Mohon tunggu...
Dwi Astuti
Dwi Astuti Mohon Tunggu... Guru - Guru, Dosen, dan Penulis

Dwi Astuti memiliki nama pena Atsuka D. Menulis diberbagai platform digital. Jika berkenan, mampir ya. Terima kasih sudah mendukung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selama ini Salah! Bukan Seimbangkan Dunia dan Akhirat

17 April 2022   06:11 Diperbarui: 17 April 2022   06:14 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/

Orang yang taat dan bertakwa akan lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Tidak ada kata seimbang pada pilihan dunia atau akhirat. Bagaimanapun, akhirat haruslah menjadi tujuan utama. Seseorang memang memiliki perlu dengan dunia, tetapi lebih membutuhkan akhiratnya.

Dunia memang tidak boleh ditinggalkan karena setiap manusia memiliki tanggung jawab di dunianya. Setiap kita adalah pemimpin. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, seorang perempuan adalah pemimpin bagi anak-anaknya karena ia adalah madrasah bagi anak-anaknya. Maka kita perlu dengan dunia, tetapi jadikan kepentingan kita di dunia (apapun itu) menjadi ladang pahala untuk akhirat.

Allah Swt telah menyiapkan dunia kita sebagai ladang pahala. Kita bisa menjadi pemimpin; pemimpin negara, pemimpin perusahaan, atau pemimpin rakyat. Dengan amanah dan pemimpin yang adil, tidak semena-mena, dan tidak dzolim, kita bisa mendapat pahala darinya. Dengan gaji yang besar, seharusnya sedekahnya juga besar, bukan korupsinya.

Jika kita berpikir bahwa tidak ada kaitan antara kehidupan dunia dan akhirat, dampaknya tentu terputuslah urusan dunia dan akhiratnya. Semisal, dari hal kecil seperti makan. Jika kita berpikir makan adalah urusan dunia (memenuhi kebutuhan perut saja) maka yang kita dapat hanya rasa kenyang. Namun, jika kita berpikir makan adalah rahmat dari Allah Swt, maka kita akan makan sesuai sunah Rasulullah. Sehingga kita bisa mendapat pahala dan rahmat dari makanan tersebut. Dengan makanan itu, ibadah kita tenang (rasa lapar bisa menganggu kosentrasi ibadah), kita akan sehat, dan akan membawa berkah untuk kita, bukan hanya rasa kenyang.

Pentingnya memberatkan akhirat daripada dunia bukan hanya sekadar melakukan ibadah terus-menerus tanpa memikirkan dunia. Akan tetapi, menjadikan dunia sebagai media dalam mendapatkan sebanyak mungkin pahala untuk bekal di akhirat (catatan: bukan menambah dosa ya).

Jika kita diberikan Allah kelebihan rezeki, maka gunakan rezeki itu untuk berinfaq atau bersedekah. Perbanyak beramal, bukan berfoya-foya. Jika kita diberi Allah amanah jabatan, maka gunakan jabatan itu sebagai jalan membuka pintu kebaikan, baik untuk diri sendiri dan orang lain, bukan untuk melancarkan aksi tak manusiawi berkedok 'peduli'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun