Mohon tunggu...
Dwi Noer
Dwi Noer Mohon Tunggu... lainnya -

" Learn and Grow "

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pejuang Cahaya, Diantara Cita, Cinta, dan Asa

25 Oktober 2016   21:52 Diperbarui: 18 November 2016   19:06 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal menjadi pegawai menjadi waktu untuk belajar sebanyak-banyaknya. Saya banyak belajar tentang sistem 500 kV yang menjadi tulang punggung sistem kelistrikan Jawa-Bali, tentang operasi sistem, tentang pengaturan tegangan, tentang sistem proteksi, tentang rantai kelistrikan dari pembangkitan-transmisi-dan distribusi, tentang pelayanan, dan tentang banyak hal lainnya.

Sebuah pembelajaran yang membuka pikiraan saya, bahwa PLN ternyata tak sesempit dan sesederhana pikiran saya selama ini. PLN ternyata kompleks, dari hulu hinggaa hilir. Dari generator-generator pembangkit kemudiaan ditransmisikan ke gardu induk dan jaringan distribusi  hingga menjadi cahaya terang lampu di rumah-rumah.

PLN tak sesederhana kelihatannya. Ada ribuan orang yang terlibat dari setiap titik cahaya yang hadir di rumah kita.

8 tahun saya telah bergabung dengan perusahaan ini, dan rasanya belum banyak kerja nyata yang telah saya berikan pada PLN. Sampai sekarang pun saya masih belajar memaknainya.

Saya teringat dengan pertanyaan salah satu penguji dalam tes wawancara rekrutmen dulu, pertengahan 2008, 8 tahun lalu.

 “Kenapa Anda memilih untuk bergabung dengan PLN, bukankah sekarang PLN sedang disorot, bukankah sekarang sedang krisis listrik dimana-mana, apa yang bisa Anda tawarkan pada PLN untuk menerima Anda?

Saya terdiam sejenak, mencoba mencari-cari paduan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.

“Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa pak, tapi jika saya diterima, semoga nanti saya bisa memberikan kontribusi positif untuk PLN agar menjadi lebih baik. Karena saya pikir sampai kapanpun listrik tetap akan dibutuhkan, karena dunia ini akan berhenti berputar jika tak ada listrik”.

Sebuah jawaban ala anak SMA yang terkesan idealis dan retoris. Saya sendiri sering tersenyum sendiri jika mengingat percakapan tersebut.

Tapi kini, saya pikir memang ada benarnya jika “dunia akan berhenti berputar tanpa listrik”. Pertumbuhan ekonomi suatu negara selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan pemakaian energi listrik di negara tersebut. Tanpa ada listrik, bisnis dan industri yang menjadi tulang punggung perekonomian suatu negara tak akan berjalan. Listrik selalu menjadi nyawa penggerak ekonomi suatu negara.

Tahun 2016, 71 tahun hari listrik nasional,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun