Requisites for an Investigator (Kebutuhan Penyidik)
Penyidik harus mengetahui dengan pasti apakah sebuah kejahatan telah terjadi atau tidak; bagaimana terjadinya; kapan terjadi; di mana terjadi; siapa yang melakukan kejahatan itu; dan dalam kasus tertentu, mengapa kejahatan itu terjadi. Untuk melakukan hal ini, penyidik harus memiliki (1) kemampuan intelektual untuk mempelajari; (2) kekerasan hati dalam menghadapi rintangan (3) integritas pribadi yang dapat tahan terhadap godaan fisik, emosional, dan material; (4) pemahaman terhadap orang lain, proses mental mereka, budaya mereka, kebiasaan mereka, dan lingkungan mereka; (5) pengetahuan tentang bantuan ilmu pengetahuan yang berguna dan kemauan untuk menggunakannya; (6) kemampuan untuk mencapai kesimpulan berdasarkan bukti; (7) pemahaman tentang diri sendiri; (8) kemampuan untuk bertahan terhadap prasangka; (9) kesabaran untuk menunggu penilaian sampai bukti tersedia; dan (10) pengetahuan tentang teknik dan prosedur yang dibutuhkan dalam penyidikan kriminal.
Tools for an Investigator (Alat Penyidikan)
Observasi. Penyidik harus mampu mengamati dengan akurat semua yang dapat diamati, menggunakan bahasa untuk menyampaikan kepada pihak lain apa yang telah ia amati, dan menggambarkan dengan tepat apa yang ia amati. Tidak ada detil yang dapat diabaikan atau diremehkan sebagai hal yang tak berarti. Penyidik yang terlatih tidak hanya mengamati objek tetapi juga menempatkannya dalam hubungannya dengan situasi. Situasi tersusun dari banyak detil, yang kesemuanya harus dirangkum dalam sebuah deskripsi yang akurat. Foto TKP menghasilkan rekaman peristiwa yang dapat digunakan sebagai bantuan dalam observasi, tetapi foto bukanlah observasi. Observasi memberikan makna kepada apa yang terlihat; sebuah citra mental.
Deskripsi penting untuk mengomunikasikan observasi. Penggunaan kata yang tepat, lisan, atau tertulis dalam berkomunikasi membutuhkan pengetahuan tentang perbendaharaan dan komposisi kata-kata.
Keadaan emosi, penyakit ringan, cacat, prasangka, dan mitos dapat membatasi keakuratan pengamatan saksi, bahkan penyidik. Banyak faktor dapat menyumbang observasi yang tidak akurat dan kesalahan deskripsi selain faktor yang telah disebutkan. Para saksi dapat mendeskripsikan kejadian yang bila dicari pembuktiannya tampak mustahil karena saksi tersebut tidak dapat mengamati apa yang ia deskripsikan dari tempat saksi itu mengadakan pengamatan. Deskripsi itu mungkin saja sama sekali hasil karangan seorang saksi yang mencari pengakuan.
Penggunaan Pencatatan. Catatan, umum dan pribadi, sering penting untuk suatu penyidikan. Sejumlah informasi dibutuhkan untuk membangun sebuah kasus. Pengetahuan mengenai banyak catatan dan informasi yang terkandung di dalamnya sangat penting. Penyidik harus mengetahui siapa yang menguasai catatan yang diinginkan dan bagaimana mendekati sumber ini. Sejumlah informasi mencatat tentang batasan individu yang luar biasa. Sumber bervariasi mulai dari yang mudah didapat, seperti buku petunjuk telefon, petunjuk kota, dan semacamnya, hingga informasi yang sulit diperoleh yang disimpan oleh lembaga swasta, semipublik, dan pemerintah.
Wawancara dan Interogasi. Penyidik harus memiliki kemampuan untuk melakukan wawancara dan mengumpulkan informasi dari berbagai jenis orang dari semua tingkat usia—anak-anak, pemilik bar, supir taksi, pengantar barang, wanita penghibur, penjaga pintu, pegawai, ahli kecantikan, dan sebagainya. Pengetahuan mengenai “siapa mengetahui apa” berkembang dengan pengalaman.
Interogasi adalah sebuah fungsi penyidikan. Tujuan interogasi adalah untuk mendapatkan informasi tentang kejadian yang diselidiki dan tentang pelaku kejahatan. Semua kategori orang dapat diinterogasi: saksi, korban, majikan, rekan kerja, teman, kerabat, dan lain-lain. Interogasi bukanlah pengganti penyidikan melainkan alat bantu penyidikan. Ada persyaratan legal yang melingkupi interogasi yang harus dipahami oleh penyidik. Kegagalan memahami persyaratan ini akan menyia-nyiakan penggunaan informasi yang didapat sebagai barang bukti.
Informan rahasia dapat memberikan informasi yang berharga bagi penyidik, atau sebaliknya tidak tersedia, mengenai kejahatan atau rencana suatu kejahatan. Dalam beberapa hal, informan tersebut adalah seorang agen yang menyamar sebagai warga sipil. Identitas mereka tidak disebutkan. Informan itu biasanya terlibat dengan para pelaku kejahatan. Nilai dirinya bergantung pada informasi yang ia kumpulkan melalui kedekatannya dengan pelaku kejahatan. Kontak dengan informan harus diatur agar identitasnya tidak akan terbongkar.
Informan rahasia bertindak dengan motif yang bervariasi. Apa pun motifnya, penyidik harus mencek ulang setiap detil informasi yang diberikan informan sebelum melakukan tindakan apa pun.