Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Lagu Karya Bung Karno dan Ki Nartosabdo Ini Sampaikan Pesan Penting

20 Agustus 2021   10:46 Diperbarui: 24 Agustus 2021   17:03 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara, menurut saya, bait kedua merupakan yel-yel yang dipekikkan demi mengobarkan semangat gotong royong. Sekalipun bagian dari tembang Jawa, saya kurang yakin apakah “rambate rata hayu” merupakan bahasa Jawa. Namun, layaknya yel-yel bisa saja tidak memiliki arti harfiah.

Menurut catatan Hersri Setiawan dalam Memoar Pulau Buru (Indonesiatera, 2004), kalimat “Rambate Rata Hayu” berasal dari daerah Pasundan. Seruan tersebut oleh Bung Karno digunakan sebagai simbol tekad kegotongroyongan—seperti dirujuknya dari Bung Karno, Lahirnya Pantja Sila.   

Apakah artinya kalimat tersebut dari bahasa Sunda? Entahlah. Saya belum yakin karena sebuah kabupaten di Sumatera Utara, tepatnya Kabupaten Asahan—yang sebagian besar penduduknya bersuku Melayu—memiliki semboyan “Rambate Rata Raya”. Ada kata-kata yang sama, ya? Disebutkan artinya adalah kerja keras bersama untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Tampaknya saya perlu membaca lebih banyak referensi untuk mengetahui lebih dalam. Kalau teman-teman punya informasi, tolong bagikan di kolom komentar ya!

Namun, berasal dari bahasa daerah apa pun, yang pasti kalimat tersebut memiliki makna ajakan untuk serentak bergotong royong. Makna kalimat tersebut disempurnakan dengan kalimat lanjutan “holopis kuntul baris”.

Kalimat “holopis kuntul baris” dapat dijumpai dalam pidato Bung Karno tentang Pancasila dalam pertemuan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. Petikan dari pidato sepanjang hampir 19 halaman (sekitar 6.700 kata) yang memuat "holopis kuntul baris" tersebut berbunyi sebagai berikut:

“... 'Gotong royong' adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari 'kekeluargaan' saudara-saudara! ... gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, .... Gotong royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan bersama, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis- kuntul-baris buat kepentingan bersama. Itulah Gotong Royong!”

Diketahui Bung Karno memang kerap menggunakan jargon tersebut untuk menggelorakan semangat rakyat demi menggalang persatuan dan kekuatan. Mungkin lebih tepat jika beliau dikatakan memopulerkan kembali karena seruan tersebut konon sudah dikenal dalam masyarakat Jawa sejak lama.  

Menurut Wikipedia, kuntul adalah jenis burung dari keluarga Ardeidae. Di beberapa daerah jenis burung byang masih satu keluarga dengan kuntul juga dikenal sebagai burung cangak atau kowak. Burung berbulu putih ini dapat dijumpai di persawahan dan mangrove.  

regional.kompas.com
regional.kompas.com

Pemangsa ikan, katak, dan aneka hewan kecil ini lazimnya datang dan pergi secara bersama-sama. Saat terbang berkelompok satwa berkaki panjang ini cenderung membentuk formasi seperti sedang berbaris. Tampaknya jargon “holopis kuntul baris” terinspirasi dari fenomena tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun