Mohon tunggu...
Dwi Anggarani
Dwi Anggarani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Impian

26 Agustus 2016   15:14 Diperbarui: 26 Agustus 2016   15:34 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rintik hujan gerimis membuat malam ini terasa pekat dan sunyi……..

Aku terisak, menangis……., selesai sudah kusampaikan semuanya…..

Dia menghela nafas panjang…..,  dan terdiam……

Suasana semakin hening..........

“Aku sudah mengetahui semuanya….,” katanya pelan…

Tiba tiba digenggamnya tanganku……, dibasuhnya air mataku……

Aku merasakan sentuhan yang hangat dan lembut….

Mententramkan kegelisahanku…..

Dia tersenyum sambil menatapku dalam-dalam……

Ah…hatiku merasa damai dan tenang bersamanya……

Kemudian….dia berbisik dan berkata dengan tenang dan sangat perlahan……

“Jika hari ini engkau dapat memimum air yang jernih dan segar…,

kenapa engkau harus bersedih atas air asin yang telah engkau minum kemarin………”

Kemudian…lama dia terdiam….

tetap ditatapnya aku dengan kelembutannya…….dan berkata ….

“Janganlah engkau khawatir akan meminum air hambar dan panas esok hari…,

karena itu belum tentu terjadi….”

“Kedamaian hati akan ada ketika engkau berbuat baik,

dan bersedekahlah untuk mereka yang papa dan terzalimi….”

Suasana semakin hening……, yang terdengar hanyalah isak tangisku .……

Tiba tiba dia beranjak dan duduk dihadapanku……,

kembali digenggamnya tanganku… dengan lebih erat….

“Berhentilah menangis..,katanya…,” Ingatlah bahwa tinta pena telah mengering…….,

Lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan……”

Hening sejenak …….., dan dia berkata kembali…..…

“Sadarlah bahwa setiap perkara telah diputuskan……., dan takdir telah ditetapkan…..,”

“Kukuhkan di dalam hatimu….., semuanya  ada batas akhirnya……

Kukuhkan dalam hatimu….., setiap bencana akan menjadi karunia……,

setiap ujian adalah anugerah ………….,

dan setiap peristiwa yang terjadi adalah penghargaan untukmu…”

Kemudian dibelainya rambutku dengan penuh kasih sayang……,

seperti ketika ibuku membelaiku diwaktu aku kecil….begitu damai…..

Aku ingin merasakan hal ini selamanya……..

Tiba tiba dia berbisik……..

“Aku harus pergi……,”

Akupun terkejut, “ah kenapa harus secepat ini….” kataku,

aku menangis dan bergelayut menahannya…….

“Jangan pergi....., jangan meninggalkan aku…, janganlah  pergi dari aku…..”

Dia tersenyum dengan keagungannya….

”Jangan khawatir…..aku tiada pernah meninggalkanmu….aku akan selalu terjaga untuk melindungi dan menyayangimu ……….”

Ya Allah…….Ya Rabb…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun