Pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang besar dalam hidup. Namun, tidak semua pembelajaran terjadi di dalam ruang kelas formal. Pendidikan nonformal telah membuktikan diri sebagai jalan alternatif yang dapat mengubah hidup seseorang secara signifikan. Hal ini tergambar dalam perjalanan inspiratif para juara lomba Apresiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (GTK) tingkat nasional. Melalui kerja keras, dedikasi dan inovasi dalam mendidik, mereka tidak hanya meraih penghargaan bergengsi tetapi juga mendapatkan kesempatan istimewa untuk belajar langsung dari salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia yaitu di Denmark.
Perjalanan ini memberikan banyak pelajaran, tidak hanya tentang bagaimana pendidikan nonformal mampu memberdayakan individu, tetapi juga bagaimana inovasi dan kreativitas di bidang pendidikan dapat diapresiasi hingga ke tingkat global.
Untuk itu saya berkesempatan bisa bertemu dengan salah satu juara 1 lomba GTK PAUD DIKMAS Tingkat Nasional di Bengkulu pada tahun 2017. Beliau bernama Ibu Harti Purwanti, M.Pd sebagai seorang pendidik dan pegiat pendidikan non formal. Perjalanan beliau dimulai dengan mengikuti lomba apresiasi GTK PAUD DIKMAS Tingkat Kota Bandung dengan inovasi "Amplop Pintar Pada Peer Teaching" . Inovasi ini bertujuan sebagai media pembelajaran untuk membantu warga belajar  dalam memahami isi materi dalam proses pembelajaran dengan media amplop.
Berkat perjuangan dan kepercayaan dirinya, akhirnya ia meraih  juara 1 di tingkat kota Bandung. Berkat kemenangan ini, membuka jalan baginya untuk melanjutkan ke Tingkat provinsi  Jawa Barat dimana ia bisa memberikan kemampuan terbaiknya dan kembali menyabet juara 1.Â
Prestasi inilah yang akhirnya mengantarkan beliau ke Tingkat Nasional pada tahun 2017 yang diselenggarakan di Bengkulu  untuk mewakili  kontingen Jawa Barat yang dihadiri oleh pegiat PAUD DIKMAS di 34 Provinsi.  Pada ajang apresiasi pendidikan nonformal dan informal tersebut, Ibu Harti Kembali membuktikan keunggulannya hingga berhasil menyisihkan saingannya pada penghargaan paket A Tingkat Nasional dengan meraih juara 1.
Prestasi gemilang ini membawanya mendapatkan kesempatan Istimewa untuk mengikuti kursus singkat di Denmark, sebagai salah satu negara dengan sistem Pendidikan terbaik di dunia. Pengalaman belajar di Denmark tidak hanya pengakuan atas kerja keras beliau, tetapi juga peluang baginya untuk memahami lebih dalam bagaimana pendidikan non formal dapat dioptimalkan untuk mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global.
Pengalaman Ibu Harti Selama di Denmark
Ketika tiba di Denmark, ia langsung disambut dengan suasana yang berbeda dengan Indonesia. Menurut penuturan beliau selama dua minggu mengikuti kursus singkat di Denmark, ia mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran berharga. Ia merasa kagum dengan sistem pendidikan di negara tersebut yang begitu inovatif dan terorganisir serta tak kalah terkesan dengan kedisiplinan dan kejujuran yang menjadi karakter utama masyarakat Denmark.
"Saat itu teman saya kehilangan cincin di toilet, namun tour guide disana menenangkan teman saya dan meyakinkan bahwa cincin tersebut pasti tidak akan hilang. Ketika teman saya kembali ke toilet, cincin itu memang sudah tidak ada. Namun, ketika bertanya kepada petugas semacam resepsionis, cincin itu sudah ditemukan dan diamankan di sana" ujarnya
Ketika disana, ia berkunjung ke TEC Denmark (Technical Education Copenhagen) yang merupakan salahsatu institusi pelatihan vokasi terkemuka di Denmark. TEC menawarkan berbagai program pelatihan dan teknis yang seringkali dikaitkan dengan sertifikasi profesional yang diakui secara internasional.Â
Menurutnya, salah satu sesi yang paling berkesan adalah ketika ia berkunjung ke Technical Education Copenhagen (TEC) Â karena selama disana ia mempelajari tentang;
- mengutamakan pembelajaran berbasis praktik, sehingga peserta didik belajar dengan langsung mempraktikkan keterampilan di lapangan dengan fasilitas teknologi canggih, terbarukan dan ramah lingkungan dalam kurikulumnya
- mengajarkan kerjasama, kolaborasi dan pemecahan masalah secara kolektif untuk menyelesaikan proyek
- siswa didorong untuk mandiri serta menekankan akan pentingnya kualitas tinggi dalam setiap pekerjaan
- bekerja sama dengan berbagai perusahaan untuk memastikan pelatihannya relevan dengan kebutuhan pasar/industri
- TEC memprioritaskan keselamatan dan standar kerja untuk menciptakan lingkungan yang aman di dunia kerja
- oranG Denmark sangat menghargai ketepatan waktu dan ini menjadi bagian penting dalam profesionalisme
"Di Denmark tidak ada kecenderungan kejomplangan kelas sosial yang signifikan.  Setiap individu dihargai setara, terlepas dari latar belakang sosial atau ekonomi mereka. Sistem pendidikan dan kebijakan sosial di Denmark dirancang untuk memberikan kesempatan yang setara bagi semua orang, tanpa memandang status sosial. Bahkan tukang cat  sekalipun mendapatkan sertifikasi. Di Denmark, profesional di berbagai bidang, termasuk tukang cat, diwajibkan untuk mengikuti pelatihan formal dan mendapatkan sertifikasi untuk memastikan kualitas dan standar kerja yang tinggi." Ujarnya
Selain itu, ia juga belajar tentang pentingnya kerja tim dalam menyelesaikan proyek. Di Denmark, siswa diajarkan untuk bekerja secara kolaboratif sejak dini, dan hal ini tidak hanya meningkatkan hasil pembelajaran, tetapi juga membangun keterampilan komunikasi dan kepemimpinan. Ia terinspirasi oleh bagaimana para siswa Denmark diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide mereka, namun tetap diarahkan oleh mentor yang berpengalaman.
Keesokan harinya , berkesempatan berkunjung ke UCC Denmark (University College Copenhagen) adalah salah satu institusi pendidikan tinggi di Denmark yang fokus pada pelatihan profesional di berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. UCC dikenal sebagai salah satu universitas terkemuka dalam mempersiapkan tenaga kerja profesional yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern.
"Selama berkunjung kesana, saya mendapatkan banyak wawasan penting seperti peserta diajak untuk mempraktikan metode pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi modern, mengamati calon guru di Denmark dilatih untuk mencipatkan pembelajaran kolaboratif yang berpusat pada siswa, siswa juga diajak untuk mengenal konsep green education" ujarnya
"Saya bahkan sempat memulung sampah botol bekas untuk dijual di mesin daur ulang untuk ditukar dengan uang dan hasil penjualan botol tersebut saya belikan coklat. ini merupakan sebuah pengalaman yang unik betapa terorganisirnya pengelolaan sampah disana" tambahnya
Tidak hanya itu, ia juga kagum dengan teknologi perpustaakan yang ada di Denmark. Dimana ia bisa melihat langsung perpustakaan di Denmark mengintegrasikan RFID (Radio Frequency Identification) dengan sistem manajemen perpustakaan yang lebih canggih, di mana buku-buku yang dipindai dengan chip dapat tercatat dalam sistem dan dikategorikan secara otomatis berdasarkan genre, subjek, atau kategori lainnya. Sistem ini membantu staf perpustakaan dalam mengatur dan mengelompokkan buku, tetapi buku tidak langsung "terpilah" atau dipindahkan ke tempat yang sesuai hanya dengan chip tersebut.
Sepulangnya dari Denmark, ia membawa banyak wawasan baru yang ia yakini dapat diterapkan untuk mengembangkan pendidikan nonformal di Indonesia. Salah satu idenya adalah menciptakan program pelatihan berbasis proyek yang mengintegrasikan teknologi sederhana dan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal. Ia juga bertekad untuk memperkenalkan nilai keberlanjutan dalam program-program pelatihan yang ia kelola, dengan harapan dapat mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli terhadap lingkungan.
Pengalaman Ibu Harti di Denmark menjadi bukti bahwa pendidikan, baik formal maupun nonformal, dapat berkembang pesat ketika didukung oleh inovasi, kolaborasi, dan visi global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H