Harus memulai dari mana saya menuliskan tentang kasus-kasus kekerasan rumah tangga terutama ibu dan anak-anak yang menjadi korban keberingasan lelaki atau pengaruh lingkungan, pembiaran pergaulan hingga menyebabkan anak menjadi korban pelecehan seksual, bullying dan tindakan kekerasan lain. Saya akan mulai dari keluarga. Sebab tidak mungkin terjadi penyimpangan jika dalam keluarga mempunyai hubungan komunikasi antar pribadi yang baik.
Sebagai penulis harus jujur saya akui pengalaman di keluarga saya,jarang muncul kekerasan yang berujung trauma atau memberi efek terhadap perkembangan psikologi anak. Kalau peristiwa kekersan dengan memberi efek jera seperti mencubit, mengumpat dan memarahi dengan ekspresi keras, itu sudah wajar. Setiap ibu atau bapak harus punya cara agar karakter anak-anaknya dansopan santunnya terbentuk dengan memberi batasan kebebasan anaknya dalam berperilaku.
Saya memberi contoh istri saya. Pendekatan keras dalam mendidik menjadi dasarnya dalam menanamkan karakter kuat pada anak. Saya kadang-kadang tidak tega ketika anak-anak saya mendapat tamparan, cubitan(sampai membirukulit pahanya)Terus terang dalam mendidik saya beda konsep dengan istri saya.Tapi saya tidak mengintervensi cara mendidik istri saya.
Saya yang seorang guru sebetulnya tahu tentang psikologi anak dan bagaimana membuat efek jera tanpa melakukan kekerasan seperti istri saya. Kadang say merasa takut juga jika anak-anak saya merasa tertekan dan ketakutan ketika mendengar luapan kemarahan istri saya yang berkobar-kobar, saya cenderung diam dan malah menyingkir agarsaya tidak terlihat beda dengan istri dalam melakukan sangsi keras jika anak melakukan kesalahan atau perilaku menyimpang. Nyatanya kadang kekerasan kadang penting untuk meredam agresifitas anak yang sering kebablasan.
Akar Masalah Kekerasan rumah Tangga
Keluarga adalah faktor penting dalam pencegahan kekerasan terhadap anak. Pendampingan, bersikap sebagai sahabat setara, mau mendengar curhat mereka apapun masalahnya, tidak mengintervensi rasa sukanya terhadap lawan jenis dan memberi ruang mereka untuk beda pendapat sebagai bagian dari demokrasi dalam keluarga. Disamping itu yang terpenting tidak memberi contoh negatif yang membuat anak meniru perilaku kita sebagai orang tua. Kekerasan yang muncul karena anak sering melihatnya entah di televisi, lingkungannyabahkan di dalam keluarganya sendiri. Sebisa mungkin kalau suami istri bertengkar apalagi dengan adegan berbau kekerasan jangan sampai dilihat anak.Kalau mereka melihatnya tentu ada kecenderungan anak-anak akan melakukantindakan sama suatu saat nanti.
Pengaruh Keluarga
Yang terekam dalam alam bawah sadar adalah pengalaman yang terpampang di depan matanya. Jika dalam keluarganya kekerasan sudah menjadi kebiasaan akan sangat mungkin terbenam dalam  otak kecilnya gen kekerasan  itu merasuk dalam darahnya. Tapi ada kemungkinan lain.  kekerasan muncul karena ada tekanan, ketidakbebasan masa kecil, peraturan-peraturan yang ketatyang membuat ada semacam dendam yang terbawa dari masa kecilnya dan meledak saat sudah mulai berumah tangga ,karena salah satunya adalah banyaknya masalah gesekan-gesekan perbedaan karakter suami istri. Korban kekerasan terbesar itu kaum perempuan dan anak-anak salah satu penyebabnya adalah secara fisik anak-anak dan perempuan lebih lemah dibandingkan lelaki kebanyakan.
Dalam beberapa artikel yang penulis baca yang menjadi kunci dalam pencegahan kekerasan adalah keluarga sendiri.Peran penting keluarga mencegah terjadinya kekerasan dengan pendidikan karakter dan keterbukaan. Kalau Orang tua melakukan hukuman fisik harus dijelaskan apa alasannya. Jika pembiaran tindakan kekerasan tanpa disertai edukasi dan pendampingan tentu akan memberi celah pada anak untuk cenderung meniru apa yang dilihat dan dirasakan keseharian.
Orang tua meskipun keras dalam mendidik harus ada penjelasan verbalmengapa ia melakukan tindakan keras jika anak salah atau melakukan tidakan yangmelanggar aturan. Jangan biarkan anak memendam dendam dan menyimpan rasa sakithati terhadap saudara atau orang tua. Jika Keluarga tidak  memperhatikan hal-hal kecil di atas maka kekerasan akan muncul setelah anak beranjak dewasa apalagi hidup di lingkungan yang keras, seperti hidup di lingkungan kumuh,padat penduduk dengan pengaruh pergaulan yang sarat dengan adegan-adegan yang mempengaruhi kecenderungan anak berbuat menyimpang.