Kelompok Women 20 (W20) Indonesia pada pertemuan pertamanya ini membahas empat isu penting terkait perempuan yaitu diskriminasi dan kesetaraan, inklusi ekonomi, perempuan marjinal, dan kesehatan.Â
Jika kita berkaca kembali pada masa perjuangan Kartini, kita bisa melihat bahwa isu prioritas perempuan kini sudah berkembang. Tidak lagi membahas tentang perjodohan seperti dalam novel Siti Nurbaya, melainkan jauh lebih luas.Â
Hari Kartini selalu menjadi momen bagi perempuan Indonesia untuk membangkitkan kembali semangat emansipasi wanita seperti yang juga digaungkan oleh Women 20 dalam mengangkat empat isu prioritas terkait perempuan.
Diskriminasi dan kesetaraan tidak hanya mencakup peran perempuan yang dahulu dikenal sebagai pawang rumah tangga alias hanya mengurus 'dapur'. Kini perempuan dapat berdiri sendiri dengan menempati posisi-posisi strategis, seperti dalam pekerjaan maupun di bidang tertentu. Namun, meski begitu persentase jumlah perempuan yang dapat berkembang hingga puncak karire maupun ahli di bidang tertentu masih jauh, terutama perempuan di pedesaan.Â
Nyatanya, masih banyak perempuan dan anak perempuan di pedesaan yang tidak memiliki akses baik keuangan maupun pendidikan yang layak. Sehingga mereka tidak memiliki kesempatan dalam berpartisipasi memajukan perekonomian.Â
Kesetaraan yang dimaksud tentu bukan hanya menyasar satu komunitas perempuan di kota, melainkan juga merata hingga pedesaan. Hal ini ada kaitannya dengan ketersebaran produktivitas perempuan baik di kota maupun di desa.Â
Artinya, perempuan di pedesaan juga memiliki hak sama untuk berkembang. Diskriminasi dan kesetaraan ini juga tidak terpaku pada bidang karier dan pendidikan, melainkan dalam segala aspek kehidupan, seperti ketika pandemi dan ketika terjadi bencana alam.Â
Peran perempuan dalam menghilangkan diskriminasi dan kesetaraan ini bertujuan agar perempuan mendapat hak yang sama seperti kaum laki-laki. Sebagaimana kita ketahui masih banyak paradigma yang menyudutkan perempuan.Â
Perempuan masih dipandang sebelah mata bahkan terabaikan haknya misalnya, seperti mendapatkan gaji yang layak, cuti, jaminan kesehatan, dan sebagainya.Â
Pada usaha ekonomi, perempuan menempati peran strategis, terutama di tengah pandemi Covid 19. Perempuan tangguh Indonesia melibatkan diri dalam usaha mikro. Padahal usaha mikro ini merupakan salah satu usaha yang menyumbang sebagian besar lapangan pekerjaan. Kepiawaian perempuan menciptakan peluang bisnis, mulai dari offline hingga online, menciptakan peluang tersendiri dalam kegiatan ekonomi mikro.Â
Perempuan memiliki peran penting dalam usaha mikro bahkan menjadi peran utama. Peran perempuan dalam usaha mikro ini perlu didukung dan dikembangkan, terutama di wilayah pedesaan yang memiliki keterbatasan infrastruktur.Â
Pembangunan infrastruktur ini penting terutama infrastruktur digital dalam pengembangan kewirausahaan berbasis platform digital. Sebagaimana kita ketahui bahwa perempuan menjadi ujung tombak pelaku usaha mikro dalam bentuk online, misalnya jualan online atau olshop. Seharusnya perempuan bisa berkembang dengan baik jika usaha ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak.Â
Selama ini, perempuan menganggap bahwa usaha online merupakan usaha sampingan yang bisa mendapat uang tambahan, bahkan sekadar untuk membeli bumbu dapur dan memberi uang saku anak.Â
Padahal, jika paradigma ini dikembangkan, perempuan tidak hanya bisa mendapatkan keuntungan kecil (yang cukup untuk membeli bumbu dapur maupun uang saku anak), melainkan bisa mengembangkan usaha dan mendapat keuntungan besar.Â
Perempuan kini bisa mengembangkan usahanya dengan mendirikan perusahaan secara lebih formal sehingga bisa mendapatkan akses modal yang lebih besar. Selain itu, perempuan juga bisa mendapatkan akses penguatan pemberdayaan ekonomi keluarga dengan peningkatan kecakapan hidup yang bertujuan untuk menopang kesejahteraan keluarga. Sehingga perempuan tidak hanya memenuhi kebutuhannya, melainkan juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi perempuan lainnya.
Dalam bidang kesehatan, sudah banyak mengalami kemajuan. Meski pun pada kenyataannya masih banyak perempuan yang belum berani mempertahankan kesehatannya.Â
Masih banyak perempuan yang takut memeriksakan diri terkait kesehatannya karena menganggap kesehatannya tidak penting, atau karena tidak nyaman dengan penanganan dokter laki-laki dibandingkan dokter perempuan. Selain itu, masih tingginya kasus kekerasan dalam rumah tangga atau gangguan kesehatan karena paparan asap rokok, serta masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan.
Sudah saatnya bagi perempuan mengambil peran penting dalam kesehatan. Hal ini karena kesehatan merupakan salah satu hak perempuan, termasuk mendapat kesetaraan akses kesehatan.Â
Bukan hanya terkait kesehatan fisik saja, melainkan juga kesehatan mental. Karena perempuan juga merupakan salah satu kelompok rentan (kesehatan mental), terutama ibu rumah tangga. Sehingga perlu adanya peran untuk menyadarkan arti pentingnya kesehatan baik fisik maupun psikis bagi perempuan, di kota maupun di desa.Â
Perempuan sudah selayaknya menjadi target perubahan. Peran perempuan juga bisa menjadi solusi untuk membantu mendorong pemulihan global. Hal ini karena perempuan dapat mendorong kemajuan ekonomi dengan usaha mikronya.Â
Oleh karena itu layak jika menempatkan perempuan sebagai penerima manfaat dari rangkaian kebijakan baik itu di sektor keuangan maupun non-keuangan, baik itu yang bekerja di pengusaha mikro, di sektor informal, maupun di pedesaan.Â
Mari galakkan kembali peran strategis perempuan untuk bangkit dan menjadi agen pendorong kemajuan bangsa. Perempuan kuat, perempuan bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H