Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyiapkan Diri untuk Divaksin, Termasuk Memodifikasi Baju

29 Januari 2021   21:33 Diperbarui: 29 Januari 2021   21:41 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: jatengprov.go.id

Seperti hendak mengikuti ujian, sebelum mengikuti vaksinasi pun setiap individu harus memiliki persiapan sebaik mungkin. Salah satu kesiapan seseorang untuk menerima vaksin Covid-19 ternyata juga dapat diketahui dari busana yang dikenakannya.

Ah, yang benar saja! Jangan menilai seseorang hanya dari busananya, lho!

Tolong, jangan emosi dulu! Pernyataan itu memang hanya pendapat pribadi saya setelah mengikuti keriuhan di jagat twitter pada Senin, 25 Januari 2021. Keriuhan terjadi setelah netizen melihat foto Kusdinar Untung Yuni Sukowati, salah seorang penerima vaksin di Sragen, Jawa Tengah.   

Konon, sosok yang tak lain adalah Bupati Sragen tersebut mengenakan pakaian yang telah "dimodifikasi" khusus untuk menerima vaksin.

Pada awalnya netizen tidak mengetahui adanya keistimewaan busananya. Alhasil, foto penyuntikan yang diunggah di twitter Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pun sempat menimbulkan "prasangka". Bagaimana tidak, dalam foto-yang diambil dari kejauhan-tersebut tampak Bupati Sragen disuntik tanpa sedikit pun menggulung lengan baju batiknya.

Terlebih karena dalam unggahannya di akunnya (@ganjarpranowo), Pak Ganjar menyertakan cuitan berbunyi "Bupati Sragen divaksin. Lho tembus baju?" 

Tangkapan layar yang memuat foto proses penyuntikan vaksin terhadap Bupati Sragen (Sumber: unggahan di twitter @ganjarpranowo)
Tangkapan layar yang memuat foto proses penyuntikan vaksin terhadap Bupati Sragen (Sumber: unggahan di twitter @ganjarpranowo)

Sebagian netizen yang sudah hafal dengan gaya bercanda Pak Ganjar tidak percaya begitu saja. Namun, tidak sedikit pula yang seketika memercayainya. Alhasil, cuitan orang nomor satu di Jawa Tengah itu pun meninggakan jejak kegaduhan.

Sejumlah komentar netizen tampak mengekspresikan tanya. Di antaranya me-retweet unggahan Pak Ganjar dengan komentar "Hihihi... penasaran dah... beneran itu nembus baju ya... emang gpp gt?"  

Ada pula netizen yang langsung berburuk sangka dengan komentar seperti "Contoh yang buruk, jgn ditiru, masa ngk bisa mempersiapkan diri sebelumnya."

"Hahaha...  jangan berburuk sangka dl pak, justru beliau sdh mempersiapkan diri mateng2 smp bikin baju yg ada retsleting di lengan." Demikian balasan netizen lain yang tampaknya telah memahami duduk persoalannya.

Di akun Instagramnya (@mbakyuniselaludihati), Bupati Yuni memang sudah mengunggah foto jarak dekat yang mengklarifikasi model lengan bajunya.

Ternyata batik motif bunga lengan panjang yang dikenakan Bupati Yuni telah dilengkapi ritsleting di sekitar titik penyuntikan. Dalam wawancara dengan kompas.com (28/01/2021), Bupati Yuni menyampaikan bahwa ia sengaja memodifikasi lengan bajunya agar tidak repot menggulung saat divaksin. 

Dalam unggahan di akun bertagar #ayodivaksin (25/1/2021) Bupati berwajah manis ini menjelaskan dengan gamblang sekaligus menginspirasi para perempuan berhijab. "Bagi perempuan berhijab Mbak Yuni punya tips nih model baju yang efisien untuk memudahkan proses penyuntikan vaksin tanpa menggulung lengan baju."

Tangkapan layar unggahan foto dan penjelasan dari Mbak Yuni, Bupati Sragen (Sumber foto: Instagram @mbakyuniselaudihati)
Tangkapan layar unggahan foto dan penjelasan dari Mbak Yuni, Bupati Sragen (Sumber foto: Instagram @mbakyuniselaudihati)

Benarlah bila ada netizen yang mengatakan bahwa Mbak Yuni-sapaan akrab Bupati Sragen-sudah mempersiapkan diri "mateng-mateng" sebelum divaksin.

Di Instagram Bupati Yuni, sejumlah netizen juga memberikan pujian sebagai apresiasi. Simple, keren, mantap, mantul, dan sebagainya. Sebagian netizen bahkan menyampaikan terima kasih atas ide cemerlang tersebut dan siap menirunya.

Ternyata gagasan awal membuat ritsleting pada lengan baju justru datang dari Pak Hargiyanto, Kepala DKK Sragen. Menurut Bupati Yuni, sebelum hari H Pak Hargi berpesan padanya supaya bagian lengan baju diberi ritsleting untuk memudahkan penyuntikan.

Demikian pengakuan Bupati Yuni yang divaksin bersama Jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) Sragen di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, Sragen.

Bagaimana pendapat saudara-saudaraku yang berhijab? Semoga ide kreatif Bupati Yuni tersebut dapat ditiru. Terlebih jika Anda tidak memiliki baju lengan panjang yang cukup longgar untuk digulung. Tidak perlu menjahit baju baru. Anda dapat merombak sendiri baju yang ada. Jika kesulitan Anda bisa meminta bantuan tukang jahit.

Perihal ajakan mempersiapkan "busana khusus" seperti yang dilakukan oleh Bupati Yuni sama sekali tidak berlebihan. Coba simak pernyataan Ronald Irwanto, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RS Pondok Indah, Bintaro Jaya yang dikutip dari Antara News berikut ini.

"Pastikan Anda siap secara mental, berpikiran positif, dan optimis. Jika memungkinkan, sangat baik apabila menggunakan pakaian lengan pendek saat divaksinasi untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam pemberian vaksin."

Kenapa masalah lengan baju menjadi krusial? Karena pemberian vaksin Covid-19 hanya dilakukan dengan satu cara, yaitu menyuntikkannya pada daerah deltoid atau otot lengan atas bagian luar. Sebelum menyuntikkannya, vaksinator juga akan melakukan tindakan sterilisasi, yaitu mengusapkan alkohol pada daerah yang hendak disuntik.

Jadi, penerima vaksin akan diminta menggulung lengan. Bagi calon penerima vaksin yang tidak mungkin berlengan pendek-dalam hal ini para perempuan berhijab-meniru baju kreasi Bupati Yuni tentu dapat dijadikan alternatif.

Apakah setelah memiliki busana modifikasi ala Mbak Yuni calon penerima vaksin sudah boleh berteriak lantang "Saya siap divaksin"?

Tunggu dulu!

Vaksin Covid-19 bukan obat. Vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik pada penyakit Covid-19. Vaksinasi bertujuan membentuk kekebalan kelompok/populasi (herd immunity) sebagai upaya untuk mengendalikan pandemi Covid-19. 

Sumber foto: covid19.go.id
Sumber foto: covid19.go.id

Sebagian besar warga dunia, termasuk masyarakat Indonesia sepakat dengan pernyataan di atas. Sejumlah individu bahkan sudah menyatakan secara terbuka kesiapannya untuk divaksin. Mereka memasang twibbon pada profil medsos, seperti "Saya Siap Divaksin" atau "Indonesia Siap Divaksin".

Walau belum atau tidak memasang twibbon, banyak juga warga masyarakat yang menyatakan kesiapannya-meski baru terucap dalam hati. Termasuk saya (dan mungkin Anda)!   

Begitu pun, ada sejumlah persiapan fundamental lain yang harus dilakukan dengan baik. Pertama-tama memastikan diri termasuk dalam kriteria penerima vaksin. Ya, karena hanya mereka yang sesuai kriteria yang akan menerima vaksin. Hal ini tidak dapat ditawar lagi.

Setidaknya ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi, dan sudah semestinya dipahami oleh calon penerima vaksin. Simak yuk!  

#1 Berada dalam rentang usia 18-59 tahun

Kenapa yang divaksin hanya individu dalam rentang usia 18-59 tahun? Demikian pertanyaan yang sering kali bergulir dalam diskusi di masyarakat.

Pada kolom tanya jawab laman resmi pemerintah covid19.go.id diinformasikan bahwa pada tahap awal vaksinasi (di Indonesia) dilakukan pada kelompok usia terbanyak terpapar Covid-19, yaitu rentang usia 18-59 tahun.  

Faktanya, saat ini mayoritas kandidat vaksin di dunia baru diujicobakan pada orang dewasa sehat berusia 18-59 tahun.

Pada dasarnya terdapat kandidat vaksin untuk mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Namun, untuk bisa mengidentifikasi kesesuaian vaksin Covid-19 bagi kelompok individu tersebut dan dengan penyakit penyerta tampaknya masih dibutuhkan waktu uji klinis tambahan. 

Sementara itu, pengembangan vaksin untuk anak-anak masih direncanakan pada beberapa kandidat vaksin.

#2 Bukan kelompok yang tidak bisa menerima vaksin

Dalam tayangan infografis Instagram @kemenkes_ri disebut kelompok individu yang tidak bisa menerima vaksin Covid-19 Sinovac. Termasuk di dalamnya adalah mereka yang pernah terkonfirmasi Covid-19, ibu hamil dan menyusui serta individu dengan penyakit penyerta (komorbid).

Istilah penyakit penyerta menggambarkan kondisi adanya penyakit lain yang dialami selain penyakit utama. Dalam istilah populer sering disebut komplikasi, yaitu kondisi ketika dua atau lebih penyakit yang hadir secara bersamaan.

Penyakit penyerta pada Covid-19, yaitu penyakit yang sudah dimiliki pasien bahkan sebelum terinfeksi virus corona. Ada sejumlah penyakit penyerta yang menghalangi penerimaan vaksin Covid-19 Sinovac. Di antaranya adalah penyakit jantung, ginjal, diabetes melitus, hipertensi, dan kanker (dapat dilihat pada infografis).

Tangkapan layar infografis (Sumber foto: Instagram @kemenkes_ri)
Tangkapan layar infografis (Sumber foto: Instagram @kemenkes_ri)

Tangkapan layar infografis (Sumber foto: Instagram @kemenkes_ri)
Tangkapan layar infografis (Sumber foto: Instagram @kemenkes_ri)

#3 Saat hendak divaksin dalam kondisi sehat

Calon penerima vaksin harus datang dalam kondisi sehat. Sebelum divaksin, selain menjawab 16 pertanyaan terkait riwayat kesehatan setiap calon juga diperiksa kondisi tubuhnya.

Sebagai contoh, vaksinasi akan ditunda jika yang bersangkutan demam (37,5 derajat Celsius). Vaksinasi juga tidak dapat dilakukan jika yang bersangkutan kedapatan memiliki tekanan darah 140/90.    

Demikian sekilas mengenai kriteria penerima vaksin Covid-19 produk Sinovac, CoronaVac yang perlu dipahami oleh masyarakat luas.

Meskipun saat ini belum terdaftar sebagai penerima vaksin (cek melalui tautan https://pedulilindungi.id/cek-nik) setiap individu dapat mulai mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Di antaranya dengan mengecek riwayat kesehatannya dan rajin berolahraga agar kondisi tubuh senantiasa fit hingga tiba waktu untuk divaksin.

Seraya mempersiapkan diri, saya dan Anda bertanggung jawab untuk terus disiplin menjalankan protokol kesehatan. Kewajiban 3M jangan pernah dilupakan-bahkan untuk mereka yag sudah divaksin. Memakai masker dengan benar; Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun; dan Menjaga jarak dan jauhi kerumunan.  

Semoga lewat vaksinasi pandemi Covid-19 segera berakhir dan kehidupan kembali normal seperti sebelumnya. Demikian semestinya harapan kita dan seluruh warga dunia.    

Depok, 26 Januari 2021
Salam Sehat, Dwi Klarasari

Sumber Bacaan:  1  |  2  |  3  | 

Tautan terkait Covid-19 

* Laman resmi pemerintah covid19.go.id 
* Instagram @kemenkes_ri 
* Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Covid-19   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun