Mohon tunggu...
dwiardyy
dwiardyy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang lelaki

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pohon Terakhir di Kebun

22 Februari 2023   18:23 Diperbarui: 22 Februari 2023   18:32 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi| Komas.com

Tinggal beberapa menit lagi, dan kebun itu akan hilang untuk selamanya. Padang rumput yang luas dengan pohon-pohon besar yang tumbuh subur di dalamnya akan digantikan dengan gedung-gedung pencakar langit yang megah. Dan, di antara pohon-pohon itu, ada satu pohon yang menjadi saksi bisu dari segala yang terjadi di kebun itu.

Siapa yang akan merawat pohon itu sekarang? Siapa yang akan memeluknya dan berbicara dengannya seperti yang dilakukan oleh sang kakek, yang telah berjalan-jalan di kebun itu setiap hari sejak ia masih muda?

Sang kakek, seorang pensiunan yang menghabiskan masa kecilnya di kebun itu, adalah satu-satunya orang yang pernah merawat dan menghargai pohon itu. Ketika kebun itu menjadi semakin berusia, hanya pohon itu yang tersisa dari kebun asli. Di antara reruntuhan, kakek terus merawat pohon itu dengan hati-hati dan kasih sayang.

Saat kakek telah meninggal, anak-anak dan cucunya membawa kebun itu ke pasar untuk dijual. Mereka tidak pernah menyadari betapa pentingnya pohon itu bagi kakek mereka. Mereka hanya melihat kebun itu sebagai sumber uang, bukan sebagai tempat yang penuh kenangan dan penghormatan.

Tiba-tiba, ada sebuah mobil yang berhenti di dekat pohon itu. Seorang wanita muda keluar dari mobil dan mendekati pohon itu dengan pandangan tajam. Dia mengamati pohon itu dengan cermat dan kemudian berkata, "Ini adalah pohon terakhir yang masih hidup di kebun ini, benar?"

Ketika dia melihat ke arah kebun yang lain, air matanya mengalir deras. "Saya akan membeli kebun ini," katanya tegas. "Saya akan merawat pohon ini dan menghormati kenangan sang kakek."

Dia tahu betapa pentingnya kebun itu bagi kakek itu dan betapa pentingnya pohon itu untuk dijaga. Dia tahu bahwa kebun itu harus dipelihara untuk masa depan generasi mendatang. Dan dia tahu bahwa pohon itu harus tetap hidup.

Setelah bertahun-tahun merawat pohon itu dengan hati-hati, wanita itu mengambil satu langkah mundur dan melihat pohon itu dengan bangga. Pohon itu telah tumbuh besar dan kuat, dan sekarang adalah saksi dari kenangan dan penghormatan yang dilakukan oleh wanita itu dan keluarganya.

Pohon itu akan tetap hidup selamanya, menjadi tanda penghormatan terakhir dari kebun yang hilang itu. Dan, siapa tahu, mungkin pohon itu akan tumbuh dan melestarikan kebun itu selamanya. Semua itu, berkat tindakan sederhana dari seorang wanita muda yang membeli kebun itu dan menjaga pohon terakhir itu tetap hidup.

Setelah itu, wanita itu memutuskan untuk membuka kebun itu untuk umum. Dia memperbaiki kebun itu, menambahkan jalan setapak dan tempat duduk di sekitar pohon itu. Dia ingin orang lain juga dapat menikmati keindahan dan ketenangan yang ada di kebun itu, serta menghargai kenangan sang kakek.

Banyak orang yang datang ke kebun itu dan melihat pohon terakhir yang masih hidup. Mereka menghormati keindahan pohon itu dan merasa terinspirasi oleh kisah di baliknya. Kebun itu kembali hidup dengan keseimbangan alam dan manusia, sebagai tempat perlindungan dan keindahan.

Wanita itu menjadi pahlawan bagi kebun itu, dan kisahnya tentang memelihara pohon terakhir itu tersebar di seluruh kota. Banyak orang yang kemudian terinspirasi oleh kisah itu, dan mereka juga memutuskan untuk membeli tanah dan menjaga kebun-kebun yang lain. Keberhasilan wanita itu memicu gerakan untuk melindungi lingkungan hidup dan menjaga kebun-kebun kota yang tersebar di seluruh negeri.

Kebun itu akhirnya mendapatkan pengakuan yang pantas, dan semua orang menghargai kembali keindahan alam dan tempat-tempat bersejarah di kota. Dan semua itu berawal dari pohon terakhir di kebun itu, yang dijaga dan dipelihara dengan kasih sayang oleh seorang wanita muda.

Akhirnya, kebun itu menjadi tempat yang ramai dan terkenal, di mana orang-orang dapat menikmati keindahan alam dan mempererat hubungan antara manusia dan lingkungan. Semua itu berkat tindakan sederhana dari wanita yang membeli kebun itu dan menjaga pohon terakhirnya tetap hidup. Kini, kebun itu adalah saksi dari kebaikan manusia dan kasih sayang yang tak pernah pudar.

Wanita itu terus menjalankan kebun itu dengan sukacita dan kesenangan. Dia membuka kafe kecil di kebun itu dan menjual produk-produk organik yang ditanam di sana. Kafe itu menjadi tempat yang populer dan ramai dikunjungi. Wanita itu tidak hanya menjaga kebun itu tetap hijau dan rindang, tetapi juga memberi penghidupan pada kota itu dengan menciptakan tempat yang ramah lingkungan dan sehat.

Selama bertahun-tahun, wanita itu terus merawat pohon terakhir di kebun itu dengan penuh kasih sayang. Dia tumbuh bersama pohon itu, dan pohon itu menjadi teman sejati baginya. Wanita itu tumbuh dalam kebijaksanaan dan pemahaman tentang kehidupan, dan menghargai kecantikan dan kebaikan di dalam setiap hal yang dia lakukan.

Saat tibalah akhir hayatnya, wanita itu meninggalkan sebuah warisan yang luar biasa. Kebun itu menjadi contoh bagi banyak orang tentang bagaimana menjaga keindahan alam dan mencintai lingkungan kita. Pohon terakhir itu tetap tumbuh, menciptakan bayangan yang menenangkan dan tenang di bawah sinar matahari yang cerah. Di sekitar pohon itu, banyak orang berkumpul untuk merayakan kehidupan, menghargai kebaikan, dan menghormati keindahan alam.

Dan kisah tentang wanita itu dan pohon terakhir di kebun itu terus dikenang dan diceritakan selama bertahun-tahun. Setiap kali orang melewati kebun itu, mereka teringat pada kisah inspiratif tentang wanita yang membela kebun itu, menumbuhkan keindahan alam, dan menjaga warisan dari masa lalu. Mereka terinspirasi untuk melakukan hal yang sama, dan menjaga alam kita tetap sehat dan indah untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun