Akhirnya, bayi Yesus pun harus terlahir dalam palungan di kandang domba. Â
"Wow... kalian tampak serasi!" seru teman-teman usai pertunjukan seraya berebut menyalami aku dan Mas Kelik.Â
Aku tersipu di balik gamis, kostum Bunda Yesus. Walaupun begitu aku bersyukur telah sukses melakonkan peran Maria. Padahal, saat latihan aku sering kali gugup dan salting. Pasalnya di luar panggung aku benar-benar menyukai Mas Kelik, kakak kelas si pemeran Yusuf.Â
Belum lagi karena teman-teman tak berhenti menggodaku setiap kali kami berlatih. Beruntung Mas Kelik kalem saja. Alih-alih marah, dia hanya tersenyum menanggapi gosip tentang rasa sukaku padanya. Dia bahkan dengan sabar mengajari aku cara melakonkan peran Maria dengan baik dan benar.Â
Aku pun semakin jatuh hati pada sosok bijak itu.
***