Sekejap Sapto terdiam mengingat-ingat isi celengannya. Jumlahnya belum memenuhi target. Ia berniat membantu ibunya menggenapi tabungan pembeli kambing kurban.
"Tak perlu modal! Ada banyak koran bekas di rumahku. Nanti kamu bisa minta bambu pada Haji Wongso. Lalu kita buat sendiri lem dari tepung kanji yang ada di dapur Mamaku. Pokoknya beres, deh!" Andi sangat bersemangat.
Tanpa disadari air mata Sapto jatuh membasahi pipi. Ia sangat terharu mendengar niat baik sahabat karibnya. Orang tua Andi dikenal sebagai orang terkaya di kampungnya, tetapi Andi tidak sombong. Ia selalu siap menolong teman-temannya yang kekurangan.
Ketika Sapto curhat ingin membantu ibunya menggenapi tabungan kambing korban, Andi ikut prihatin. Meskipun tidak merayakan Iduladha, ia sibuk mencari ide untuk membantu Sapto mencari tambahan uang. Â
***
'Bagus sekali ide kalian. Ambil saja!'Â Begitu sahutan Haji Wongso saat Sapto menceritakan ide Andi dan meminta izin mengambil bambu. Haji Wongso tampak ikut bersemangat mendengar ide cemerlang tersebut.
"Terima kasih banyak Pak Haji!" Andi dan Sapto berteriak gembira.
"Sssst, Bapak punya satu ide lagi... dan pasti bakal tambah seru!" bisik Haji Wongso seperti takut didengar orang lain.
"Boleh kami tahu?" Andi ikut berbisik-bisik dengan gaya lucu.
"Bulan depan kan ulang tahun Bapak ke-75. Nah, bagaimana kalau dirayakan dengan menggelar pertandingan bola?"
Andi dan Sapto kompak menampilkan wajah penuh kebingungan. Mereka tidak mengerti maksud Haji Wongso.