Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekuntum Mawar yang Angkuh

9 Agustus 2020   15:07 Diperbarui: 9 Agustus 2020   15:10 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, Batang membisikkan rencana mereka. Matahari setuju. Setelah rapat kecil itu selesai, mereka kembali bekerja. Hari itu berlalu dengan tenang tanpa pertengkaran. Bunga tidak mengetahui rencana teman-temannya. Dia baru bangun menjelang tengah hari, dan seharian sibuk bersolek.

***

Keesokan hari, aktivitas pohon mawar tidak berjalan seperti biasa. Akar, Batang, Ranting, dan Daun tidak menyiapkan makanan. Mereka hanya bersantai-santai dan sibuk mengobrol. Setelah bosan mengobrol, mereka tidur kembali. Matahari pun bersembunyi, entah di mana. Suasana menjadi gelap. Lalu, seperti biasa Bunga bangun paling akhir.

Bila aku bangun, seharusnya hari sudah siang, tetapi ini kenapa masih gelap. Lalu, kenapa si Ranting juga belum mengantar makanan untukku? Aduh aku lapar! Demikian pikir Bunga mendapati situasi tak biasa.

"Ranting! Mana makanan untukku? Aku lapar nih!" teriaknya.

Namun, tidak ada jawaban. Suasana taman pun terasa sangat hening. Bunga dan pepohonan lain seolah turut mendukung rencana tersebut.

"Daun... apa kamu tidak memasak?" teriak Bunga lagi.

Suasana tetap hening.

Lama-kelamaan Bunga lelah berteriak, dan akhirnya menangis tersedu-sedu, "Huuu... aku lapar!"

Demikian hal itu berlangsung selama dua hari. Bunga tidak dapat bertahan. Kelopaknya satu per satu menjadi lemas. Dia pun tak kuat lagi untuk berteriak memanggil teman-temannya. Bunga terus merintih kesakitan dan menangis. Namun, tidak ada yang menghiraukannya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun