Kalau masyarakat sekarang terbelah akibat media-media yang berpihak (Tirto.id, Seword, Portal Piyungan ) atau portal-portal (platform blog lain yang abu abu Selasar, Kompasiana, Kumparan (susah menyebutnya karena pergumulan dunia internet yang beragam dan susah menyebutkan satu persatu).
Dunia maya telah menyedot ruang sosial masyarakat, jika dulu diskusi harus dilakukan dengan mempertemukan banyak orang dalam sebuah ruang nyata, sekarang diskusi bisa dilakukan dalam kesunyian, ruang pojok di warung kopi kafe dsb tanpa harus ketemu orang. Jagat maya mempunyai ruang tersendiri untuk berdebat dan saling memaki.
 Dampak Negatif Media Sosial
Tapi apakah keriuhan di media sosial berdampak signifikan dengan terkotak-kotaknya ideologi masyarakat. Beberapa hal yang berdampak negatif adalah masyarakat menjadi lebih individualis, Kesehatan terganggu, waktu banyak terbuang sia sia dengan terlalu asyiknya memegang smartphone untuk berselancar,kurang pergaulan, uang tersedot untuk tagihan internet, kadang lupa berdoa saking asyiknya menulis status, menulis artikel di internet.
Kembali ke pembicaraan awal tentang betapa seksinya dunia politik menjadi santapan enak para penulis yang ingin meraih antuasme pembaca. Kadang dengan judul sensasional saja ribuan pembaca mampir. Kadang sudah menggebu melihat judulnya ternyata isinya hanya berita bombastis tanpa isi. Jika Ingin memahami politik lebih dalam sebetulnya pembaca perlu membaca kolom Gunawan Muhammad atau sejarah perang dunia yang ditulis oleh P K Ojong, St. Sularto, Trias Kuncahyono.
 Secangkir Kopi dan Diskusi seru Politik
Jika bicara tentang politik pria-pria menjadi lebih genit, apalagi ditemani oleh secangkir kopi, mereka akan menggebu-gebu seakan dunia sudah dalam genggaman. Bahwa politik itu sebetulnya cair dan mengasyikkan tapi bertabrakan dengan pendapat umum bahwa dunia politik itu amat kotor, penuh intrik, penuh drama dan penuh kepura-puraan. Kalau dalam dunia cinta politik itu amat dibenci (benci bisa saja berkonotasi benar-benar cinta ). Bagaimana ini? Apalah anda para penulis politik merasa seksi karena tulisan anda akan selalu dilirik. Untuk penulis fiksi bersabarlah suatu saat dunia akan memihak anda seperti peribahasa ini :life is always changing, face it as good as you can cause you only life once .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H