Lanting adalah salahsatu makanan khas Kabupaten Kebumen yang terbuat dari singkong yang digiling. Selain menjadi salahsatu aset pengembang ekonomi kota Kebumen, tampaknya lanting juga memiliki dampak yang merugikan. Salahsatu dampak merugikan tersebut terletak pada limbahnya.Â
Jika tidak diolah dengan baik limbah lanting memang akan berbau busuk dan sangat menyengat. Hal tersebut tentu mengganggu aktivitas warga sekitar karena dapat mencemari lingkungan.Â
Rata-rata pengrajin lanting di Kabupaten Kebumen membuang begitu saja limbahnya dipekarangan tanpa diolah maupun ditampung terlebih dahulu. Karena hal tersebut sumur warga sekitar pabrik lanting tercemar sampai tidak layak untuk dikonsumsi.Â
Sumur menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Limbah yang dibuang begitu saja tanpa proses pengolahan tentu saja akan menimbulkan dampak buruk untuk lingkungan. Warga sekitar sudah mengeluhkan hal tersebut ke pihak desa, namun belum ada tanggapan dan solusi yang pasti untuk permasalahan limbah lanting ini.Â
Pasalnya dalam satu desa pun sebagian besar bermata pencaharian sebagai pengrajin lanting. Dan para pengrajin tidak memiliki biaya yang cukup untuk mengolah limbah dengan cara yang baik.
Tidak hanya dibuang di pekarangan, limbah lanting juga terkadang dibuang ke sungai. Hal tersebut tentu saja menambah citra buruk pengrajin lanting dimata masyarakat. Sungai yang sudah tercemar limbah lanting biasanya airnya akan surut, berbuih, dan berlendir serta mengeluarkan bau yang menyengat. Tidak hanya mengganggu warga sekitar, hal ini juga mengganggu orang-orang yang melewati sungai.Â
Karena hal tersebut ekosistem sungai juga terganggu. Alhasil ikan dan tumbuhan yang menghiasi sungai akan mati. Warga yang biasa mencuci disungai ataupun memiliki aktivitas disungai baik untuk digunakan sebagai irigasi sawah ataupun kebun pun ikut merasakan dampak dan akibatnya. Diharapkan pemerintah Kebumen menindak lanjuti hal ini dengan baik. Jangan sampai melupakan dampak buruknya karena sudah mendapatkan dampak baiknya.
Salahsatu kasus pencemaran sumur warga terjadi di Desa Madureso, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen. Warga resah karena lingkungannya telah tercemar limbah industry rumahan pembuatan lanting. Akibatnya, warga merasakan bau tak sedap setiap hari. Tak hanya itu, sumur milik warga kampung RT 02 RW 04 mulai tercemar.Â
Selain berbau airnya, warnanya juga mulai berubah menjadi coklat. Warga juga mulai mengeluh sesak napas dan gatal-gatal. Â Air sumur para warga sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Selama ini limbah yang dihasilkan saat proses produksi hanya ditampung di pekarangan dan tidak dibawa pergi.Â
Limbah dibuang begitu saja tanpa pengolahan. Padahal sangat banyak pengrajin lanting di desa ini. Tak satu pun dari mereka memiliki tempat pengolahan limbah lanting.Â
Warga lainnya, Turidin, mengaku air sumurnya saat ini tidak layak untuk dikonsumsi karena tercemar limbah. Dia harus membeli galon air untuk memasak dan air minum. Bahkan untuk mandi saja sudah terasa tidak enak apalagi untuk minum. Suparyo Kepala Desa Madureso mengatakan, warga sudah mengadu ke pihak terkait. Namun, jawaban yang diberikan kurang memuaskan.Â
Mereka membuangnya di pekarangan karena tidak punya biaya untuk mengolah limbahnya. Salah satu pemilik industri rumahan lanting, Sohibul, mengharapkan bantuan baik dari pemerintah pusat maupun daerah.Â
Mereka tidak memiliki uang untuk membangun instalasi pengolahan limbah lanting. Kawasan RT 02 RW 04 Desa Madureso memiliki 15 industri rumahan yang memproduksi lanting di sepanjang jalan tersebut. Selama ini tidak ada satupun yang memiliki tempat untuk mengolah limbah cair, malah langsung dibuang ke pekarangan atau ke saluran  air.
Akhirnya Petugas gabungan dari Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, mengambil sampel limbah industri lanting yang diendapkan di Desa Madureso Kecamatan Kuwarasan. Sampel limbah lanting diambil untuk pengujian laboratorium.Â
Hasil laboratorium ini yang akan menjadi dasar untuk membuat rekomendasi tindak lanjutnya. Setelah kejadian ini diharapkan, para pengusaha lanting agar membuat tempat pengolahan limbah.Â
Sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. Mungkin bisa dibangun secara komunal, karena pengrajin lanting di Desa Madureso tersebut cukup banyak. Krena apabila dibiarkan terus-menerus seperti itu akan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat terlebih anak-anak. Pengusaha lanting diharapkan patuh dan mentaati peraturan yang dibuat sehingga usaha lanting tetap berjalan dan tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H