[caption caption="blog westernunion.com"][/caption]Siapa sih yang tidak mengenal film India? Siapa yang tidak kenal Shahrukh Khan, Kajol, Amitabh Bachan, Amir Khan.Aishwara Rai, atau bagi penggemar televisi tokoh seperti Nandish Sandu,Shaheer Sheikh, Ravi Bathia,Rashami Desai,Tina Dutta pasti tidak asing bagi ibu-ibu khususnya. Dengan balutan tradisi kental dan episode yang amat panjang, film-film India menyerbu ranah visual penonton Indonesia.Â
Berbagai konflik keluarga India dengan tradisinya yang masih kuat membuat film India amat digemari saat ini. Terutama mereka yang mempunyai aktivitas di sore hari. Bagi penonton yang sering menonton Film India tentu akan familiar dengan tokoh seperti Tuan Takur, Inspektur Polisi Vijay, Gaya film yang selalu dibumbui dengan adegan tarian dan nyanyian, serta baju sari dan aksesoris india yang khas. Lepas dari bermutu atau tidak film india sudah mempunyai penggemar fanatik yang mau melakukan apapun asal bisa mengikuti seri demi seri Film India yang tak pernah kering ide dalam balutan budaya yang kental. konflik yang tajam  tentang masalah tradisi, kisah cinta yang mengharukan, tragedi cinta yang menyesakkan dan rangkaian cerita tak terduga yang sering membuat orang menjadi ketagihan untuk mengikuti episode selanjutnya itulah kekuatan film India. Meskipun penonton yang kritis akan tahu banyak kekurangan film india yang sedikit "lebay" dalam hal cerita atau saat perang namun filosofi kehidupan dan ajaran-ajaran kearifan lokal bisa dicontoh Indonesia.Â
Bagaimanapun Indonesia adalah negara besar yang dikelilingi oleh berbagai etnik/suku yang  diam di dalamnya. Di situ berbagai budaya muncul dan menjadi kekayaan yang tak ternilai. dari kebudayaan yang beragam itu jika jeli sineas Indonesia bisa mengemasnya dalam bentuk film dokumenter atau film-film yang berciri khas budaya bangsa yang kaya raya. Sineas yang kreatif tentu akan bisa  mengeksplorasi keunikan budaya  suku-suku Di Indonesia yang tersebar di setiap pulau.
Di belahan Sumatra Aceh terkenal dengan nilai tradisi berbalut kental dengan keagamaan yang kental, Sumatra Utara dengan budaya Bataknya, dengan warisan budaya besar terutama alat musik, tarian tor-tor, model kekerabatan dan berbagai tradisi lainnnya yang menarik untuk dijadikan ide dalam pembuatan film, Menuju ke timur Padang juga menyimpan cerita unik tidak kalah eloknya.
Dengan model kekerabatan patrilineal serta tradisi  laki-laki yang banyak pergi mengembara dan melakukan ekspansi bisnis, sukses sebagai orang perantauan,  lampung dengan alam  yang keras dan dihuni oleh banyak suku yang mendiami dengan program transmigragi bedol desa. kampung Jawa dan Bali. Di Jawa meskipun pulaunya relatif kecil namun nilai-nilai tradisi amat kaya, demikian juga pulau kalimantan, Sulawesi, NUsan Tenggara Timur, maluku Papua semua punya potensi dijadikan ide kreatif untuk melayangkan  tontonan menarik dengan ciri khas bangsa.
Namun ternyata tidak banyak sineas yang melirik, padahal jika Sineas bisa menghadirkan kekhasan Indonesia, tidak akan kalah dengan Budaya India yang sudah lebih dahulu mendunia dengan industri film bollwoodnya yang terkenal dan sejajar dengan film-film Eropa, China, Korea dan Amerika Serikat.
Yang terlihat di film dan sinetron Indonesia, hanyalah konflik cinta, kekerasan, bullying, balapan liar, kebencian, ekspresi berlebihan antara antagonis dan protagonis, serta hanya bermain dalam wilayah emosi minim tuntunan. Betapa lengangnya tradisi yang memberi batasan untuk mengeksplorasi modernitas tanpa filter. Sineas Indonesia lebih sering mengadopsi budaya liar tanpa tersandingkan dengan sisi menarik kebudayaan lokal. Film -film yang sekarang belum banyak yang mengangkat tradisi kultural sebagai ciri khas film nasional.
Lihat Baju-baju Yang dikenakan oleh aktris atau aktor India. Kain Sari tetap akan selalu mencul di film-film. Sedangkan film film bermutu karya Garin Nugroho dari sisi tuntunan dan karya sinematografi bagus tapi rasanya terlalu berat di konsumsi pecinta film. Makanya Karya Garin lebih bisa diapresiasi di luar negeri daripada dalam negeri yang masih mendudukkan film hanya sebagai "hiburan" belum sebagai karya kultural dan seni yang harus diapresiasi tinggi.
[caption caption="Koleksi Pribadi (foto by Joko dwiatmoko)"]
Kelak harusnya Film Indonesia adalah wajah Indonesia sesungguhnya yang mengusung budaya, tradisi, keindahan, keelokan tanah air baik alam, habitat flora, maupun faunanya. Kecantikan karya tenun, kain serta produk seni tradisinya yang kaya. film adalah sarana efektif untuk memperkenalkan Indonesia di mata dunia.Â
Gaya Hidup
Gaya hidup yang mengadopsi budaya budaya luar(Korea, Jepang, Barat, Arab)belum  tentu cocok dengan negeri ini. Alam tropis panas tentu tidak harus mengenakan jas berlapis lapis atau mengenakan baju  rapat menutup seluruh tubuh. Remaja tidak harus juga memakai baju dan rok yang terlihat sebagian pahanya, atau mengenakan baju minimalis sampai kelihatan pusar dan dadanya. Indonesia sudah punya baju yang cocok dipakai sesuai dengan alam sekitar, mengapa kita tetap memaksa diri memakai yang bukan identitas kita.Â
Kalau Dance dan klubbing itu sebagai gaya hidup kenapa harus membenci seni tradisi yang bertumbuh dari budaya lokal yang menyatu  dengan deru nafas kehidupan sehari-hari. India punya ikatan tradisi ketimuran yang kuat meskipun mereka juga sangat jago dalam pengembangan teknologi dan piranti modern. Jepang masih mempertahankan budaya mereka meskipun jelas kelihatan kualitasnya saat meluncurkan produk modern yang menguasai dunia.
China mulai berbenah dan kini tengah bangkit menjadi raksasa yang menguasai dunia dalam hal industri. Indonesia dengan revolusi mentalnya harusnya juga berbenah untuk menguatkan akar kebudayaan bangsa agar mendapat perhatian dunia sebagai negara yang diperhitungkan dalam bidang kebudayaan, sumber daya alam dan tentu saja kualitas sumber daya manusianya. Kapan itu? Mulailah dari diri sendiri dulu.
Saya, anda, para blogger, penulis, esays, yang menjadi corong dalam membangun identitas kebudayaan dengan penuh optimisme. Mari dengar Kata Presiden Tularkan rasa optimisme dalam setiap tulisan kita.
Kalau India bisa, Indonesia pasti juga bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H