Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Frustrasi Memicu Depresi

20 Maret 2017   09:44 Diperbarui: 20 Maret 2017   10:08 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan biarkan orang yang sedang menderita depresi(obat depresi.com)

Pernahkah anda menghadapi masalah berat dalam hidup, pernahkah merasa putus asa dan bosan melihat nasib hidup yang selalu rekat dan dekat dengan kegagalan, frustrasi dan merasa hidup yang dijalani sia-sia. Apalagi jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang semuanya diukur dengan uang, uang dan uang. Permasalahan yang muncul biasanya masalah keuangan, masalah karier, masalah rumah tangga.

Saya sendiri pernah merasakan saat-saat ketika dalam keadaan stres, ada semacam perasaan tersingkirkan, bingung, tidak bisa berpikir, tidak mampu mengendalikan emosi yang menggelegak dan akhirnya harus berteriak keras atau menggebrak benda didepan mata untuk mengeluarkan segala beban masalah yang menggelayut di otak. perasaan ditinggalkan dan merasa sendiri menghadapi masalah yang sangat berat membuat otak, jiwa, badan itu seperti terbelenggu oleh beban yang susah dikatakan. ada semacam halusinasi, semacam hidup dalam alam lain, kelam dan gelap.

Ketika seseorang  stres dengan masalah yang ada dan tidak ada jalan keluar yang baik pelarian yang terdekat adalah  menyakiti diri sendiri. Diam, menangis, pilu, dan merasa sebagai orang yang paling gagal dan paling  menderita. Apalagi jika orang itu tidak terbiasa menghadapi  kegagalan. Fenomena bunuh diri di facebook,  pembunuhan sadis suami terhadap istri, ibu terhadap anak kandungnya  adalah bukti bahwa stres dan depresi membawa dampak berat terhadap psikologi manusia.

Bagaimana sih ciri-ciri orang depresi itu?

Saya  melihat seseorang yang menderita depresi cenderung mengurung diri, sering berteriak-teriak histeris dan seperti hilang akal. Daya nalarnya lemah dan emosi meninggi. Ia bisa menyakiti diri sendiri dengan membentur-benturkan kepalanya ke tembok atau pintu. Pada saat itu rasa sakit seperti hilang dan benturan keras tidak terasa lagi. Orang yang depresi  merasa putus asa terhadap nasib hidupnya yang sungguh malang. Ia merasa dirinya paling menderita, paling gagal, paling tidak beruntung. Ia meras tidak ada gunanya lagi hidup, persoalan yang membelenggunya itu seperti merangsang bisikan jahat masuk dalam sistem otaknya. Dalam keadaan depresi apa yang dilakukan orang tersebut tidak disadarinya. Maka jika ada seseorang akhirnya lemas, sampai akhirnya meninggal mungkin saat depresi tidak ada orang yang disampingnya sehingga tindakan nekatnya untuk mengakhiri hidupnya tidak dapat dicegah.

Ciri- ciri lain adalah seseorang yang menderita depresi itu hampir mirip dengan orang yang kesurupan. Dalam keadaan stres akut ada halusinasi yang membuat seseorang merasa terjebak dalam dunia kelam yang bisa saja memberi stimulan untuk melakukan hal-hal  konyol tanpa disadarinya. Perilaku depresi itu mendekati orang yang sakit jiwa.

Bagaimana menyelamatkan penderita depresi?

Saya bukan dokter, tidak juga psikolog atau psikiater tapi seseorang yang sedang mederita depresi itu harus selalu mendapat pendampingan. Jangan ditinggal sendirian dengan berbagai peralatan yang membahayakan keselamatan jiwanya. Jauhi benda-benda tajam, cairan kimia pembasmi serangga, atau tali. Jika halusinasi penderita muncul perlu ekstra pendampingan melindungi tidakan nekat layaknya orang sedang dirasuki setan. Ketenangan dibutuhkan menghadapi  orang yang menderita depresi, jangan dekatkan dengan ketinggian, kalau perlu dipeluk dan ditenangkan dan dimotivasi bahwa permasalahan, persoalan, kegagalan, frustrasi itu milik semua orang. Setiap orang punya beban hidupnya sendiri, setiap orang mempunyai penderitaan yang ditanggung. Bagaimana bisa lepas dari depresi adalah berteman dengan masalah dan selalu menyelesaikan masalah tanpa ditunda-tunda lagi. Hadapi masalah dengan pikiran yang jernih, tidak boleh kalut. Yakinkan bahwa masih banyak orang yang lebih menderita daripada kita dan itu menjadi sebuah pembelajaran bahwa seseorang tidak merasa terpojok sendiri dalam persoalan yang membelit hidupnya. Banyak orang pernah menderita , banyak orang pernah terbelit persoalan berat. Dengan rajin berdoa, kontempasi, dan sering bergaul dengan banyak orang akan mengurangi seseorang tergiring dalam suasana kalut yang memicu depresi.

Menulis salah satu solusi mencegah depresi

Biasanya orang yang menderita depresi itu adalah orang yang biasa menyimpan masalah sendiri. Ia menyimpannya rapat-rapat dan tidak mau menceritakannya pada orang lain. Jika masalah ditumpuk-tumpuk dan tidak dilepaskan tentu hanya akan membuat  pikiran semakin kusut, semakin kalut dan merasa  ditinggalkan orang-orang. Ada baiknya mereka yang terindikasi stress perlu menyalurkan kegundahannya dengan menulis. Menulis apa saja yang penting beban masalahnya bisa dilepaskan. Menulis bisa menjadi sebuah terapi efektif untuk melepaskan beban masalah yang membelit. Kegiatan menulis tidak harus dengan menatap laptop, mengetikkannya dan menyimpannya pada sebuah file. Dengan ballpoint, dengan pensil tekanan emosi bisa diekspresikan. Boleh memaki, boleh mengutuk, boleh mengumpat sejadi-jadinya. Jika semua masalah sudah ditulis biarkan saja tulisan itu menjadi saksi dari masalah-masalah yang pernah dialami.

Sesekali jika sedang tidak tengah terbelit masalah buka tulisan tulisan yang pernah ditulis saat sedang stres. Itu akan membuat sebuah pengalaman khusus. Bagi penderita. Mereka merasa kaget. O begitu ya saat saya sedang stres, mereka akan malu melihat kelakuan dirinya sendiri saat stres atau lebih beratnya lagi depresi.

Saya sebagai manusia normal bagaimanapun juga pernah mengalami rasa frustrasi, merasa gagal dan sendiri menghadapi beban hidup terutama masalah keluarga ,rumah tangga. kegagalan-kegagalan, merasa sial dan sia sia hidup ini. Menulis menjadi teman saya untuk melepaskan beban itu. Sampai saat ini saya masih menyimpan tulisan-tulisan tentang masalah-masalah  yang saya  hadapi. Saya masih bermimpi untuk membuat novel tentang beban masalah hidup itu menjadi cerita menarik. Tapi yang terpenting saya bisa mengelola emosi dengan menulis dan membantu orang lain melepaskan diri dari beban stres berat.

Dengan sering menulis, menyalurkan beban dengan aktifitas berpikir, menyusun kata, merangkai paragraf demi paragraf. Rasa sepi, sendiri, perasaan tersingkir akan berkurang. Jika aktifitas menulis sudah menjadi suatu kebiasaan  tentu akan membawa seseorang yang menderita depresi merasa ada penyaluran positif. Ada baiknya juga jika pengalaman depresi itu bisa disharingkan dan menjadi sebuah rangkaian cerita dramatis dan patut dibaca semua kalangan sehingga setiap orang bisa mencegah depresi dengan melakukan kegiatan positif, salah satunya adalah dengan menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun