Maaf, saya tidak pintar berdebat masalah ayat-ayat suci. Saya hanya berdoa berdasarkan kata hati saya, berbincang saat sunyi, menenangkan diri saat sepi. Saya berdialog, bercanda dengan Tuhan karena ia dekat dan sangat dekat.Cuma saya bingung kenapa kini Tuhan menjadi tenar hanya untuk kontestasi PILKADA, di pusat kota yang katanya orang-orangnya cerdas dan rasional. Tapi begitu primitif menggiring Tuhan untuk  dilibatkan masalah politik. Hehhhhhhh!
Keyakinan dan suara Hati Nurani
Keyakinan, apapun yang terjadi itu adalah masalah manusia dengan Tuhan, tapi kenapa manusia menjadi lupa bahwa yang ada di dunia ini diciptakan Tuhan tidak ada yang sama bahkan orang kembarpun tetap berbeda, sekalipun dikloning, siapa yang bisa menjamin otak dan pikiran manusia akan sama. Jadi menurut saya yang masih penuh dosa dan berlumur kesalahan ini. Mari belajar memahami perbedaan. Bersama-sama introspeksi, belajar memahami diri sendiri, belajar menikmati sambil berdoa. Ya Tuhan, Maafkan kami yang telah menggiring-Mu dalam  jurang perbedaan pemikiran .Â
Ternyata kami adalah debu yang masih berhamburan yang tidak layak menyebut  kebesaran kuasa - Mu. Kami masih laknat, bangsat yang sok mengaku besar  tapi terhimpit sela-sela kasur. Tuhan tidak tidur, tidak tuli, tidak buta. Ia melihat, ia mendengar,merasakan meskipun manusia berbisik tanpa kata. Manusia berdosa juga mengerti penyesalan terbesar adalah saat mengabaikan suara hati, suara nurani, sebab di situlah manusia bisa berdialog dengan Tuhan dengan tulus tanpa dibumbui  dengan nafsu duniawi apalagi hasrat politik yang menggelegak.
Selamat Paskah, Selamat Memilih pemimpin Jakarta sesuai hati nuranimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H