Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga Kunci Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

14 Desember 2016   13:59 Diperbarui: 14 Desember 2016   14:27 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga kunci pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Sumber: Dok.pribadi

Harus memulai dari mana saya menuliskan tentang kasus-kasus kekerasan rumah tangga terutama ibu dan anak-anak yang menjadi korban keberingasan lelaki atau pengaruh lingkungan, pembiaran pergaulan hingga menyebabkan anak menjadi korban pelecehan seksual, bullying dan tindakan kekerasan lain. Saya akan mulai dari keluarga. Sebab tidak mungkin terjadi penyimpangan jika dalam keluarga mempunyai hubungan komunikasi antar pribadi yang baik.

Sebagai penulis harus jujur saya akui pengalaman di keluarga saya,jarang muncul kekerasan yang berujung trauma atau memberi efek terhadap perkembangan psikologi anak. Kalau peristiwa kekersan dengan memberi efek jera seperti mencubit, mengumpat dan memarahi dengan ekspresi keras, itu sudah wajar. Setiap ibu atau bapak harus punya cara agar karakter anak-anaknya dansopan santunnya terbentuk dengan memberi batasan kebebasan anaknya dalam berperilaku.

Saya memberi contoh istri saya. Pendekatan keras dalam mendidik menjadi dasarnya dalam menanamkan karakter kuat pada anak. Saya kadang-kadang tidak tega ketika anak-anak saya mendapat tamparan, cubitan(sampai membirukulit pahanya)Terus terang dalam mendidik saya beda konsep dengan istri saya.Tapi saya tidak mengintervensi cara mendidik istri saya.

Saya yang seorang guru sebetulnya tahu tentang psikologi anak dan bagaimana membuat efek jera tanpa melakukan kekerasan seperti istri saya. Kadang say merasa takut juga jika anak-anak saya merasa tertekan dan ketakutan ketika mendengar luapan kemarahan istri saya yang berkobar-kobar, saya cenderung diam dan malah menyingkir agarsaya tidak terlihat beda dengan istri dalam melakukan sangsi keras jika anak melakukan kesalahan atau perilaku menyimpang. Nyatanya kadang kekerasan kadang penting untuk meredam agresifitas anak yang sering kebablasan.

Akar Masalah Kekerasan rumah Tangga

Keluarga adalah faktor penting dalam pencegahan kekerasan terhadap anak. Pendampingan, bersikap sebagai sahabat setara, mau mendengar curhat mereka apapun masalahnya, tidak mengintervensi rasa sukanya terhadap lawan jenis dan memberi ruang mereka untuk beda pendapat sebagai bagian dari demokrasi dalam keluarga. Disamping itu yang terpenting tidak memberi contoh negatif yang membuat anak meniru perilaku kita sebagai orang tua. Kekerasan yang muncul karena anak sering melihatnya entah di televisi, lingkungannyabahkan di dalam keluarganya sendiri. Sebisa mungkin kalau suami istri bertengkar apalagi dengan adegan berbau kekerasan jangan sampai dilihat anak.Kalau mereka melihatnya tentu ada kecenderungan anak-anak akan melakukantindakan sama suatu saat nanti.

Pengaruh Keluarga


Yang terekam dalam alam bawah sadar adalah pengalaman yang terpampang di depan matanya. Jika dalam keluarganya kekerasan sudah menjadi kebiasaan akan sangat mungkin terbenam dalam  otak kecilnya gen kekerasan  itu merasuk dalam darahnya. Tapi ada kemungkinan lain.  kekerasan muncul karena ada tekanan, ketidakbebasan masa kecil, peraturan-peraturan yang ketatyang membuat ada semacam dendam yang terbawa dari masa kecilnya dan meledak saat sudah mulai berumah tangga ,karena salah satunya adalah banyaknya masalah gesekan-gesekan perbedaan karakter suami istri. Korban kekerasan terbesar itu kaum perempuan dan anak-anak salah satu penyebabnya adalah secara fisik anak-anak dan perempuan lebih lemah dibandingkan lelaki kebanyakan.

Dalam beberapa artikel yang penulis baca yang menjadi kunci dalam pencegahan kekerasan adalah keluarga sendiri.Peran penting keluarga mencegah terjadinya kekerasan dengan pendidikan karakter dan keterbukaan. Kalau Orang tua melakukan hukuman fisik harus dijelaskan apa alasannya. Jika pembiaran tindakan kekerasan tanpa disertai edukasi dan pendampingan tentu akan memberi celah pada anak untuk cenderung meniru apa yang dilihat dan dirasakan keseharian.

Orang tua meskipun keras dalam mendidik harus ada penjelasan verbalmengapa ia melakukan tindakan keras jika anak salah atau melakukan tidakan yangmelanggar aturan. Jangan biarkan anak memendam dendam dan menyimpan rasa sakithati terhadap saudara atau orang tua. Jika Keluarga tidak  memperhatikan hal-hal kecil di atas maka kekerasan akan muncul setelah anak beranjak dewasa apalagi hidup di lingkungan yang keras, seperti hidup di lingkungan kumuh,padat penduduk dengan pengaruh pergaulan yang sarat dengan adegan-adegan yang mempengaruhi kecenderungan anak berbuat menyimpang.

Pengaruh Lingkungan dan Kultur

Lingkungan buruk memungkinkan terjadinya tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Dok.pribadi
Lingkungan buruk memungkinkan terjadinya tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Dok.pribadi

Indonesia di kenal dengan negara berpenduduk terbesar keempat setelah Amerika Serikat, India dan China.Menurut data terakhir tahun 2016 jumlah penduduk 258.318.051 jiwa (ilmu pengetahuan umum.com) dengandemikian rasionya 3,5 persen dari seluruh penduduk dunia. Kemiskinan, budaya patriarki dan anggapan bahwa tubuh perempuanlah yang membuat munculnyakekerasan dalam bentuk fisik maupun seksual terhadap perempuan. Laki-laki menganggap bahwa perempuan lebih lemah dan sering menjadi sasaran sifat laki-laki yang cenderung kasar dan ingin menunjukkan dirinya lebih kuat, lebih berkuasa dan lebih dominan dari pada perempuan.

Agamapun memegang peran juga karena banyak agama lebih memprioritaskan pengakuan bahwa laki-lakilah pemimpin dalam keluarga dan perempuan harus mengikuti perkataan imamnya dalam keluargayaitu laki-laki. Terkadang represifitas menjadi sebuah hal biasa jika perempuan dianggap binal, centil atau kecenderungan perempuan tidak berperilaku layaknya perempuan yang lemah lembut dan cenderung mengalah.

Perempuan yang sering nongkrong, merokok, berpakaian seronok dan terlihat seksi cenderung mengundang libido laki-laki. Jika secara halus perempuan tidak mau melayani kemauan laki-laki maka secara naluri laki-laki akan melakukan pemaksaan untuk menyalurkan hasrat dan libidonya yang susah dibendung. Pergaulan-pergaulan yang bebas cenderung merugikan perempuan. Jika melakukan sex bebas yang menjadi korban adalah perempuan. Mereka akan menanggung beban sebab jika tidak menjaga badannya perempuan bisa hamil.

Kehamilan tanpa pasangan jelas jelas sebuah aib di negara yang masih menjunjung tinggi moralitas seperti galibnya negara-negara asia. Herannya kasus terbesar pemerkosaan dan kekerasan terhadap perempuan adalah negara dengan budaya ketat,agama yang dominan dan kebanyakan negara-negara sedang berkembang bahkancenderung negara miskin. Kemiskinan membuat posisi perempuan lebih rawanterhadap kekerasan. Lihat saja negara-negara Afrika, Asia (India, Pakistan,Indonesia).

Lingkungan sekitar turut andil munculnya kekerasan terhadap anak dan perempuan. Jika anak melakukan pergaulan bebas tanpa pengawasan orang tua pengaruh-pengaruh buruk bisa saja datang dari kecenderungan mengkonsumsi narkoba, seks bebas dan melakukan tidakan kriminal seperti mencopet,mengutil bahkan merampok. Dari pergaulan bebas itu perempuan dan anak-anak adalah korban utama dari pengaruh buruk pergaulan di lingkungan sekitar rumah.

Sebagai pembanding, penulis pernah hidup dilingkungan kumuh sekitar Petogogan. Di lingkungan dengan kontur lingkungan padat, banyak gang-gang tikus, serta tempat-tempat sepi dan gelap perempuan sering menjadi korban pelecehan seksual, dari keisengan laki-laki meraba-raba tubuh sensitif perempuan, sampai melakukan hubungan seks kilat diujung-ujung gang. Sama juga dengan rumah penulis sekarang yang dekat dengan perkampungan padat penduduk di Kapuk, Pedongkelan Belakang Jakarta Barat. Ada kecenderungan remaja melakukan pergaulan bebas, mencuri-curi kesempatan untuk mencoba menghisap rokok atau menghisap lem sehingga adiktif, begadang sampai pagi di gang gang sempit atau tanah-tanah kosong.

Warisan kultural Indonesia yang membuat perempuan dan anak-anak cenderung menjadi korban kekerasan adalah kecenderungan pendapat bahwa perempuan itu posisinya dibawah laki-laki, kedudukan perempuan secara kultur hanyalah konco wingking (dalam perspektif budaya jawa) atau dominasi laki-laki yang cenderung sebagai raja atas perempuan yang harus bekerja keras baik diluar maupun di dapur(flores dan NTT pada umumnya), Batak dengan budaya patriarkal(simbol lelaki sebagai penerus marga keluarga dan pihak perempuan  yang harus membayar mahal ke pihak keluarga lelaki istri dalam adat perkawinan.

Kultur budaya yang berada di sebuah lingkungan kebudayaan yang masih kuat tradisi dan dominasi agama malah ikut menyumbang besarnya penyimpangan perilaku. Salah satu sebabnya adalah karena-peraturan-peraturan yang ketat cenderung membuat manusia manusia mencuri-curi kesempatan melanggar peraturan yang berlaku tersebut. Akibatnya sesuatu yang ditahan-tahan atau di tekan-tekan cenderung mempunyai efek seperti bom waktu yang jika meledak efeknya luar biasa.

Pengaruh lain yang menyumbang tingginya kekerasan terhadap perempuan adalah pendidikan yang rendah.

Pengaruh Pendidikan

Tingkat melek pengetahuan yang rendah dan kurangnya pengenalan dampak dominasi laki-laki terhadap perempuan membuat banyak negara-negara miskin dan berkembang menyumbang violence terbesar dibanding negara maju.Majunya pendidikan juga turut mengurangi munculnya kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Untuk itu kesadaran akan pentingnya masyarakat untuk bisa mengecap pendidikan perlu digalakkan.

Solusi  bersama mengurangi dampak kekerasan

Akar kekerasan yang utama dari masalah ini adalah ketidaksetaraan. Perempuan dan laki-laki sering dibedakan baik dalam hak publik maupun kultural. Perempuan cenderung diposisikan lemah, tidak punya hak sama di mata hukum dan tradisi. Selama perempuan selalu dianggap dibawah dominasi laki-laki maka kekerasan akan selalu hadir. Yang utama dalam menyelesaikan permasalahan kekerasan adalah bersama-sama laki-laki dan perempuan meminimalisir munculnya kekerasan.

Laki-laki bisa menahan diri untuk tidak menganggap perempuan sasaran libido dan ke”macho”annya, perempuanpun harus menahan diri untuk tidak mengundang libido lelaki datang dan memberi celah laki-laki terbawa emosinya untuk memukul, mencederai baik fisik maupun bathin  perempuan. Laki-laki  dan perempuan mempunyai kedudukan setara dan bisa bekerja sama untuk membangun relasi dan komunikasi dua arah yang saling menghargai dan saling melindungi. Yang terpenting juga perlu ditekankan keluarga amat penting dalam menyumbang berkurangnya  dampak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.

Facebook saya https://www.facebook.com/ign.dwiatmoko Ign Joko Dwiatmoko

twitter saya : https://twitter.com/Ignasjok    Ign Joko Dwiatmoko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun