Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kitab Suci Para Tikus

2 Februari 2016   10:23 Diperbarui: 2 Februari 2016   11:24 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribuan tikus bergerak dari berbagai distrik. Yang jauh sudah lebih dulu berangkat dengan akomodasi via pesawat. Mereka menelusuk ke kiriman ekspedisi manusia tanpa diketahui, yang dekat ibu kota sudah mulai mempersiapkan diri dengan perjalanan darat.

"Oke kawan, saya  kirimkan memo, yang akan saya orasikan sudah diterima, kalian akan bergerak menurut komando saya. Jangan bikin heboh. Pelajari Kitab suci Kita, jangan sampai melanggarnya karena itu akan mencederai misi kita."

"Tiwah amat sibuk, tapi ia puas karena mampu menjadi pemimpin yang didengar. Ia berharap dunia pertikusan akan normal kemabali setelah melakukan demonstrasi akbar. Ia ingin etika dunia tikus tegak kembali. Tikus-tikus parlemenpun akan ditertibkan, kalau mebandel akan di PAW(Pergantian Antar Waktu).

 

 

Saatnya Tiba demonstrasi itu benar-benar terjadi ribuah bahkan jutaan tikus memenuhi ibu kota, jalan-jalan, lorong-lorong, lapangan penuh dengan lalu lalang tikus. Tiba di alun-alun Ibu kota, ribuan bahkan jutaan tikus itu mendengarkan orasi. Pertama dari koordinator wilayah Timur, Kedua dari wilayah Barat, Ketiga dari wilayah Selatan puncaknya adalah orasi Tiwah.

"Suara Tiwah menggelegar, orasinya begitu memukau.

"Saudara-saudara, Tikus itu binatang paling mulia, ia bergerak dengan naluri dan kecerdasan. Kita protes pada manusia yang mengidentikkan dengan koruptor. Kita berjuang, hidup dan bekerja bukan untuk mengganggu kehidupan manusia, kita hanya meminta hak kita untuk bisa makan tanpa terganggu oleh teror sepanjang hari. Lihat di kota, setiap hari mayat-mayat  saudara kita bergelimpangan di segala sudut kota, di got, di jelan beraspal, di kolong rumah. Bau menyengat hadir dari tikus-tikus mati yang telah menjadi bangkai. Di sini kita protes atas ketidak adilan Tikus parlemen yang bergerak sendiri tanpa berkomunikasi dengan kita para tikus. Kitab Suci Para Tikus mengajarkan etika kehidupan para Tikus. Mereka Para Tikus parlemen telah melanggar konsensus, dan norma-norma yang terkandung dalam Kitab suci tersebut.Kalau mereka tidak segera kita sadarkan, kita takut bangsa tikus tetap ditempatkan sebagai predator kelas kakap yang menjadi buruan manusia sepanjang jaman."

Gemuruh suara tikus yang saling bercericit, berdialog membuat demonstrasi menjadi semacam konser akbar. Suaranya seperti gelegar bunyi dengan lengkingan ultrasonik. Harimitu Tiwah adalah aktor tunggal dari suksesnya demonstrasi Para tikus.

 

setelah capek seharian, Tiwah diajak karibnya yang tinggal di kota mampir di warung kopi dekat alun -alun. Suara mendayu dari musik klasik mozard. Musik itu sangat cocok untuk menikmati suasana malam yang penuh kerlip lampu, sedang di langit bintang-bintang merona indah. Tiko kawan Tiwa sudah menyediakan kopi. Ia berbasa-basi menawarkannya kepada Tiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun