Mohon tunggu...
Dwi LestariLukviana
Dwi LestariLukviana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Life Goes On

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Islami: Kegagalan Bukanlah Akhir

10 April 2022   16:55 Diperbarui: 10 April 2022   16:56 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kegagalan Bukanlah Akhir"

Dwi Lestari Lukviana

Zahra adalah seorang mahasiswi dari Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta. Ia merupakan mahasiswi perantauan yang berasal dari Jawa Tengah. Dalam Kehidupan kesehariannya Zahra dikenal sebagai sosok yang sopan dan pemberani. Ia memiliki segudang prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Tidak hanya itu Zahra adalah anak yang sholehah, dan selalu berbakti kepada orangtua. Ia tidak pernah melupakan sholat 5 waktu serta berpuasa senin-kamis walaupun berada jauh dari pengawasan orang tuanya.

Ketika Zahra masih duduk dibangku SMA, ia sangat dikenali dilingkungan sekolahnya karena ia sering mengikuti perlombaan dan membawa pulang beberapa piala. Ia tidak pernah malu bertanya kepada gurunya tentang informasi perlombaan. Meskipun Zahra sering gagal juara namun ia tidak pernah menyerah dan terus mencoba kembali sampai pada akhirnya ia dapat membawa pulang beberapa gelar juara. Tak hanya berprestasi, ia juga termasuk siswa unggulan dikelasnya. Zahra selalu menempati ranking 2 Paralel di sekolahnya. Banyak teman-teman Zahra yang iri dengan Prestasi yang diraih oleh Zahra. Tidak hanya satu dua orang melainkan banyak siswa-siswi dari kelas lain yang membenci Zahra. Namun ia tidak pernah menghiraukan orang-orang yang membencinya, karena prinsip Zahra "Selagi tak merugikan orang lain bukanlah masalah besar".

Banyak yang mengira Zahra adalah orang yang Sombong dan judes, karena tampang wajahnya yang menyeramkan, namun setelah orang-orang mengenal Zahra ia dikenal dengan kepribadian yang baik, sopan, dan suka menolong. Kelas Zahra, dikenal sebagai kelas paling ambis dan paling solid. Zahra dikelilingi teman-teman yang baik serta pintar-pintar. Itulah yang membuat Zahra selalu bersemangat untuk datang ke sekeloah. Dari banyaknya kelas di sekolah, kelas Zahra dinobatkan sebagai kelas terbaik karena kekeluargaannya yang erat, kebersihan selalu terjaga, banyak orang-orang yang berprestasi dan juga siswa-siswinya yang ramah.

Setiap pulang sekolah, Zahra tidak pernah main kemana-mana kecuali ada kepentingan yang mendesak. Selepas pulang dan ganti baju ia langsung menuju ke kebun untuk membantu ibunya menyirami sayuran dan tanaman lainnya. Zahra bukan dari golongan orang yang mampu, ayahnya seorang buruh bangunan dan ibunya seorang petani, namun ia memiliki impian dan cita-cita untuk merubah perekonomian keluarganya. Itulah sebabnya Zahra ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dari kecil cita-cita Zahra ingin menjadi Chef muda dan memilki banyak bisnis kuliner. Namun ayahnya tidak mengizinkan Zahra untuk menekuni bidang kuliner.

Pada suatu hari tibalah waktunya pendaftaran perguruan tinggi di buka. Zahra di lema kebingungan jurusan apa yang harus ia ambil. Sedangkan teman-temannya sudah yakin dengan pilihannya masing-masing. Disisi lain Zahra ingin mengambil Jurusan di bidang kuliner sesuai yang ia minati, namun di sisi lain orang tuanya menyarankan jurusan yang lain. Akhirnya Zahra mendaftar di berbagai perguruan tinggi dengan jalur yang berbeda-beda. Pada suatu ketika Zahra dan teman-teman sekelasnya saling berbincang-bincang dan mensuport satu sama lain.

" Teman-teman semangat yaaaa, semoga kita di terima di perguruan tinggi yang kita inginkan". Ucap salah satu teman Zahra. Kemudian ada yang mengatakan " Guys kita harus tetap saling support ya, siapapun nanti yang keterima duluan  jangan lupa saling membantu "  " Siap pokoknya kita harus tetap kompak" sambung salah satu teman Zahra.

Setiap sholat, Zahra selalu berdoa agar diterima di salah satu perguruan tinggi yang ia inginkan. Tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri ia juga mendoakan teman-teman sekelasnya. Meskipun sudah tidak di sekolah komunikasi Zahra dan teman-temannya masih terjaga melalui Whattsapp. Setelah menunggu kurang lebih satu bulan akhirnya pengumuman pada jalur pertama dibuka, ternyata Zahra dinyatakan tidak  diterima, sedangkan beberapa temannya sudah mendapatkan kampus yang mereka inginkan. Zahra tidak mudah putus asa, ia mencoba  mendaftar beberapa kampus perguruan tinggi negeri dan juga swasta.

Satu persatu pengumuman di buka namun ternayata isinya selalu "Mohon maaf anda dinyatakan tidak diterima" satu kalimat itu membuat Zahra semakin terpuruk dan putus asa. Zahra selalu ingat dengan ucapan teman-temannya yang akan selalu ada untuk saling mensuport nyatanya setelah mereka mendapatkan kampus yang di inginkan Zahra dilupakan. Tidak ada satupun dukungan dari teman-teman Zahra. Akhirnya Zahra tidak menyerah ia tetap mencoba mendaftar pada jalur terakhir dengan jurusan yang ia inginkan selama ini. Namun Zahra mendaftar secara diam-diam karena jika ayahnya tau tidak akan diperbolehkan.

Zahra belajar lebih giat pada jalur terakhir ini dan menyerahkan apapun hasilnya kepada Allah Swt. Setiap sholat Zahra selalu menangis dan meminta jalan terbaik dari Allah. Pada suatu hari Zahra berkumpul bersama keluarganya membahas tentang kegagalan Zahra kemudian semua keluarga memberikan semangat agar tidak putus asa, namun Zahra sudah pasrah apapun hasilnya, yang Zahra ucapkan di depan keluarganya adalah " Ya Allah Zahra pasrah, di mana pun Zahra di terima asalkan dengan beasiswa, Zahra ikhlas lahir dan batin" ucap Zahra sambil menangis. Setelah itu Zahra masuk ke kamar dan memikirkan hal apa yang harus ia lakukan agar tetap bisa melanjutkan kuliah. Setelah berpikir panjang akhirnya Zahra memutuskan untuk mencoba tahun berikutnya jika hasil pengumuman jalur terakhir dinyatakan tidak diterima.

Setelah lama menunggu, akhirnya tiba waktu pengumuman, tetapi Zahra tidak berani membukanya sendiri melainkan kakaknya yang harus membuka pengumuman tersebut. Zahra di samping kakaknya hanya bisa berdoa sambil menutup mata. Dan ternyata hasil kali ini tidak mengecawakan, karena ia di terima di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta dengan jurusan seni kuliner. Jurusan yang selama ini ia inginkan. Zahra hanya bisa mengucapkan syukur alhamdulillah setelah ia di hantui banyak kegagalan. Kemudian Zahra memberi kabar gembira ini kepada kedua orang tuanya yang sedang berada di kebun. Setelah mendengar kabar tersebut kedua orang tuanya sangat bahagia dan akhirnya ayah Zahra memperbolehkan kuliah di bidang kuliner.

Beberapa minggu kemudian akhirnya Zahra meninggalkan kampung halaman untuk pertama kalinya dan merantau di Jakarta. Setiap masuk kuliah Zahra sangat menikmati praktek yang diajarkan oleh dosennya. Setelah beberapa bulan kuliah Zahra merasa biaya hidup di Jakarta sangat mahal, meskipun ia mendapat beasiswa, tetapi tidak cukup untuk hidup sehari-hari di kota. Karena tidak ingin membebankan kedua orang tuanya, Zahra berinisiatif untuk jualan makananan secara online. Setelah dipikirkan matang-matang akhirnya Zahra memutuskan untuk berjualan ayam geprek beserta minumannya. Zahra mulai mempromosikan melalui Whattsapp, instagram, facebook, dan melalui teman-temannya, dan ternyata banyak peminatnya. Zahra berjualan setelah pulang kuliah, tetapi sudah belanja sejak pagi. Seiring berjalannya waktu Zahra mulai mempromosikan melalui Go food, Grab food, dan Shopee food. Semakin lama berjualan akhirnya Zahra memutuskan untuk menambah menu baru seperti ayam goreng, ayam kremes dan nila goreng. Setiap hari Zahra memasak itu semua hanya di dalam kontrakan kecil yang ia sewa.

Setelah usahanya berjalan kurang lebih satu tahun, akhirnya uang Zahra terkumpul banyak dan cukup untuk menyewa kios serta merekrut karyawan. Tepat di semester ke lima Zahra sudah memiliki rumah makan sendiri atas hasil jerih payahnya selama ini. Meskipun sekarang hidup Zahra sudah berkecukupan ia tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat 5 waktu, sholat tahajud, dan puasa senin kamis. Tak hanya sukses di bisnis kulinernya Zahra tetap menjadi mahasiswa berprestasi di kampusnya. Kini Zahra dapat membuktikan bahwa gagal di awal bukan berarti gagal selamanya.

Selesai....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun