Luar biasa!
Sejumlah rekan dalam komunitas alumni turut mengapresiasi. Tak kurang pula Pucky Pringgosisanto, Ketua Alumnarum Ursulae Societas Sanctae Internationalis/AUSSI 2019-2022 turut menyatakan kekagumannya. Â
"Saya kagum ada alumni sekolah Ursulin dengan sepenuh hati menelusuri awal perintisan karya Ursulin di Indonesia. Membaca karya ini akan mendorong segenap alumni tetap setia pada ajaran serta nilai-nilai yang ditanamkan para suster Ursulin dan berpegang teguh pada SERVIAM sebagai bekal dalam hidup bermasyarakat." (Pucky Pringgosisanto ~ Jejak Cinta, sampul belakang)Â
Connie Lianto (saya menyapanya Mbak Connie), demikian nama penulis memoar Jejak Cinta tersebut. Perempuan kelahiran Singkawang, Kalimantan Barat ini kebetulan adalah sahabat kakak saya-yang kemudian juga menjadi sahabat keluarga.
Perjumpaan fisik kami terjadi ketika Mbak Connie hadir dalam misa peringatan arwah untuk mendiang ibu saya tahun 2019. Saya merasa lebih dekat saat mengetahui hari ulang tahunnya sama persis dengan mendiang ibu saya. Kebetulan yang unik!
Suatu hari di tahun 2017, Mbak Connie menelepon dan menceritakan niatnya menerbitkan buku. Ia mengaku sudah menulis naskah yang cukup panjang. Lantas, ia meminta saya untuk mereviu serta memberi saran jika naskah tersebut hendak diterbitkan.
Saya terpana ketika membaca draft setebal 159 halaman atau sekitar 300 ribu karakter, padahal itu baru sebagian. Naskah sejarah abad ke-19. Alamak! Selama ini saya hanya pernah menyunting buku Pelajaran Sejarah tingkat SMP/SMA. Itu pun dalam posisi sebagai penyelaras akhir.
Beruntung saya sempat mengikuti Peningkatan Kompetensi Teknis bagi Penulis Sejarah yang diadakan oleh Kemdikbud, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah. Saya pun menjadi lebih yakin untuk membantu Mbak Connie mewujudkan mimpinya.Â
Meskipun didasarkan pada hasil survei lapangan dan riset atas sejumlah literatur, boleh dibilang naskah yang ada belum terstruktur. Selain mereviu komposisi konten, saya juga membuat catatan terkait tema, kerangka tulisan, gaya bahasa, teknik penulisan, dan sejumlah hal teknis lain.
Singkat cerita kami pun bertemu. Saya mempresentasikan reviu dan menawarkan kerja sama penyuntingan naskah agar layak ditawarkan ke penerbit mayor. Namun, ternyata Mbak Connie ingin menerbitkan naskahnya secara mandiri. Wow, siap!
Proses penulisan dan penyuntingan Jejak Cinta harus melewati cukup banyak kerikil dan batu sandungan serta ombak masalah. Baik dari pihak Mbak Connie maupun saya, secara fisik maupun psikis. Misalnya, ketika Mbak Connie ditelan kesibukan kerja atau saat laptop saya mendadak harus mondok di "rumah sakit" cukup lama.