Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat muslim sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183.
"Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
Ibadah Puasa Ramadan bukanlah ibadah rutin yang dilakukan muslim setiap hari sepanjang tahun. Melainkan merupakan ibadah yang sudah ditentukan waktunya, yaitu pada bulan ramadan. Puasa ramadan yang dilakukan umat muslim memiliki banyak aturan yang harus dijalani. Sebab, ibadah pada bulan suci termasuk ibadah wajib.
Umat Islam selalu menantikan bulan penuh berkah dengan penuh suka cita. Hal ini karena pada bulan ramadan, ibadah yang dilakukan akan dilipat gandakan pahalanya. Selain itu, ramadan juga menjadi bulan yang penuh ampunan. Oleh karena itu, umas Islam tidak akan menyiakan ibadah pada bulan tersebut.
Dalam rangka mendapat berkah bulan ramadan secara maksimal, umat Islam melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Tidak hanya puasa, melainkan ibadah lain seperti membaca Al Quran secara rutin, berdzikir, dan ibadah lainnya. Memang menjadi hal wajar bahwa sebagai umat Islam, ramadan menjadi momentum terbaik untuk kembali menyucikan hati. Maka tak heran jika banyak umat Islam yang benar-benar memanfaatkannya dengan memperbanyak amalan ibadah dan lebih khusyuk dalam beribadah agar mendapat keridhoan Allah Swt.
Namun, ada beberapa hal yang secara sadar atau tidak sadar mengurangi pahala puasa di bulan ramadan.
1. Berkata Dusta atau bersumpah palsu
Berkata dusta adalah menyampaikan sesuatu yang berlainan dari kenyataan. Sementara bersumpah palsu artinya menyatakan sumpah tetapi berbohong. Seseorang yang berdusta selama ia berpuasa, maka ibadah puasanya menjadi sia-sia. Begitu pun dengan bersumpah palsu. Maka ibadah yang ia lakukan tidak akan bernilai di hadapan Allah. Hal itu karena berdusta dan bersumpah palsu merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam dan merupakan dosa besar.
2. Tidak Menjaga Lisan (Ghibah, gosip, atau membicarakan keburukan orang lain)
Ghibah, bergosip, atau membicarakan keburukan orang lain merupakan perbuatan yang tercela yang dilarang dalam Islam. Jika seseorang melakukan perbuatan tersebut selama ia berpuasa, maka yang ia peroleh hanya rasa haus dan lapar saja, tidak ada pahala untuknya.
Ghibah, bergosip, atau membicarakan keburukan orang lain bukan hanya terdapat dalam kehidupan nyata. Artinya, perilaku tercela ini juga bisa dilakukan secara maya. Di zaman yang modern ini, ketika teknologi berkembang pesat dan informasi tersebar secara cepat, banyak dari kita yang menjadi netizen. Postingan di media sosial menjadi ladang ghibah, gosip, dan membicarakan keburukan orang lain tanpa ada batasan lagi. Lebih parahnya lagi, jempol netizen seakan terlalu ringan dalam memberi komentar yang negatif dan semaunya. Sehingga tak heran jika kolom komentar selalu ramai.
Pada bulan ramadan ini, seharusnya menjadi momentum agar kita mengingat dan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Sehingga ibadah yang kita lakukan menjadi sempurna.
3. Adu domba dan fitnah
Adu domba dan fitnah adalah perilaku tercela. Nabi Muhammad Saw menentang perbuatan ini. Beliau bersabda "Pelaku adu domba tidak akan masuk surga". Adu domba dan fitnah dapat merusak kerukunan manusia. Oleh karena itu, jangankan pahala puasa, orang yang melakukan adu domba akan mendapat balasan neraka di akhirat.
4. Tidak menjaga diri dari syahwat
Tujuan puasa salah satunya adalah menahan hawa nafsu. Mata menjadi ujung tombak timbulnya syahwat. Jika mata tidak dapat dijaga dari hal-hal yang dapat menimbulkan syahwat, maka sia-sia ibadah puasanya.
Menahan hawa nafsu memang menjadi ujian paling besar ketika berpuasa. Banyak orang terjebak karenanya. Misal saja, pada bulan ramadan justru menjadi momen para ABG atau anak muda yang berpacaran untuk berduaan dengan alasan mencari takjil alias ngabuburit, bukber, berbalas pesan untuk mengingatkan berbuka dan sahur, serta lainnya. Padahal sudah jelas dalam Islam melarang pacaran. Melihat lawan jenis dengan hawa nafsu juga tidak diperbolehkan dalam Islam karena dapat mengurangi pahala puasa.
5. Tidur sepanjang waktu
Kendati tidur adalah ibadah, bukan berarti selama puasa, seseorang diperbolehkan tidur secara berlebihan. Justru, dengan tidur secara berlebihan, dapat mengurangi pahala puasa. Â Selama ini tidak jarang orang yang beralasan bahwa puasa menjadi penghalang dari pekerjaannya, sehingga ia menjadi malas bekerja, tidak produktif, dan hanya tidur-tiduran. Padahal hal itu justru bertentangan dengan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. Seharusnya puasa tidak mengubah jadwal kerja atau aktivitas lainnya.
Puasa merupakan ibadah yang dilakukan dengan cara menahan diri, yaitu menahan diri dari makan dan minum, serta menahan hawa nafsu dan perbuatan munkar. Jadi puasa bukan sekadar menahan haus dan lapar, melainkan juga menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat dan perbuatan dosa yang memiliki potensi menodai ibadah puasa. Sehingga perlu persiapan yang matang untuk memaksimalkan ibadah di bulan puasa. Semoga kita semua bisa menjadi hamba yang selalu taat dan mendapat hidayah-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H