***
Saya jadi teringat kisah seorang pemilik  toko dan penjual rujak.
Kemarin hujan mulai pukul 09.00 pagi, seorang penjual rujak numpang berteduh di teras toko saya. Gerobaknya masih terlihat penuh dengan buah-buahan yang tetata rapi. Kulihat pedagang rujak itu membuka Al-Qur'an. Beliau tekun dengan bacaan Al-Qur'annya. Sampai pukul 10.00 hujan belum juga berhenti.
Saya mulai merasa risau karena dari saya buka toko tak satu pun pembeli datang. Saya keluar sebentar memberikan air mineral kepada penjual rujak tersebut. Kemudian saya mengajaknya ngobrol, "Kalau musim hujan gini jualannya repot ya, Pak? Mana masih banyak banget tuh buahnya."
Beliau tersenyum, "Iya, Bu. Mudah-mudahan ada rezekinya," jawabnya.
Aamiin." Jawabku.
Kalau dagangannya tidak habis gimana, Pak? Tanyaku
"Kalau tidak habis ya resiko, Bu. Kayak semangka, melon yang sudah dikupas ya saya kasih ke tetangga. Toh mereka juga senang. Daripada kebuang juga sayang. Kalau bengkoang, manga, jambu yang masih bagus bisa disimpan di kulkas. Mudah-mudahan saya dapat nilai sedekah, Bu."
"Kalau nanti hujan terus sampai sore, trus bagaimana, Pak? Tanyaku lagi.
"Alhamdulillah berarti rezeki saya hari ini saya diizinkan banyak berdoa. Kan kalau hujan merupakan waktu mustajab untuk berdoa, Bu. Saya bergantung sama Allah. Apa saja bentuk rezeki saya syukuri. Alhamdulillah, selama saya jualan rujak belum pernah kelaparan. Selalu saja ada rezeki dari Allah."
Demikianlah kisah tentang penjual rujak yang selalu bersyukur terhadap apapun bentuk rezeki yang Allah berikan.