"Ah enggak mau, aku khan sedang menasehati diri sendiri bukan memberi kotbah pada orang lain."
"Tapi kau seperti rahib, seperti ustadz, seperti ahli agama gitu."
"Bukankah setiap orang beriman bisa mendeskripsikan ajarannya, jadi sah jika aku mencoba menggambarkan seberapa besar kadar imanku jik aku tanya."
"Tapi betul kau sekelas dengan para ahli agama itu?
"Ah, aku belum apa-apanya disbanding mereka."
"Kau merendah saja kawan."
"Ya sudahlah tidak usahlah berdebat, yakini saja apa yang menjadi keyakinanmu, tidak usah ikut campur keyakinan yang lain."
"Sayangnya di media sosial sekarang ini banyak orang merasa telah menjadi ahli agama sehingga perlu mengajari orang tentang kebaikan, Cuma sayangnya ada yang merasa sok suci sehingga memaksa orang lain setuju dengan pendapatnya, bahkan memaksa lagi."
"aku tidak mau komentar"
"Iya, Seru saja sih membaca komentar dari ribuan dialog di medsos. Ini perang, kotbah atau sedang kumur- kumur nggak jelas. Mending matikan Smartphone saling jabat, saling menghargai dan usaha yang tekun ya..."
'Kalau punya smartphone ya gunakan sesuai fungsinya, tidak usahlah membuat berita bohong, menebar kebencian dan membuat perbedaan seakan- akan sebuah aib dan dosa. Khan Tuhan menciptakan manusi berbeda-beda."