Menapaki gua -- gua peziarahan,
dari detik ke detik dari menit ke menit terdiam sambil menatap Patung  Maria dengan berbagai rupa
wajah yang tersenyum seperti hendak membuka  bincang-bincang
dengan bahasa yang dimengerti semua manusia
Ia tahu bahkan hanya dengan diam saja
tanpa berkata, hanya  menelusuri ruang bathin, selasar jiwa
Dalam diamku ketemukan  dunia
dalam sepiku kuresapi cinta.
Ini adalah penziarahan,
 ruang  kasih seorang ibu
yang dengan sabar mengikuti  perjalanan anak manusia
dalam proses menuju penebusan dosa umat manusia.
Ibu yang merasakan detik-detik waktu dari sengsara saat melahirkan hanya di sebuah kandang domba,
tertatih-tatih berjalan dalam debu-debu pengap dari Bethlehem  menuju  Mesir,
dan kembali lagi menuju Betlehem.
Ibu yang menyadari suatu saat anaknya akan meninggalkannya dengan meninggalkan nestapa ibu
yang harus menyaksikan derita luar biasa dari seorang  anak yang puluhan tahun dalam dekapan kasih
Ziarah, menapaki jejak-jejak kehidupan, menyusuri ruang bathin spiritual
mensyukuri keabadian cinta, dan meresapi sengsara Sang  Anak Manusia.
dalam diam tanpa terasa ada tetesan lembut mengalir menjelujur wajah.
air meluncur deras di kaki yang terlipat,
Ketika manusia begitu pikuk dalam ujian  kemanusiaan
tidak terasa serentetan peristiwa bagai layar film
muncul  spontan mengaduk perasaan
betapa kini Tuhan menjadi alat bagi pembenaran  pembunuhan sadis atas nama -- Mu
agama hanya menjadi dalil untuk membenci dan melukai
padahal Kau tidak pernah mengajari manusia untuk mengoyak ruang bathin
menjadi  bisikan iblis yang siap mencincang manusia lain.
Kau hanya mengajari bagaimana menghadapi hidup dengan penuh kesabaran
mencintai makhluk lain tanpa syarat
 menjadikan agama sebagai biang perpecahan.
Lalu mengapa manusia terus saling berbalas makian, mengumpat penuh kebencian
dan merasa suci daripada makhluk lain.
Sederetan ayat, Â meyakinkan siapa yang paling merasa dekat dengan-Mu
berteriak-teriak  menyeru binatang laknat yang tersembur dalam mulut yang selalu rajin berdoa khusuk
menyebut nama-Mu.
Atas nama-Mu mereka membunuh, atas nama -- Mu mereka membantai sesama dengan cita-cita tinggi
 menyatukan kehidupan dalam satu genggaman, padahal setiap manusia kau ciptakan beda
agar muncul harmoni  dalam tetabuhan dan bunyi-bunyi yang saling mengisi, serta rupa-ruap  nada.
Di manapun  aku berziarah, Kau tetap satu rupa dalam wujud cinta kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H