"Di samping terinfeksi virus mematikan bernama corona, hal terburuk lain yang sangat meresahkan masyarakat selama badai pandemi Covid-19 adalah kehilangan pekerjaan."
Ya, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai dampak tak langsung dari pandemi Covid-19 diperkirakan telah menimpa lebih dari 3 juta pekerja pada tahun 2020. Harry Krismono, salah seorang tetangga saya adalah satu di antara jutaan pekerja yang terdampak PHK.
Harry Krismono (52 tahun) harus rela melepas pekerjaannya sebagai koordinator pemasar dan teknisi di sebuah perusahaan swasta yang bekerja sama dengan PT Telkom. Â Â
Bukan perkara gampang untuk mendapatkan pekerjaan baru bagi bapak empat anak tersebut. Terlebih lagi dalam usianya yang sudah lebih dari setengah abad. Di tengah badai pandemi, relatif sedikit perusahaan yang merekrut karyawan baru. Kalau pun ada, yang disasar adalah para tenaga kerja usia muda.Â
Harry Krismono dan istri serta keempat buah hatinya tinggal bersama ibunda di Perumnas Depok I, Kota Depok, Jawa Barat. Si sulung baru menyelesaikan SMA-nya, dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Sementara, ketiga adiknya masih duduk di bangku SD, SMP, dan SMA. Meskipun sang istri bekerja sebagai guru PAUD, tetap saja pendapatan mereka belum memadai. Beruntung sang ibunda memiliki sedikit pensiun.
Oleh karena itulah, Mas Harry-demikian saya memanggilnya-berniat membuka usaha. Walaupun begitu ia harus sangat keras memutar otak menentukan jenis usaha dengan modal minimal, tetapi berpotensi membuahkan hasil. Tingginya persaingan tentu juga menjadi pemikiran. Bagaimana tidak? Sejak pandemi merebak orang beramai-ramai membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Namun, keputusan harus segera diambil. Desakan akan kebutuhan hidup keluarganya tidak dapat menunggu terlalu lama. Akhirnya, Mas Harry memilih untuk membuka usaha kuliner, dan kue donat dianggap sebagai pilihan terbaik.
Menurut Mas Harry, setidaknya ada dua pertimbangan mengapa ia memilih berjualan donat. Pertama, kue donat merupakan makanan kesukaannya dan seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak. Kedua, dalam masyarakat kue donat disukai oleh hampir semua golongan usia. Pertimbangan yang simpel, tetapi cukup beralasan.
Kudapan yang sudah dikenal sejak pertengahan abad ke-19 ini memang diminati hampir semua kalangan. Mulai dari anak-anak hingga lansia, dari kaum sederhana hingga kalangan atas. Boleh dibilang cara pembuatannya juga tidak terlalu sulit.Â
Berbagai upaya pun mulai dilakukan. Mas Harry yang bukan chef profesional tentu harus belajar dari nol. Takada kata malu, takada kata menyerah. Ia berburu resep donat dengan bantuan Mbah Gugel. Tanpa kenal putus asa ia belajar secara autodidak dari youtube serta sejumlah resep dari berbagai sumber.
Dalam proses pembelajarannya, Mas Harry memutuskan untuk membuat donat dengan modifikasi kentang sebagai bahan utama, ditambah topping 'taburan atau lapisan atas' yang kekinian.
Konon, penambahan kentang sebagai bahan utama berpotensi menghasilkan donat yang lebih empuk serta dapat mengurangi penggunaan telur. Sementara pemberian topping bertujuan untuk menghasilkan tampilan yang lebih menarik sekaligus menggugah selera.Â
Ternyata tidak mudah mendapatkan donat dengan tekstur, rasa, dan tampilan yang pas. Kalau untuk dimakan sendiri mungkin tidak ada masalah. Namun, agar layak dijual tentu harus memiliki standar yang lebih tinggi. Mas Harry harus mencoba berulang kali karena pada awalnya tekstur donat buatannya masih cenderung berubah-ubah.
Mas Harry bertekad untuk membuat donat yang rasanya enak dan disukai banyak orang. Tekad yang besar ini tampaknya menjadi modal penting baginya. Perlahan-lahan, ia semakin percaya diri dengan resepnya. Sedikit demi sedikit jiwa kewirausahaannya juga mulai tumbuh. Hingga akhirnya donat kreasinya pun siap untuk dijual.
Adiknya menjadi pembeli pertama. Dengan mengupayakan berbagai cara promosi, pembeli selanjutnya pun datang dari antara para tetangga serta teman-teman di lingkungan gereja. Ada pula pembeli yang mengetahuinya dari informasi yang dipasang Mas Harry pada Google Maps. Â Â
Mas Harry memulai usahanya pada Juni 2020 dengan modal seadanya, yaitu sekitar 50 ribu rupiah. Marcell, nama anak bungsunya dipilihnya sebagai brand. Lahirnya "Marcell Donuts" diiringi doa serta harapan yang besar.Â
"Nama Marcell diambil dari nama anak kami yang bungsu dengan harapan usaha ini kelak akan dapat menjadi usaha keluarga sampai turun-temurun," tutur Mas Harry sepenuh harapan.
Dalam membangun usahanya, Mas Harry tidak berjalan sendirian. Seluruh anggota keluarga bahu-membahu mendukung dengan doa maupun tenaga. Istri dan ibu mertuanya turut membantu. Demikian juga dua anaknya yang sudah beranjak remaja. Tentu semua dilakukan secara gotong-royong karena tidak ada gaji seperti halnya bila bekerja di perusahaan.
"Di sela-sela pekerjaannya di PAUD, istri saya membantu berbelanja. Saya yang memasak, kadang-kadang dibantu ibu mertua. Pengiriman dilakukan bergantian antara saya, istri, dan si sulung," kisah Mas Harry.
Dengan pengalaman bermedia sosial, Mas Harry mencoba peruntungan dengan berjualan secara daring. Hal ini harus dilakukannya mengingat pada masa kini transaksi/perdagangan daring (e-commerce) adalah sebuah keniscayaan.
Mas Harry menawarkan "Marcell Donuts" lewat marketplace, juga via aplikasi Gojek (GoFood) dan Grab (GrabFood). Pada tahap awal ia menawarkan tiga varian donat, yaitu cokelat keju, cokelat meses, dan cokelat kacang.
Namun, persaingan usaha kuliner secara daring ternyata relatif tinggi. Termasuk untuk kuliner donat. Sebagai gambaran, saat penulis mengetik "donat" sebagai kata kunci pada aplikasi Gojek (GoFood) maka dalam hitungan detik akan ditampilkan lebih dari 50 penjual/gerai donat. Bahkan, kalaupun dipersempit hingga radius penjualan 2 kilometer Marcell Donuts (pada aplikasi ini ditulis "Marcell Donat") masih memiliki setidaknya 10 kompetitor.
Tuhan memang pengatur rezeki. Mas Harry sangat bersyukur, kendati banyak sekali kompetitor, ada saja yang tertarik dan tergerak hatinya untuk membeli donat Marcell. Pada bulan pertama Mas Harry berhasil menjual 30 lusin donat atau rata-rata 12 butir donat per hari (dengan harga di lapak pada kisaran Rp4.000 per butir). Â Â Â Â
Seraya berharap agar pelanggan bertambah, Mas Harry terus-menerus berusaha untuk menyempurnakan resepnya. Tentu saja supaya rasa donat Marcell semakin melekat di hati konsumen. Terlebih lagi agar dalam aplikasi bisa mendapat lebih banyak bintang (a.k.a. penilaian lebih baik).
Selain bahan kentang, keistimewaan donat Marcell juga ada pada topping-nya yang kekinian. Oleh karena itu, Mas Harry juga berkreasi menambah variasi topping. Sampai hari ini sudah ada enam jenis topping yang ditawarkan "Marcell Donuts", yaitu cokelat keju, cokelat meses, dan cokelat kacang, tiramisu, green tea, stoberi, dan taro.
  Â
Mas Harry juga berusaha merebut hati pembeli dengan sejumlah promosi. Misalnya, dengan memberikan diskon menu 20% dan diskon total belanja. Ia juga mulai belajar mempromosikan usahanya lewat Instagram @marcelldonuts. Saudara, kawan dan kerabat pun turut membantunya berpromosi dengan cara masing-masing.
Syukur pada Allah, setiap hari selalu ada konsumen yang tertarik untuk mencoba produk "Marcell Donuts". Â Setidaknya ada tiga pelanggan setia-meskipun mereka juga tidak membeli setiap hari. Bulan demi bulan, penjualannya terus meningkat, dari 30 lusin per bulan naik menjadi 50-60 lusin per bulan. Saat ini Mas Harry bisa menjual rata-rata 75 lusin (900 butir) per bulan atau sekitar 30 butir donat per hari.
Pendapatan per bulan bisa mencapai kisaran 3 juta. Namun, jumlah tersebut merupakan pendapatan kotor. Belum dikurangi biaya produksi, seperti bahan baku, gas, dan transportasi. Belum dikurangi juga untuk komisi lapak penjualan daring melalui aplikasi.
Setelah dipotong dengan berbagai macam biaya, Mas Harry bisa mengantongi pendapatan bersih sekitar Rp2,25 juta per bulan (jika dihitung 30 hari kerja dan 'lapak' buka rata-rata dari pukul 07.00 WIB s/d 23.59 WIB). Artinya, pendapatan bersihnya rata-rata sekitar Rp75.000 per hari.
Meski pendapatannya masih jauh dari jumlah yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Mas Harry sangat mensyukuri pencapaiannya sampai hari ini. Ia yakin dan percaya Tuhan pasti menolong umat-Nya yang senantiasa berusaha tanpa kenal putus asa.
Demikianlah kisah perjuangan Mas Harry yang pantang menyerah ketika badai menerpa. Ia bukan saja belajar dari nol, tetapi juga memiliki tekad kuat untuk membangun usaha dan terus mengembangkannya. Bagaimanapun, usaha kuliner donat kentang yang ditekuninya sekarang menjadi tumpuan bagi keluarga. Semoga badai pandemi Covid-19 segera berlalu dan omzet penjualan "Marcell Donuts" juga semakin meningkat.Â
Wasana kata, izinkan saya berbagi pantun.
   Pergi darmawisata ke Yogyakarta
   Bawa bekal sekotak Marcell donat
   Dukung usaha mikro sekitar kita
   Agar usahanya terus meningkat
Depok, 8 Februari 2021
Salam, Dwi Klarasari
Catatan:Â
Kisah ini dibuat sebagaimana tuturan Harry Krismono, dan dilengkapi dengan foto dokumen pribadi y.b.s dan tangkapan layar dari Instagram @marcelldonuts dan digunakan atas izinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H