Gaya hidup yang mengadopsi budaya budaya luar(Korea, Jepang, Barat, Arab)belum  tentu cocok dengan negeri ini. Alam tropis panas tentu tidak harus mengenakan jas berlapis lapis atau mengenakan baju  rapat menutup seluruh tubuh. Remaja tidak harus juga memakai baju dan rok yang terlihat sebagian pahanya, atau mengenakan baju minimalis sampai kelihatan pusar dan dadanya. Indonesia sudah punya baju yang cocok dipakai sesuai dengan alam sekitar, mengapa kita tetap memaksa diri memakai yang bukan identitas kita.Â
Kalau Dance dan klubbing itu sebagai gaya hidup kenapa harus membenci seni tradisi yang bertumbuh dari budaya lokal yang menyatu  dengan deru nafas kehidupan sehari-hari. India punya ikatan tradisi ketimuran yang kuat meskipun mereka juga sangat jago dalam pengembangan teknologi dan piranti modern. Jepang masih mempertahankan budaya mereka meskipun jelas kelihatan kualitasnya saat meluncurkan produk modern yang menguasai dunia.
China mulai berbenah dan kini tengah bangkit menjadi raksasa yang menguasai dunia dalam hal industri. Indonesia dengan revolusi mentalnya harusnya juga berbenah untuk menguatkan akar kebudayaan bangsa agar mendapat perhatian dunia sebagai negara yang diperhitungkan dalam bidang kebudayaan, sumber daya alam dan tentu saja kualitas sumber daya manusianya. Kapan itu? Mulailah dari diri sendiri dulu.
Saya, anda, para blogger, penulis, esays, yang menjadi corong dalam membangun identitas kebudayaan dengan penuh optimisme. Mari dengar Kata Presiden Tularkan rasa optimisme dalam setiap tulisan kita.
Kalau India bisa, Indonesia pasti juga bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H