamatan Tanjungsari) di Bogor itu hasil kecelakaan murni?karena kelalaian petugas atau karena gagalnya wisatawan membaca peraturan- peraturan yang sudah tertulis dan terpampang di dekat jembatan? Di dekat jembatan sudah tertulis kapasitas maksimal penyeberang, tapi karena masyarakat terlalu abai tulisan itu hanya sekedar pajangan dan masyarakat cenderung melanggarnya. Akibatnya fatal, jembatan ambruk 1 orang dilaporkan tewas dan puluhan lain luka berat hingga ringan.

Abainya masyarakat pada bacaan-bacaan yang penting dan cenderung melanggarnya karena masyarakat tidak terbiasa dengan peraturan tertulis. Ini mengindikasikan betapa kemampuan literasi masyarakat begitu rendah. Andai saja masyarakat peduli dengan tulisan-tulisan peringatan, tentu kecelakaan bisa diminimalisir, angka kematian akibat human error bisa ditekan.

Di media sosialpun kebanyakan pembaca media sosial bukanlah orang yang melek literasi. Mereka hanya sering membaca judul lalu berkomentar "ngalor ngidul". Banyak pengguna membagikan tautan artikel tanpa dipikir, malah dibumbui dengan komentar yang sebetulnya tidak nyambung dengan isi tulisan sebenarnya.

Penggunaan WA (wattshap), Line, Path, Instagram, Twitter, Facebook untuk menyebarkan berita-berita yang menyudutkan pihak tertentu dan memanaskan situasi tentu menjadi kontraproduktif dan membawa masyarakat hidup dalam pusaran konflik terus menerus.

Membaca Sebagai Habitus Baru

"Membaca adalah habit, membaca adalah kebutuhan, membaca adalah hobi.. "penulis pikir jika ada orang mengatakan itu tentu bukan orang Indonesia. Masyarakat Jepang adalah salah satu pembaca aktif. 90 % dari mereka selalu menyempatkan diri untuk membaca, entah pengetahuan, sastra maupun artikel lainnya.

Di Indonesia senjakala media mainstream semacam koran, majalah, tabloid rasanya tinggal menunggu waktu. Banyak  media mainstream yang gulung tikar karena kurangnya minat baca masyarakat. Hal ini diperparah dengan migrasi pembaca ke media digital. Akses berita dapat dengan mudah ditemukan di gadget.Berbagai media nasional mulai mengalihkan perhatian ke media online, ini untuk mengantisipasi perkembangan digital yang memang mau tidak mau harus diikuti.

Tahun- tahun ini pertumbuhan startup amat subur. Mal-mal mulai sepi dan retail lebih menyasar bisnis online yang lebih menjanjikan. Pergerakan bisnis di dunia maya lewat internet sebagai basisnya mulai mengerek perekonomian dunia. Terhitung Ali Baba , Uber (Amerika Serikat dengan basis rental dengan aplikasi), Facebook, Instagram, pinterest, Xiaomi, China Internet Plus, flipkart (India; berdiri di Bangalore India sedangkan Indonesia ada Tokopedia, Blibli.com, Bukalapak,blanja.com lazada, traveloka  menjanjikan bisnis masa depan.

Rata- rata pelaku bisnis startup adalah anak muda. Pikirannya masih fresh, kreatifitasnya tinggi dan daya tangkap pada teknologi baru cepat. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi anak muda menemukan peluang-peluang usaha berbasis internet. Mulai dari jasa travelling, kuliner, retail, fashion, entrepreneur. Dengan membaca tips-tips dari internet browsing peluang bisnis, melihat tutorial di youtube.

Anak-anak muda memberi harapan bahwa mereka yang selama ini dipandang dengan pesimis karena aktifitasnya yang terlalu gadget mainded, terlalu larut dalam permainan game dan perilaku lainnya yang membuat orang tua "galau" dengan sepak terjang anak muda zaman now. Kadang kekhawatiran orang tua terlalu berlebihan sehingga kreatifitas anak muda terhambat karena proteksi orang tua yang berlebihan.

Yang dilakukan oleh orang tua sekarang hanyalah mengikuti aktifitas anak muda, memberi bimbingan dengan pendekatan pola pikir anak muda yang gampang bosan dalam hal pekerjaan, cenderung anti kemapanan dan selalu ingin suasana baru.

Dinamisme anak muda itulah yang harus dipahami agar anak muda merasa yakin bahwa kreatifitasnya akan memberi jaminan kehidupan masa depan. "Age considers; youth ventures." Tidak ada batasan usia untuk sukses, semuda apapun selalu ada celah untuk berhasil.(Rabindranathtagore)

Literasi sebagai basis kemajuan teknologi

Kembali membahas literasi. Kemauan anak muda untuk mencintai dunia literasi harus terus ditumbuhkembangkan. Dengan menyukai membaca tentu akan membuka wawasan berpikir, mengembangkan imajinasi pikiran, bukan hanya memanfaatkan kemampuan otak dengan menyerap pengetahuan lewat visual (layar kaca).

Penjajahan visual yang berdampak negatif tentu akan membuat masyarakat menjadi pragmatis, lebih menyukai budaya instan dan lebih mengidolakan artis-artis layar kaca daripada tokoh-tokoh tangguh dunia nyata.

Membaca sebagai kebiasaan dapat mendorong keinginan manusia untuk mengabadikan pengalaman, imajinasi, pendapat dengan menulis. Dengan menulis catatan sejarah akan bertambah dan tentu meningkatkan luasnya pola pikir masyarakat untuk tidak mudah tersulut dengan berita hoax sebelum melakukan klarifikasi atau meningkatkan nalar pembaca untuk berpikir, merenung dan dewasa dlam menyerap sebuah informasi. Jika masyarakat sudah terbiasa  berpikir tentu tidak mudah termakan isu-isu yang beredar di media sosial.

Negara-negara maju seperti Korea, Jepang, China dan Eropa serta Amerika Serikat adalah negara-negara yang mempunyai kebiasaan membaca sebagai dasar untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Dengan membuka wawasan selebar-lebarnya mereka akan menemukan kenyataan bahwa banyak hal yang bisa dikembangkan ketika pikiran, imajinasi, kreatifitas, seni bergerak seimbang. 

Inovasi inovasi akan bergerak dinamis, sehingga penemuan demi penemuan teknologi selalu bermunculan. Jika penemuan dan inovasi terus bergerak tentu akan mempermudah negara mendorong usaha mandiri masyarakatnya. Beda jika setiap inovasi selalu mendapat perlakuan "nyinyir" dan cenderung "dilecehkan" sebagai  tindakan norak, pencitraan, "ada maunya" dan ujaran-ujaran pesimis lainnya.

Masyarakat harus mengubah mindset dari dalam dirinya. Siap bersaing dan bekerja keras untuk kemajuan bangsa, siapapun pemimpinnya harus didukung jika niat dan terobosannya memberi manfaat orang banyak.

Namun kekritisan masyarakat juga harus tetap dipelihara,jangan hanya karena kebetulan seiman, seideologi,  harus mengaminkan apa saja yang tidak seharusnya dilakukan. Mendukung bukan berarti membabi buta membela, kritis tidak hanya sekedar beda dan apatis terhadap kenyataan bahwa ada kemajuan dan progress dari pemimpinnya.

Semua itu bisa dilakukan jika masyarakat telah melek literasi yang mendorong masyarakat untuk  dewasa dalam memandang sesuatu karena pola pikirnya terbuka dan menerima kritikan dan perbedaan sebagai bagian dari dinamika kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun