Mbah Lurah Tumirah sangat girang bisa besanan sama ibuku, Raden Roro Ayu Juminten. Cucu Wedono Kawedanan Muntilan. Setiap kali berkunjung ke rumah ia selalu nepuk-nepuk punggungku.
“Kapan kau berkunjung ke rumah Nak, nanti kukenalkan pada cucuku Arum Sedalu.”
“Oh…kapan-kapan say pasti ke sana Mbah…?”
“Jangan nanti-nanti…nanti cucuku selak kesamber *laki-laki lain”
“Hahahaha….Mbah ini kayak ayam saja kesamber…”
“Eh, betul itu kau harus cepat…”
“Iya. Mbah…Malam Minggu besok ya…”
“Tak tunggu ya…(bathin saya ini yang ngarep cucunya atau Mbah Lurah).
Singkat cerita Akhirnya saya kenal Neng Arum Sedalu. Hubungan kami semakin lama semakin akrab. Meski begitu saya belum berani bak-blakan menyukainya. Saya masih bertanya apakah dia calon belahan jiwa saya, setelah mengalami proses penjodohan begitu lama. Termasuk seringnya ditolak cewek. Keluarga say telah memutuskan perjodohan kami pas di hari Valentine.Mungkin pas dengan momen kasih sayang yang diperingati di seluruh dunia.
Proses pertunanganpun berlangsung lancar dan aman. Tapi sebelum peristiwa pertunangan ada yang sempat menjadi tanda tanya besar bagi saya. Kami sempat datang ke Mbah Wono orang tua yang dianggap punya kemampuan metafisika. Kami datang minta restu karena beliau juga termasuk kerabatnya mbah Lurah. Saya menangkap guratan wajah yang aneh. Sepertinya ada sesuatu yang janggal dalam kerutan kening Mbah wono. Ya sudah, tidak usah dipikirkan. Yang penting sudah dapat restu.
Selang sehari sebelum pertunangan Kutut Kesayangan Mbah Lurah mati mendadak. Saya, orang jawa kadang-kadang punya perasaan aneh, tapi hanya saya simpan dalam hati. Akhirnya hari pertunangan tiba dan semuanya lancar. Kami sekeluarga datang ke Mbah Lurah untuk melamar cucunya, dan mempersiapkan diri untuk menjadi istri dengan terlebih dahulu bertunangan. Momen indah hari pertunangan pas hari Valentine.