Sebagai penulis, saya tentu tidak akan sembarangan menulis (hanya menulis berdasarkan syak wasangka. Landasan faktual saya adalah media massa (semisal Kompas, Tempo, Jawa Pos, Media Indonesia, Sindo). Di internet saya akan memilah-milah portal berita yang punya kredibilitas dalam menampilkan fakta bukan hanya jurnalisme praduga tapi juga perlu survei langsung ke sumber berita. Di Kalijodo, Waduk Pluit, Taman Menteng, Waduk Ria Rio saya sudah melihat langsung bagaimana pengunjung mulai enjoy menikmati taman di tengah hutan beton Jakarta.
Sebagai penulis tentu ada misi bahwa saya akan memberi gambaran fakta di lapangan bahwa isu-isu yang berkembang di masyarakat tentang munculnya komunisme, fanatisme sempit masyarakat bersumbu pendek, masyarakat yang terbutakan mata hatinya hanya karena kebencian yang dimunculkan akibat berita-berita di internet, tayangan youtube, berita hoax yang bertebaran dan susah diberantas tidak benar.Â
Masyarakat hendaknya tidak mudah terprovokasi oleh ujaran-ujaran kebencian di media sosial, sebaliknya masyarakat harus menimbang, mengendapkan dulu permasalahan dan mengembangkan pola pikir cerdas agar tidak hanya menelan mentah-mentah sebuah berita apalagi yang menyudutkan tokoh yang sebenarnya memang tulus bekerja untuk kepentingan rakyat.
Sebagai rakyat mengkritik tidak diharamkan, tidak dilarang, tapi sebagai masyarakat timur yang memegang norma-norma kesopanan, kesantunan tentu punya batasan-batasan tidak tertulis. Tapi saya melihat sekarang ini norma sopan keadaban sangat menurun sejak masyarakat terlalu asyik dengan gadget dan tersihir oleh keajaiban-keajaiban yang muncul dari mesin canggih tersebut(penulis juga).
Ke depannya, penataan Kalijodo, Taman Waduk Pluit, Ria-Rio, Taman Menteng semoga ditambah lagi dengan kegiatan edukasi bagi komunitas-komunitas anak muda untuk bersama-sama memerangi fanatisme kelompok, mengembangkan karakter bangsa yang punya mental jujur dan tidak mudah terpengaruh oleh isu SARA yang hendak memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Harapan pada Pemimpin
Siapapun pemimpin DKI terpilih harapan penulis adalah menciptakan masyarakat beradab yang jauh dari kesan fanatisme sempit, bersumbu pendek, mudah terprovokasi dan tentu tidak boleh mau didikte oleh preman-preman berkedok yang punya maksud tertentu hanya demi keuntungan golongan, partai atau ormas tertentu. Jakarta milik semua orang yang ingin bekerja, berkreasi. Banyak peluang hadir tinggal ketekunan dan totalitas yang akan membantu generasi muda terus berdaya guna dan berhasil guna.
Dari komunitas yang bergerak dalam kegiatan positif tentu akan ada bakat-bakat menonjol yang bisa mengharumkan nama bangsa di dunia internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H