Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Christmas Carol", Inspirasi Bagaimana Memaknai Hidup

23 Desember 2020   19:54 Diperbarui: 23 Desember 2020   20:12 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: via wikipedia.org / 

Walt Disney Pictures

Di berbagai belahan benua, fenomena hantu selalu mengundang rasa takut. Namun, tidak selamanya sosok hantu "membawa" niat buruk. Boleh jadi lewat perjumpaan dengan "sosok hantu" seseorang justru menyadari suatu kesalahan dalam hidupnya, lantas bertobat dan kembali ke jalan yang benar.

Ah, yang benar saja? Serius! Kali ini penulis bahkan sangat sepakat dengan pernyataan di atas. Nah, supaya kita sependapat silakan saksikan lebih dahulu film A Christmas Carol. Sosok "hantu-hantu Natal" dalam film ini telah membawa perubahan sifat yang fenomenal dalam diri seorang Scrooge.

Ya, Scrooge atau Ebenezer Scrooge (alias Gober) adalah tokoh utama dalam film animasi 3D produksi Walt Disney Picture tahun 2009 ini.

Dikisahkan Scrooge sebagai seorang yang pandai, tetapi berkarakter dingin dan egois sekaligus pemarah. Gober yang berprofesi rentenir ini juga dikenal sangat kikir alias super pelit. Dalam benaknya hanya ada hitung-hitungan untung rugi.

Scrooge menggaji juru tulisnya, Bob Cratchit dengan sangat murah tidak sebanding dengan beban kerjanya. Bahkan, ia begitu enggan memberikan cuti Natal padanya. Mungkin kalau di  Indonesia sama dengan  istilah "jauh di bawah UMR".

Scrooge juga tidak sudi memberi sumbangan untuk orang miskin, dan sebagainya. Fred Holywell, satu-satunya anggota keluarga Scrooge yang masih hidup mengalami sendiri betapa pelit sang paman.

Lebih parah lagi, Scrooge juga termasuk tipe manusia yang tidak suka bersosialisasi-kalau tak boleh dibilang antisosial. Bayangkan saja! Menurutnya, cinta dan persahabatan itu bull shit 'hanya omong kosong' dan tidak berguna. Dia bahkan sangat membenci Hari Natal dan segala momen yang menguarkan kebahagiaan. Aneh bukan? 

Suatu ketika, Scrooge yang tidak bersedia melibatkan diri dalam kebahagiaan menjelang Natal didatangi oleh sosok gaib Jacob Marley. Untuk diketahui, Jacob Marley adalah rekanan bisnis Scrooge yang sudah lama meninggal. Konon, arwahnya gentayangan dalam keadaaan dirantai karena kutukan.

Kenapa dikutuk? Tak ubahnya Scrooge, semasa hidupnya Marley juga berhati dingin dan licik. Konon dia juga telah menyia-nyiakan kehidupannya. Alasan "penampakannya" menjadi pengingat bagi Gober, temannya yang masih dalam perziarahan di dunia. Tentu agar tidak bernasib sama dengannya.

Alkisah, ada "tiga hantu" yang menyambangi Scrooge pada malam Natal. Ketiganya adalah "Hantu Natal Masa Lalu"; "Hantu Natal Masa Kini"; dan "Hantu Natal Masa Depan".

"Hantu Masa Lalu" membawa Scrooge kembali ke masa lalunya dan mengungkap asal-muasal kebencian Gober pada hari Natal dan menyadarkan untuk berubah. "Hantu Masa Kini", membawa Scrooge melihat kebahagiaan sekaligus kondisi orang-orang menderita yang ada di sekelilingnya. Sementara itu, "Hantu Masa Depan" menunjukkan apa yang bakal terjadi jika Scrooge tidak segera mengubah tabiatnya.

Jim Carrey pengisi suara Scrooge berhasil mengekspresikan segala kedegilan tokoh yang "nyebelin" ini. Carrey juga sukses "memerankan" ketiga hantu masa lalu yang meneror Scrooge. Kesuksesan ini tak luput dari peran penulisan skenario yang dilakukan oleh sang sutradara, Robert Zemeckis. Konon, Zemeckis menuliskannya secara khusus bagi aktor gaek tersebut.    

Gary Oldman juga berjaya mengisi suara Bob Cratchit sekaligus Jacob Marley dan Tiny Tim, putra bungsu Cratchit. Sementara Fred "diperankan" oleh Colin Firth.

Aktor dan aktris lain pun sukses "memerankan" sejumlah tokoh pendukung dalam film berdurasi 96 menit ini. Di antaranya adalah Bob Hoskins, Robin Wright Penn, Cary Elwes, dan Daryl Sabara. 

Apa daya tarik film ini?

Selain tema cerita tentu saja canggihnya animasi 3D yang diproduksi melalui ImageMover Digital dan peran Jim Carrey, dkk. yang tidak diragukan. Bagi saya pribadi "jatuh cinta pada ceritanya"  jauh sebelum film ini diproduksi menjadi alasan simpel.

Kisah bertajuk A Christmas Carol pertama kali saya ketahui saat duduk di kelas 2 SMP. Kala itu guru Bahasa Inggris memberikan tugas penerjemahan. Saya memilih novel klasik A Christmas Carol karya Charles Dickens yang dianggit tahun 1843.  

Novel A Christmas Carol untuk tugas penerjemahan saat duduk di kelas 2 SMP (Ilustrasi: IG @widhi_project)
Novel A Christmas Carol untuk tugas penerjemahan saat duduk di kelas 2 SMP (Ilustrasi: IG @widhi_project)

 A Christmas Carol karya Dickens diketahui sebagai salah satu dongeng anak paling populer sejak pertengahan abad ke-19. Tak heran pula jika karya novelis era Victorian ini menjadi bacaan wajib. 

Kembali pada film animasi A Christmas Carol.

Film animasi A Christmas Carol memang diadaptasi dari novel klasik berjudul sama karya Charles Dickens. Film karya sutradara Robert Zemeckis ini dirilis pertama kali tanggal 8 November 2009 (di Indonesia, 18 november 2009).

Meskipun sudah membaca novelnya, saya tidak beranjak menyaksikan keseruannya.

Konon, Zemeckis merekam film ini menggunakan evolusi berkelanjutan dari digital 3D yang diterapkan pada "The Polar Express" (karya tahun 2004). Perekaman gerak yang jauh lebih canggih ini menghasilkan efek gambar dan suara yang spektakuler.  

Alhasil, kisah dengan setting London, Inggris ini mampu membawa penonton pada situasi riil. Keributan sekaligus suasana mencekam ketika para hantu datang meneror meembuat jantung sesekali berdetak lebih kencang.

Zemeckis yang juga pernah menyutradarai Back to The Future dan Forest Gump pun berhasil melambungkan film berbudget 175-200 juta dolar AS ini dan menuai banyak pujian.   

Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Scrooge alias Gober?

Puji Tuhan, pada akhirnya Scrooge menyadari semua sifat buruknya. Dia pun paham bahwa kehidupan harus diisi dengan kebajikan. Kepedulian pada mereka yang miskin dan tersingkir, salah satunya. Termasuk keluarga dan orang-orang di sekitarnya.  

Singkat cerita, Scrooge berubah menjadi pribadi baru. "Nyanyian Natal" yang sesungguhnya berkumandang. Sosoknya yang dingin menjelma periang dan penuh cinta seperti Fred, keponakannya. Dia pun dengan sukaita menghadiri pesta Natal. Dari seorang yang super pelit menjadi sangat murah hati. Dia membagikan makanan, menaikkan gaji karyawan, dan melakukan sejumlah amal yang menakjubkan dengan semangat Natal.

Begitulah, film ini memberikan pelajaran berharga perihal bagaimana kita semestinya memaknai hidup. Tentang kepedulian pada hal-hal terkait kemanusiaan serta rela berbagi materi maupun kebahagiaan. Walaupun bertema Natal, pesan moral dari film ini sangat relevan diterapkan pada semua orang tanpa memandang agama, suku, maupun ras. Berbagi kebahagiaan tanpa membedakan latar belakang, bagaimanapun akan melipatgandakan kebahagiaan tersebut.

"Kebahagiaan yang tidak dibagikan hampir tidak bisa disebut sebagai kebahagiaan; ia tidak memiliki rasa." ~ Charlotte Bronte

Saya merekomendasikan film yang berusia lebih dari satu dekade ini sebagai film Natal-Tahun Baru sepanjang masa. Nama Charles Dickens dan Walt Disney Picture tentu menjadi jaminan mutu. 

Akhir kata, selamat menyongsong Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Izinkan pula saya mengutip slogan khas dalam karya Dickens ini, God bless us everyone 'Tuhan memberkati kita semua'.

Depok, 23 Desember 2020

Salam Damai, Dwi Klarasari

Bacaan:  1  |  2  |  3  |  4  |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun