Mohon tunggu...
Dwi Agustina
Dwi Agustina Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar Sepanjang Hayat

Alumni Pendidikan Masyarakat - Universitas Pendidikan Indonesia, Domilisi Kota Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Hidup Melalui Pendidikan Non Formal: Pelajaran dari Perjalanan ke Denmark

2 Desember 2024   21:24 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:51 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika disana, ia berkunjung ke TEC Denmark (Technical Education Copenhagen) yang merupakan salahsatu institusi pelatihan vokasi terkemuka di Denmark. TEC menawarkan berbagai program pelatihan dan teknis yang seringkali dikaitkan dengan sertifikasi profesional yang diakui secara internasional. 

Menurutnya, salah satu sesi yang paling berkesan adalah ketika ia berkunjung ke Technical Education Copenhagen (TEC)  karena selama disana ia mempelajari tentang;

  • mengutamakan pembelajaran berbasis praktik, sehingga peserta didik belajar dengan langsung mempraktikkan keterampilan di lapangan dengan fasilitas teknologi canggih, terbarukan dan ramah lingkungan dalam kurikulumnya
  • mengajarkan kerjasama, kolaborasi dan pemecahan masalah secara kolektif untuk menyelesaikan proyek
  • siswa didorong untuk mandiri serta menekankan akan pentingnya kualitas tinggi dalam setiap pekerjaan
  • bekerja sama dengan berbagai perusahaan untuk memastikan pelatihannya relevan dengan kebutuhan pasar/industri
  • TEC memprioritaskan keselamatan dan standar kerja untuk menciptakan lingkungan yang aman di dunia kerja
  • oranG Denmark sangat menghargai ketepatan waktu dan ini menjadi bagian penting dalam profesionalisme

"Di Denmark tidak ada kecenderungan kejomplangan kelas sosial yang signifikan.  Setiap individu dihargai setara, terlepas dari latar belakang sosial atau ekonomi mereka. Sistem pendidikan dan kebijakan sosial di Denmark dirancang untuk memberikan kesempatan yang setara bagi semua orang, tanpa memandang status sosial. Bahkan tukang cat  sekalipun mendapatkan sertifikasi. Di Denmark, profesional di berbagai bidang, termasuk tukang cat, diwajibkan untuk mengikuti pelatihan formal dan mendapatkan sertifikasi untuk memastikan kualitas dan standar kerja yang tinggi." Ujarnya

Dokpri. Ibu Harti di TEC
Dokpri. Ibu Harti di TEC
Selain itu, ia juga belajar tentang pentingnya kerja tim dalam menyelesaikan proyek. Di Denmark, siswa diajarkan untuk bekerja secara kolaboratif sejak dini, dan hal ini tidak hanya meningkatkan hasil pembelajaran, tetapi juga membangun keterampilan komunikasi dan kepemimpinan. Ia terinspirasi oleh bagaimana para siswa Denmark diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide mereka, namun tetap diarahkan oleh mentor yang berpengalaman.

Keesokan harinya , berkesempatan berkunjung ke UCC Denmark (University College Copenhagen) adalah salah satu institusi pendidikan tinggi di Denmark yang fokus pada pelatihan profesional di berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. UCC dikenal sebagai salah satu universitas terkemuka dalam mempersiapkan tenaga kerja profesional yang mampu beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern.

Dokpri Ibu Harti saat berkunjung ke UCC
Dokpri Ibu Harti saat berkunjung ke UCC

"Selama berkunjung kesana, saya mendapatkan banyak wawasan penting seperti peserta diajak untuk mempraktikan metode pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi modern, mengamati calon guru di Denmark dilatih untuk mencipatkan pembelajaran kolaboratif yang berpusat pada siswa, siswa juga diajak untuk mengenal konsep green education" ujarnya

"Saya bahkan sempat memulung sampah botol bekas untuk dijual di mesin daur ulang untuk ditukar dengan uang dan hasil penjualan botol tersebut saya belikan coklat. ini merupakan sebuah pengalaman yang unik betapa terorganisirnya pengelolaan sampah disana" tambahnya

Dokpri Ibu Harti
Dokpri Ibu Harti

Tidak hanya itu, ia juga kagum dengan teknologi perpustaakan yang ada di Denmark. Dimana ia bisa melihat langsung perpustakaan di Denmark mengintegrasikan RFID (Radio Frequency Identification) dengan sistem manajemen perpustakaan yang lebih canggih, di mana buku-buku yang dipindai dengan chip dapat tercatat dalam sistem dan dikategorikan secara otomatis berdasarkan genre, subjek, atau kategori lainnya. Sistem ini membantu staf perpustakaan dalam mengatur dan mengelompokkan buku, tetapi buku tidak langsung "terpilah" atau dipindahkan ke tempat yang sesuai hanya dengan chip tersebut.


Sepulangnya dari Denmark, ia membawa banyak wawasan baru yang ia yakini dapat diterapkan untuk mengembangkan pendidikan nonformal di Indonesia. Salah satu idenya adalah menciptakan program pelatihan berbasis proyek yang mengintegrasikan teknologi sederhana dan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal. Ia juga bertekad untuk memperkenalkan nilai keberlanjutan dalam program-program pelatihan yang ia kelola, dengan harapan dapat mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli terhadap lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun