Di sebuah peternakan hiduplah sekawanan domba dengan bulu yang lebat, juga lembut. Suatu hari kawanan domba itu tampak mengantre, siap untuk dicukur. Seekor anjing gembala berbulu cokelat kehitaman terlihat sibuk mengatur barisan.
Ringgo, nama si anjing gembala itu mengatur barisan secara berurut. Dimulai dari domba yang berbulu paling lebat. Tidak ada domba yang protes ataupun melawan. Semuanya sabar dan penurut.
Setiap domba menyadari kelebihan dan kekurangannya. Mereka juga menaruh kepercayaan kepada Ringgo. Anjing gembala itu telah menjaga mereka selama bertahun-tahun, terutama saat merumput di padang luas yang sarat bahaya.
*
"Wah Petrow, semester ini bulumu sangat lebat dan lembut. Kau mendapat giliran pertama!" seru Ringgo dengan lantang.
Petrow si domba berbulu lebat itu tersenyum bahagia. Teman-temannya pun memberi semangat dengan menyerukan yel-yel, "Yo, yo, ayo! Sumbangkan bulumu, hangatkan manusia!"
Ringgo tersenyum mendengar yel-yel tersebut. Lalu katanya, "Bagus kawan! Jadilah berguna bagi dunia! Kalian akan selalu dikenang. Manusia akan menceritakan pada anak-cucunya dongeng indah tentang domba-domba yang baik hati."
"Betul Paman Ringgo! Nanti ada kisah tentang syal pangeran dari bulu Paman Petrow. Ada foto jaket hangat putri kerajaan dari bulu Tante Robin. Ada juga kaus kaki artis terkenal dari buluku yang lembut," teriak Debi si domba mungil.
Semua domba tergelak mendengar khayalan Debi, domba termuda di antara kawanan tersebut.
"Eh tahu nggak, meskipun nanti kita sudah mati, bulu kita akan tetap ada di dunia. Bulu-bulu kita bertebaran ke seluruh penjuru dunia menjelma pakaian-pakaian indah, baju hangat, sepatu bayi lucu, syal indah, dan banyak lagi. Hebat, kan?" sambung Boni si orator hebat.
Mendengar orasi Boni, kawanan domba pun bersorak gembira dan semakin bersemangat, "Yeay, keren!"
Ringgo ikut tergelak seraya sibuk mengatur barisan dan memilah-milah domba. Dalam hati Ringgo mengakui sifat domba yang berjiwa sosial tinggi.
*
Sementara itu, di dekat pohon di luar pagar peternakan berdiri seekor serigala yang jahat dan culas.
Serigala mengintip dan menyimak percakapan anjing gembala dan kawanan domba. Dia selalu terlihat kesal setiap kali domba-domba membanggakan diri. Apalagi kalau Ringgo mulai memuji-muji mereka.
Serigala bertambah kesal mengingat nasibnya belakangan ini. Sejumlah petani dan peternak sedang mengejar-ngejar dia karena dianggap mengganggu ternak serta melakukan pencurian ayam.
"Huuh,para peternak tidak adil! Kenapa mereka tidak memilih aku sebagai piaraan?" umpat serigala dengan perasaan kesal.
"Aku punya ide. Akan kupakai bulu domba untuk menjalankan aksiku sehingga para petani akan mengira kejahatanku dilakukan oleh domba," katanya dengan suara penuh kelicikan.
Malam berikutnya serigala mulai menjalankan aksinya.
Mula-mula serigala pergi ke rumah tukang sadap karet. Ditumpahkannya getah karet dari wadah penampungan. Kemudian, dia mengguling-gulingkan tubuhnya ke permukaan getah yang lengket itu. Sebelum getah kering dia bergegas menuju rumah pencukuran.
Di rumah pencukuran dia menghampiri tumpukan bulu domba hasil pencukuran yang belum dikemas. Serigala berguling sedemikian rupa sehingga cukuran bulu domba menempel pada tubuhnya. Setelah seluruh tubuhnya tertutup bulu domba, penampilan serigala pun berubah menyerupai seekor domba.
"Hmmm... aku ini memang cerdik! Oke, waktunya beraksi!" puji serigala pada dirinya sendiri seraya beranjak keluar dari rumah pencukuran.
Dengan menyamar sebagai domba, serigala jahat mulai menjalankan aksinya. Serigala membuat kekacauan di berbagai tempat, termasuk mencuri ayam di pertanian. Â
*
Dalam tiga hari terjadi kehebohan di kawasaan pertanian. Beberapa petani melaporkan kehilangan ayam. Namun, para penjaga tidak mendapati serigala yang mereka curigai selama ini. Bahkan, beberapa petani melapor bahwa mereka melihat seekor domba mengganggu ternaknya.
Setiap hari usai menjalankan aksinya serigala jahat menyusup di antara kawanan domba yang digembala oleh Ringgo. Pada awalnya serigala tidak mudah dikenali. Maklum saja ada ratusan domba dalam kawanan.
Mungkin karena terlalu sibuk, Ringgo pun tampaknya kurang teliti. Untuk mengelabui si anjing gembala, serigala berbulu domba itu selalu menekuk ekornya yang panjang agar tidak terlihat.
Namun perlahan-lahan Paman Peternak, majikan Ringgo mulai menaruh curiga. Beberapa hari belakangan dari kejauhan Paman Peternak mengamat-amati seekor domba yang tidak pernah mau berkelompok dengan teman-temannya.
Setiap kali Ringgo menggiring kawanan, si domba mencurigakan itu selalu memisahkan diri dan suka melawan. Padahal selain penurut, domba juga sangat suka berteman dan bergerombol.
Mata si domba yang dicurigai itu juga memancarkan tatapan benci, berbeda dengan domba-domba lain  yang memiliki tatapan damai. Selain ciri-ciri fisiknya yang mencurigakan, Paman Peternak juga melihat sifat-sifat lain yang tidak sesuai dengan sifat domba.
Diam-diam, Paman Peternak menyampaikan kecurigaan tersebut kepada petani dan peternak lain. Mereka pun membuat rencana untuk menangkap serigala jahat itu.
Suatu malam serigala menyelinap keluar dari kawanan domba untuk menjalankan aksinya. Serigala jahat tidak menduga jika aksinya sudah ketahuan. Saat serigala hendak mencuri ayam, tiba-tiba para petani dan peternak yang berjaga di luar kandang menyergap dan mulai memukulinya. Serigala jahat itu pun terkapar tidak berdaya.
Begitulah jika serigala berbulu domba.
Tubuh serigala boleh saja memiliki tampilan seperti domba dengan bulu yang tebal dan lembut. Serigala bisa juga berkumpul dengan kawanan domba berjumlah ratusan. Walaupun begitu, karena serigala tidak mengubah tabiatnya yang buruk maka dia tetap saja dikenali sebagai serigala jahat.Â
[Tamat]
Depok, 18 Januari 2021
Salam Fiksiana, Dwi Klarasari
Catatan:Â
Dongeng ini diadaptasi dan dikembangkan dari Fabel Aesop "Wolf in Sheep's Clothing" atau "Serigala Berbulu Domba".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H