Dongeng adalah salah satu kegiatan emas untuk seorang anak. Setiap kita, pasti mengingat setidaknya satu dongeng yang membekas hingga sekarang. Tidak peduli berapa usia kita saat ini. Namun, tanpa sadar, dongeng menjadi bagian dalam pembentukan karakter kita.Â
Tiba-tiba malam ini iseng ingin menayangkan fabel. Berikut hasil tulisan saya yang sudah lama terpendam. Dongeng pengantar tidur. Selamat membaca ya.
***
Siang hari yang panas. Lolato, seekor lalat sedang murung di tepi hutan. Ia menatap jauh ke sebuah taman. Padahal biasanya, ia hobi mengelilingi hutan. Namun, kali ini ia tidak ingin terbang. Sementara hutan kian sepi. Beberapa teman Lolato sudah pergi sejak pagi tadi.
"Ah semua teman-temanku pergi ke ulang tahun Kupopo, tapi aku tidak bisa pergi," gerutu Lolato.
Di tangan Lolato ada sebuah undangan. Kemarin Kupopo, seekor kupu-kupu yang cantik mengiriminya undangan pesta. Semua teman-teman di undang termasuk Lolato. Hanya saja, Lolato bingung. Ia malu untuk menghadiri undangan Kupopo.
"Hei Lolato!" teriak Capung saat melewati Lolato. Ia akan menghadiri undangan Kupopo.
"Eh Capung, apa kamu akan pergi ke pesta Kupopo?" tanya Lolato.
"Tentu saja. Pasti akan menyenangkan," jelas Capung antusias.
Lolato membayangkan kalau di taman itu akan ada pesta yang meriah. Ah sudah tidak terbayang seberapa menyenangkan pesta itu.
"Bolehkah aku pergi bersamamu?" tanya Lolato.
"Hahaha... kau bercanda?" ejek Capung sembari tertawa.
Mendengar tawa mengejek dari Capung, Lolato kembali terdiam. Sudah diduga, siapapun pasti akan tertawa jika Lolato datang ke pesta itu.
"Lolato, kau harus tahu diri," kata Capung, "Kau itu jelek. Kau hinggap di kotoran-kotoran. Bagaimana mungkin kamu akan menghadiri pesta Kupopo?" ejek Capung.
Lolato terdiam. Dia menunduk. Benar alasan Capung. Ia tidak bisa dibandingkan dengan Kupopo yang bersayap indah. Sementara Lolato begitu kecil dan kotor.
Capung pun berlalu. Suara pesta yang meriah terdengar. Sementara Lolato masih terdiam menatap kepergian Capung. Padahal ia ingin sekali pergi bersama Capung. Tetapi mengingat dirinya tidak layak hadir di pesta itu, akhirnya Lolato pasrah. Jika ia datang ke pesta itu, pasti yang lain akan menertawakannya.
Teman-teman pasti akan mengatai Lolato sebagai binatang kotor karena sering hinggap di kotoran. Lolato sama sekali tak punya kelebihan. Selain kotor, ia juga tidak menawan seperti Kupopo.
Akhirnya Lolato terbang meninggalkan undangannya. Ia mencoba berbahagia dengan melakukan aktivitasnya seperti biasa, mengelilingi hutan.
Tak berapa lama, Lolato melihat ada sesuatu yang aneh. Pesta Kupopo yang meriah sepertinya terhenti. Suaranya tidak terdengar lagi. Ada sesuatu yang terjadi, pikir Lolato.
Dengan berhati-hati, Lolato memutuskan pergi menengok taman tempat mereka mengadakan pesta. Saat tiba di sana, Lolato melihat kejadian yang aneh. Seorang anak manusia berlari ke sana kemari dengan benda aneh yang mirip jaring laba-laba yang cukup besar dan dalam. Juga terlihat lebih kuat. Ada beberapa kupu-kupu dan capung yang tertangkap dalam jaring. Mereka tidak bisa melepaskan diri.
"Ada apa ini?" tanya Lolato.
"Ada anak manusia menganggu pesta," jelas Burung. "Kupopo dan Capung sudah tertangkap."
"Mengapa tidak ada yang membantu?" tanya Lolato.
"Bagaimana mungkin kami bisa membantu. Kami tidak bisa terbang dengan cepat. Kalau kami menyelamatkan mereka, kami bisa saja ditangkapnya juga!" teriak Burung segera meninggalkan taman.
Lolato terbang dengan cepat membantu Kupopo dan Capung. Lolato berterbangan di wajah anak manusia itu. sayapnya mengepak dengan cepat. Bermanuver dengan canggih.
Kosentrasi anak manusia itu pun terganggu. Dia berusaha mengibaskan tangannya. Namun, kecepatan bermanuver Lolato begitu cepat. Bergerak tanpa ada batas. Dengan kecepatan tinggi tanpa kesalahan dan tanpa terbakar.
Sementara anak manusia itu terus berusaha menangkap Lolato. Semakin lama dia berusaha, justru semakin kesal hingga melepaskan jaring yang dipegangnya. Melihat kesempatan itu, Kupopo dan capung segera keluar dari jaring.
Setelah melihat Kupopo dan capung keluar, Lolato segera menyusul mereka. Sementara anak manusia itu terlihat begitu kesal karena tangkapannya terlepas.
"Terima kasih Lolato," kata Kupopo.
"Iya, aku berhutang nyawa padamu," tambah Capung.
"Sama-sama," kata Lolato senang.
"Padahal aku sudah menghinamu tadi. Aku menyesal. Maaf ya," kata Capung meminta maaf atas kesalahannya.
Lolato menerima permintaan maaf Capung. Ia juga menyadari kalau meskipun ia kotor, tetapi ia juga hebat dalam bermanuver. Dengan kelebihan itu ia bisa menyelamatkan Kupopo dan Capung. Sementara Kupopo dan Capung senang bisa selamat dari perburuan. Mereka pun menerima Lolato dengan ramah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H