Sesuai urutan nomornya, ke-56 pantun tersebut mengungkap perjalanan hidup Opa Tjip dan Oma Rose. Dimulai sejak perkenalan mereka pada masa sekolah, menikah, menjalani suka duka kehidupan hingga menua dalam bahagia bersama anak cucu tercinta. Â
Please Di, jangan senyum-senyum begitu! Haha, kamu pikir ini lebay ya?
Waktu kukirimkan naskah pantun ke Mas Ikhwanul, beliau pun [kurasa] terkejut. Mungkin langsung terbetik pemikiran bakal "memakan" banyak halaman. Hahaha. Dengan sopan disertai permintaan maaf beliau meminta aku untuk "memperpendek" naskah.
Sayang juga sih karena angka 56 erat kaitannya dengan usia perkawinan Opa Tjip dan Oma Rose. Bingung juga memilih bagian yang dibuang. Begitu punaku melakukan revisi sebagaimana diminta hingga akhirnya menyusut sekitar 30%.
Namun, tetiba Mas Ikhwanul berkabar bahwa ukuran buku diubah dan akan mengupayakan agar ke-56 pantunku bisa masuk. Horeee... senanglah hatiku, Di! Bolehlah sesekali lebay. Trima kasih Mas Ikhwanul!
Sebenarnya tidak lebay juga sih karena mereka sosok idola. Bukan aku saja! Banyak warga Kompasiana yang mengidolakannya keduanya! Kesediaan berpartisipasi dalam memorabilia penulisan buku kenangan menjadi bukti nyata.
Diari
Tetiba aku ingin membuka lembaran lama tentang idolaku ini. Ya, kisahku sebagai secret admirer alias pemuja rahasia.
Sebenarnya aku tidak ingat secara tepat kapan pertama berinteraksi dengan Opa Tjip dan Oma Rose. Bahkan sebagai sesama kompasianer, seperti saling mengikuti, memberi vote, atau meninggalkan komentar. Apalagi, aku pernah vakum menulis sekitar empat tahun.
 Begitu pun, aku tak akan pernah lupa momen pertama "bertemu" keduanya dalam satu buku. Kamu ingat kan Di, waktu itu Almarhum Pak Thamrin Sonata (aku memanggilnya Pak TS) dan Pak Much. Khoiri mengajak sejumlah kompasianer untuk membukukan artikel. Kalau taksalah sekitar tahun 2013. Â
Artikel recehku yang dipilih Pak TS berjudul Mencintai Indonesia Lewat Recehan. Dari judul sudah kelihatan banget recehnya, ya? Hahaha. Silakan tertawa sesukamu, Di!
By the way busway, buku kolaborasi itu terbit dengan judul 36 Kompasianer Merajut Indonesia. Judulnya menyiratkan bahwa semua tulisan mengulas tentang Indonesia dari sudut pandang 36 kompasianer yang berpartisipasi.