Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kartiniku Menangis di Seberang Pulau

15 April 2014   15:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir senja negaraku

lupa meluruskan waktu saat terik menohok

hingga langit memerah tetap lelap

memihak wajah dengan ribuan bilur

Kartiniku berbaris

rapi merengkuh asa pada kayalan yang sudah hadir di kepala

won, ringgit, dollar, dinar

berputaran dalam sel-sel diantara serabut otak

kartiniku yakin di seberang pulau tergambar emas

seperti yang hadir diantara mereka yang sempat pulang dengan selamat

Saat sampai di seberang pulau

mereka tertegun oleh gelimang emas yang tersusun rapi

mereka terpesona oleh gambaran surga

seperti mimpi, benarkah ini nyata?

Tapi pada akhirnya mereka hanyalah obyek penderita

dari majikan-majikan kaya yang kelebihan nafsu, kelebihan surga

hingga mereka menaruhkan bara neraka pada kartiniku yang lugu

mereka memaki, meludah pada wajah yang berharap banyak dapat mendulang emas di negeri sebrang

Akhirnya mereka melap muka dengan darah segar tuannya

mengapit tubuh tuannya yang telah menzolimi harga diri

Kartiniku berkerut, keriput diterjang penderitaan

siap menanti pisahnya kepala dari tubuh

Darah membuncah rakyatmu

teriak-teriak histeris oleh tindakan biadab juragan seberang pulau



Mimpi kartini mendulang emas

sirna terantuk batuan keemasan. Mereka silau oleh rona memukau pending

yang ternyata hanya halusinasi

sementara kartiniku yang berbaris rapi satu persatu pulang kampung

sukses menginspirasi penulis

menulis cerpen dan novel tentang pahlawan devisa yang tersia-sia di negeri seberang.

Sementara namanya tercetak masai di nisan lusuh tanpa bunga

Pahlawan devisa yang terabaikan.

Jakarta, 15 April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun