Mohon tunggu...
Dwi Astono
Dwi Astono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asa Seorang Calon Guru Penggerak (CGP)

19 September 2022   12:30 Diperbarui: 19 September 2022   12:37 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi peserta Program Pendidikan Guru Penggerak bukan hal yang mudah. Ada beberapa tahapan seleksi yang harus diikuti oleh Calon Guru Penggerak. 

Pendaftaran dilakukan secara daring melalui website resmi program guru penggerak. Setelah mendaftarkan diri, calon peserta mengunggah berkas yang dipersyaratkan. Kemudian calon peserta menulis essay melalui Learning Management System (LMS). 

Ini menjadi tugas yang dinilai berat oleh para pendaftar, mengingat semua tulisan harus orisinil. Jika tulisan essai yang dikirim oleh calon peserta dinyatakan lolos, artinya calon peserta telah melewati seleksi tahap 1. Mereka harus mengikuti seleksi tahap selanjutnya yaitu praktik mengajar dan wawancara sebagai rangkaian seleksi tahap 2. 

Praktik mengajar dilakukan selama 10 (sepuluh) menit sesuai dengan rencana pembelajaran yang diuanggah sebelumnya oleh calon peserta. Kemudian, calon peserta praktik mengajar sesuai jadwal yang telah ditentukan melalui LMS dan diamati oleh dua orang asesor. Praktik mengajar dilakukan secara daring, namun pendaftar mengajar layaknya di depan murid-muridnya. 

Beberapa waktu kemudian, disusul penjadwalan sesi wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan sekitar 60 menit dengan dua orang pewawancara. Jika pendaftar dinyatakan lulus pada seleksi tahap dua ini, mereka berhak mengikuti pendidikan guru penggerak.

Kini, saya sedang menempuh Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6. Semua Calon Guru Penggerak mengharapkan untuk segera lulus. Namun, begitu kami harus menunggu dan menyelesaikan segala tugas selama enam bulan lamanya. Kami menempuh pendidikan secara sinkronus dan asingkronus. 

Sinkronus dilakukan melalui video teleconference dan tatap muka langsung. Sedangkan asinkronus dilakukan memalui LMS. Semua CGP (Calon Guru Penggerak) harus menyelesaikan segala tugas sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh kementerian (Balai Besar Guru Penggerak). 

Selama pendidikan, CGP dibantu/difasilitasi oleh satu orang pengajar praktik, satu orang fasilitator dan satu orang instruktur. CGP juga harus bekerja keras membagi waktu antara tugas pokok dan fungsinya di sekolah, mengerjakan tugas pendidikannya, mengikuti video conference dan juga tentunya berbagi waktu bersama keluarga. Ini tentu bukan hal yang mudah, namun harus dilakukan.

Ada mimpi besar yang terselip dalam pikiran seorang Calon Guru Penggerak (CGP). Peluang terealisasinya mimpi itu akan semakin besar apabila CGP berhasil menyelesaikan dan dinyatakan lulus pendidikan. Jika lulus nanti, di tahun pertama saya memiliki angan-angan akan bergerak bersama warga sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, hijau dan warna-warni. 

Di tahun kedua, saya akan menyelenggarakan kegiatan untuk mendukung Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Memasuki tahun ketiga, sekolah harus fokus pada perbaikan pembelajaran sesuai hasil rapor pendidikan.

Tahun pertama pasca pendidikan Guru Penggerak, sekolah perlu memperbaiki lingkungan belajar secara fisik. Lingkungan belajar yang baik, diharapkan akan menumbuhkan semangat belajar murid. Suasana yang sejuk, hijau, indah tentu dapat menciptakan suasana hati yang sejuk dan bahagia.

 Suasana hati warga sekolah yang bahagia, akan mendukung terciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini akan menambah aura positif bagi para murid, guru dan tenaga kependidikan di sekolah.

Sekolah perlu memulai dari menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, hijau dan warna-warni. Kegiatan dapat diawali dengan pembiasaan membersihkan diri sendiri. Semua warga sekolah harus terbiasa mandi pagi sebelum berangkat ke sekolah, cuci tangan menggunakan sabun dan dengan air mengalir dan mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan-kebiasaan ini harus dibiasakan. 

Murid-murid harus terbiasa menjaga kebersihan diri di mana saja dan kapan saja. Jika mereka sudah terbiasa dengan kebersihan diri, diharapkan akan terbiasa menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya juga sekolahnya. 

Selanjutnya murid-murid harus terbiasa membersihkan lingkungan sekolah dengan rutin menyapu kelas dan halaman sekolah melalui gotongroyong. Melalui kegiatan ini, ada pesan yang harus disampaikan kepada murid bahwa supaya kegiatan menyapu menjadi ringan, maka mereka harus membuang sampah di tempat sampah.

Sekolah juga perlu mengadakan kegiatan bersih-bersih secara periodik yang sifatnya mingguan/dua mingguan untuk menjaga kebersihan secara menyeluruh. Kegiatan semacam ini dapat dilakukan melalui Jumat Bersih. 

Kegiatannya adalah membersihkan kaca kelas, menyapu/mengepel kelas, serta membersihkan halaman seperti menyapu dan mencabut rumput liar. Dalam kegiatan Jumat Bersih juga dapat diisi dengan memangkas tanaman yang sekiranya perlu dilakukan pemotongan.

Upaya menambah suasana sejuk di sekolah dilakukan dengan kegiatan penghijaun. Kegiatan ini diisi dengan pengumpulan pupuk kandang dari murid yang akan digunakan untuk menanam. Pengadaan pot tanaman dapat menggunakan dana Amal Jumat dari murid yang dihimpun dari semua kelas. 

Selanjutnya, tanaman didapat dari semua warga sekolah dengan membawa dari rumah masing-masing. Jika alat dan bahan sudah lengkap, sekolah dapat mengadakan kegiatan menanam secara bersama-sama. Semua warga sekolah terlibat langsung dalam menghijaukan sekolah. Mereka juga memiliki tanggung jawab untuk merawat tanaman di depan kelasnya.

Untuk menambah suasana keceriaan di lingkungan sekolah, perlu dilakukan pewarnaan pada semua prasarana sekolah. Pewarnaan dapat dilakukan menggunakan alokasi dari Dana BOS atau memanfaatkan uang amal Jumat. Semua objek yang ada di sekolah dapat diwarnai dengan berbagai macam warna. 

Bahkan jika diperlukan, satu objek dapat dicat menggunakan beberapa macam warna. Suasana warna-warni ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak. Mereka tentu sangat menyukai sesuatu yang berwarna sesuai dengan dunianya. Dengan demikian, saat mereka berada di luar diharapkan mereka akan merindukan suasana lingkungan sekolah.

Pada tahun kedua, sekolah perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan proyek penguatan profil pelajar pancasila. Kegiatan itu dapat berupa pembiasaan UKS, kegiatan religi, kelas inspiratif, mulok sekolah serta kegiatan tahunan seperti study tour. 

Pembiasaan UKS dapat dilakukan dengan senam sehat, cuci tangan bersama atau gosok gigi bersama. Sekolah juga dapat menghadirkan narasumber untuk menyampaikan informasi kesehatan misalnya dari Puskesmas atau petugas kesehatan lainnya. 

Selanjutnya, kegiatan religi dapat dilakukan dalam bentuk Madrasah Diniyah. Dalam kelas inspiratif, sekolah dapat menghadirkan beberapa unsur profesi seperti dari kepolisian, TNI, dokter, atau pejabat pemerintah lainnya. Dapat juga dengan memberdayakan orang tua/wali yang ahli di bidangnya masing-masing. Muatan lokal sekolah dapat dipilih dan disesuaikan dengan sosio kultural masyarakat sekitar seperti kuda lumping, menganyam dan lain-lain.

Tahun ketiga, sekolah mulai bergerak fokus pada perbaikan kualitas pembelajaran berdasarkan rapor pendidikan. Ketika lingkungan sekolah secara fisik sudah siap, kemudian pembiasaan-pembiasaan sudah berjalan dan proyek penguatan profil pelajar Pancasila sudah mulai berjalan, maka sekolah sudah saatnya memperbaiki diri dari hasil rapor pendidikan. 

Fokus kegiatan dapat dimusyawarahkan bersama dengan warga sekolah lainnya termasuk orang tua/wali murid. Namun, jika memungkinkan akan lebih baiknya jika fokus pada perbaikan pembelajaran yang berpusat pada siswa terlebih dahulu. 

Evaluasi diri perlu dilakukan secara menyeluruh agar akar masalah dapat ditemukan dan dicari penyelesaian yang akurat. Apabila akar masalah sudah dapat diketemukan, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan kegiatan sebagai tindakan penyelesaian. 

Jika diperlukan anggaran, sekolah dapat mengalokasikannya pada Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah. Sebagai opsi pendanaan dari sumber lain, sekolah dapat bermusyawarah dengan pihak orang tua/wali murid.

Agar semua itu dapat dilaksanakan serta menghasilkan sebuah kegiatan yang baik dan terukur tentu diperlukan komunikasi dan kerjasama yang solid dengan semua pihak. Melalui kolaborasi tersebut, sekolah akan lebih banyak mendapatkan ide dan gagasan, sehingga masalah dapat diselesaikan dan mutu dapat ditingkatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun