Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembali Bebas (Bagian 2 - Tamat)

6 Oktober 2020   10:14 Diperbarui: 6 Oktober 2020   11:02 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak pernah menyesal meskipun tidak terlahir sebagai kupu-kupu elok. Sedari kecil aku sangat mencintai alam liar tempatku dilahirkan. Di sana aku memupuk asa menjadi yang terhebat di antara ribuan kawanku. Badanku tumbuh cepat menyebar ke segala penjuru. Meski tak berhias bunga ataupun buah, aku bangga dengan kekar tubuhku, juga akar-akarku nan kuat. Aku adalah pohon tertinggi dan terbesar di hutan tropis perbukitan.

Ada sukacita ketika mendapati liana liar berbunga elok tak segan merambati dan membelit sekujur tubuhku. Aku dan kawan-kawanku merasa bangga karena sangat berarti. Sedemikian penting peran yang diberikan Tuhan kepada kami.

Kami menjadi paru-paru bumi. Kami menjaga sistem iklim dan cuaca planet ini, agar musim hadir semestinya, agar menyembul cercah senyum penuh harap kaum petani. Bersama dengan tanah, kami serap curahan hujan sebelum muncul sebagai mata air. Betapa mulia tugas kami. Aku selalu mengira akan menua dan mati dalam tugas suci itu.

Namun takdir berkata lain-jika ini disebut takdir! Aku ditebang tanpa rasa hormat oleh manusia-manusia jahat. Kemudian tubuhku dirombak mewujud sebuah meja raksasa, dan dipajang demi menunjukkan arogansi semata. Kala itu aku tak lagi mengerti makna hadirku di bumi.

Kini perlahan-lahan kuterima takdirku sebagai meja kayu. Setidaknya aku masih punya satu kebanggaanku, yaitu telah menyelamatkan jiwa wanita sederhana yang lurus hatinya. [Tamat]    

Depok, 6 Oktober 2020

Salam Fiksiana, Dwi Klarasari

 

Catatan:

  • Log: gelondongan (kayu gelondongan hasil penebangan)
  • Ampuuun.. tob... tobat Gustiii! (bhs Jawa, artinya: Mohon ampun, saya bertobat Tuhan)
  • Matur sembah nuwun Gusti kula dipun paringi slamet (bhs Jawa, artinya: Terima kasih Tuhan saya diberi keselamatan)

Cerpen ini menjadi salah satu favorit dalam LMCR Perhutani Tahun 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun