Menjadi seorang pebisnis tidaklah mudah. Jatuh dan bangun dalam bisnis itu adalah hal yang lumrah. Demikian juga dengan untung dan rugi. Dijegal dan ditolong lazim dihadapi oleh para pebisnis.Â
Namun demikian, jangan pernah menyerah ketika kita sudah menapaki jalan sebagai seorang pebisnis.
Para pebisnis mula tentunya akan mengalami kebingungan dengan banyaknya masalah yang menghadang. Tetapi, berbagai kesulitan yang dihadapi justru akan menjadi pengalaman yang berharga.Â
Banyak bisnis yang tidak bertahan lama karena beberapa hal. Bisnis yang dianggap langgeng adalah bisnis yang bisa bertahan minimal 5 tahun. Mari kita simak strategi mengawetkan bisnis berikut ini:
1. Membuat sasaran untuk memotivasi diri sendiri
      Untuk memotivasi diri sendiri coba tanyakan hal ini pada diri Anda:
- Apa sasaran terbesar Anda dan mengapa harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya?
- Apa nikmatnya bila kita sukses?
- Apa sengsaranya bila kita tidak memulainya sekarang?
Dengan menjawab 3 hal tersebut akan membuat Anda bersemangat dalam berbisnis. Jawaban Anda harus konkrit dan jelas terbayang di pikiran sehingga Anda akan mampu melakukannya walaupun menghadapi kerasnya tekanan hidup.
Perhatikan contoh berikut ini:
Ada 2 sahabat yang berbisnis dibidang yang sama, tetapi jalan akhirnya berbeda. Ali memulai usaha dengan berhutang dari kakaknya. Berbagai tekanan hidup dan bayangan akan bagaimana nasib keluarganya jika dia gagal, membuat Ali harus bekerja keras dari pagi hingga malam.
 Intimidasi dari pihak yang terganggu dengan kehadiran bisnisnya malah semakin melecutkan semangatnya untuk membuktikan jika ia tidak kalah dengan seniornya. Tidak mengherankan jika dalam waktu satu tahun saja bisnisnya sudah bertumbuh pesat karena semangatnya yang membara.
Sekarang mari kita lihat teman Ali. Budi memulai usaha dengan modal ratusan juta hasil meminjam dari orang tuanya. Kondisinya serba lengkap dan tercukupi. Hampir tidak ada halangan sama sekali. Tetapi Budi berakhir bangkrut di usia bisnisnya yang ke 9 bulan sejak perusahaannya didirikan.
Lalu apa yang membuat mereka berbeda? Ali mempunyai tujuan jelas mengapa ia harus sukses. Sedangkan Budi gagal karena sekadar mencoba nasib baiknya dalam membangun bisnis. Begitulah motivasi akan sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang.
2. Belajarlah dari yang terbaik
Anda bisa belajar dari pengalaman orang lain yang sudah sukses. Cara ini akan mempercepat proses belajar karena Anda akan langsung tahu mana strategi yang tepat dan mana strategi yang tidak jalan. Hal ini juga akan membuat Anda tidak terjebak dalam kesalahan yang sama.
Misalnya saja, apabila Anda ingin memulai bisnis kuliner. Anda tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan memasak. Anda harus belajar cara menarik perhatian pasar, cara mendapatkan bahan baku dengan harga murah, serta strategi dalam menentukan harga yang pas agar pembeli meliriknya.
Daripada Anda menggunakan cara sendiri yang kemungkinan gagalnya lebih besar, Anda bisa belajar langsung dari pemilik restoran yang sudah sukses. Mintalah nasehat kepada beliau dan tawarkan magang tanpa dibayar. Lebih praktis lagi jadikan beliau kawan dan konsultan untuk meminimalisir resiko.
Sebanyak apapun ilmu akan usang juga jika tidak segera Anda terapkan. Praktekkan ilmu baru setiap hari, sesedikit apapun itu. Dari situlah Anda akan temukan strategi terbaik.
3. Fleksibel dengan strategi, bukan tujuan
Banyak orang mengikuti berbagai pelatihan. Tetapi tidak semua berhasil. Mengapa? Apa yang salah? Apa daya serap terhadap ilmu rendah? Atau gurunya yang kurang berilmu?
Ternyata bukan karena itu. Jawabannya adalah setiap straegi itu butuh waktu untuk berhasil dan juga kondisi setiap orang tidaklah sama.
Ibarat berenang, meskipun Anda telah menonton tutorialnya berjam-jam tetap tidak bisa membuat Anda langsung bisa berenang saat pertama kali nyemplung ke kolam. Apalagi kalau berenangnya di sungai atau di laut. Tentunya masing-masing punya tantangan sendiri. Begitu juga dalam bisnis. Medannya berbeda-beda, maka dari itu perlu latihan terus.
Sesekali bolehlah Anda mengubah strateginya, akan tetapi jangan mengubah tujuannya. Begitu banyak orang cepat mengganti tujuannya padahal baru gagal dalam strategi pertama saja. Akhirnya orang tersebut tidak akan pernah sampai ke tujuannya.
Sebagai contoh: Tirto Utomo pendiri merk "AQUA" pernah dianggap 'gila' karena menjual air minum dalam kemasan. Kemudian ia mengubah segmentasi, harga, cara distribusi berkali-kali. Ia tidak menyerah dan akhirnya terbayar dengan kesuksesan. Sejak 1987, produk "AQUA" diekspor ke berbagai negara dan sekarang mudah ditemukan dimana saja. Walaupun akhirnya "AQUA" harus dijual ke perusahaan lain tetapi, "AQUA" sudah cukup dikenal sampai luar negeri.
Mungkin Anda bisa mencoba tips di atas untuk mengawetkan bisnis Anda. Selamat mencoba.
Salam sukses selalu
Bahan Bacaan:
Dwi Isnaini. 2021. Karakter Ayah Pebisnis untuk Sang Anak Gadis. Yogyakarta: Wonderful Publishing.
Yudha Adhyaksa. 2020. Berilmu sebelum Berbisnis. Yogyakarta: Hijrah Academy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H