Dan pelatuk telah berbunyi “Klik”
Saat Natal tiba degup jantung ini berdesir kencang
Sepasang mata, telah pasrah melepas sukma
Dengan rompi berisi paku, segenggam bubuk mesiu
Serta rangkaian kabel elektrik Membumi hanguskan gedung
Tempat Tuhan menebar ajaran kasih.
Tuhan telah mengajarkan kasih
Sementara manusia memberi letupan kebencian
Tuhan memberi sepasang kekasih untuk bercumbu
Manusia melakukan demi ego dan balas dendam
Tuhan merangkai kasih dalam kesederhanaan
Manusia tengah telah memelihara kesumat di jalan berkelok
Sepasang mata itu Siap menjadi martir
Bagi keyakinannya akan kematian
Ia akan mati sebagai Pengantin Maut
Sambil membawa nyawa lain untuk menghadap Sang Khalik.
Apakah ia sedang mengasihi
Entahlah,tapi ia sedang menuntaskan misi
Untuk melenyapkan keyakinan lain yang tidak sevisi dengannya
Ia telah menterjemahkan ajaran kasih
Menurut keyakinan dia sendiri
Ia akan menutup telinga
Saat ada manusia lain tengah mengerang dalam kepedihan
Ketika pelatuk akhirnya bungkam
Dan denting lonceng kencang bergema bersamaan cahaya lilin terpancar
Cinta itu telah merebahkan dendam
Ia hanya hidup dalam dekapan cinta suci
Sementara gema dendam berdenging terus di serambi kalbu,
“Biarlah cinta memberi terang di malam gelap”
Desir jantungku akhirnya kembali berderap
Setelah, detaknya menakut-nakuti semangatku menempuh jalan kehidupan.
Kini aku terdiam, terpana oleh jeritan orok di palungan sederhana.
Aku melihat kasih terpancar indah tanpa sekat.
Jakarta, 23 Desember 2015
Ilustrasi gambar: Karya Ign Joko Dwiatmoko