Mohon tunggu...
Dwi LestariLukviana
Dwi LestariLukviana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Life Goes On

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perempuan dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga Melalui Bisnis Makanan

6 Februari 2022   20:00 Diperbarui: 6 Februari 2022   20:05 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga Melalui Bisnis Makanan

Dwi Lestari Lukviana

Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia

Abstrak

Di era sekarang ini banyak dijumpai perempuan lajang ataupun menikah menjadi pekerja/wirausaha. Pada perempuan menikah wirausaha menjadi alternatif untuk tetap memiliki penghasilan namun di sisi lain juga ingin mengasuh anak. 

Pada penelitian ini akan menggali peran perempuan dalam meningkatkan perekonomian keluarga melalu bisnis makanan. Penelitian dilakukan di Kelurahan Bolo, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. 

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif wawancara mendalam terhadap tiga kriteria informan. Data wawancara kemudian diolah untuk memetakan pengaruh perempuan dalam meningkatkan taraf hidup keluarga.

Kata kunci: Perempuan, Wirausaha, Kesetaraan, Bisnis Makanan, Perekonomian

Pendahuluan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sensus penduduk tahun 2020, jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali adalah 1.054.362 Jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,37%. Mayoritas penduduk di kabupaten Boyolali yaitu penduduk berusia produktif. Kabupaten Boyolali terbagi menjadi 22 kecamatan, dengan jumlah penduduk yang bekerja di umur 15 tahun keatas sebanyak 220.734 Jiwa. 

Jumlah perempuan bekerja di Kabupaten Boyolali sebanyak 79.012 Jiwa baik itu berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar, maupun berusaha dibantu buruh tetap/ buruh dibayar. 

Kelurahan Bolo merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kabupaten Boyolali. Terletak 30 Km dari pusat kota. Menariknya terdapat puluhan hingga ratusan wirausahawan skala mikro yang bergerak pada bidang jasa makanan. Bidang jasa makanan tersebut cukup bervariasi, mulai dari pedagang keliling maupun pedagang pangkalan. 

Variasi usaha yang mereka lakukan pun berbeda-beda, mulai dari bubur sumsum, bakso, bubur ayam, mie ayam, hingga penjualan sayur-sayuran keliling. Selain itu, Kelurahan Bolo juga memiliki pasar tradisional di tengah desa. Menariknya hampir semua penjual adalah perempuan.

Hal ini membuat penulis penasaran apa yang melatarbelakangi para perempuan tangguh ini melakukan wirausaha saat fenomena sosial bergeser untuk mendomestikasi perempuan. Bagaimana peran perempuan dalam meningkatkan perekonomian keluarga dengan berwirausaha.

Hipotesa awal dari fenomena para perempuan turut bekerja/berwirausaha adalah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama yaitu biaya hidup yang kian mahal. Tak hanya kebutuhan pokok, bahkan kebutuhan lain seperti membeli alat kecantikan, pulsa HP, dan lain sebagainya turut memperberat pengeluaran keluarga.

Yang kedua adalah faktor mahalnya menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Faktor kedua pada hipotesa ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pendidikan menjadi sangat penting namun biaya pendidikan selalu bertambah menjadi lebih tinggi. Sudah menjadi lazim ketika semua orang tua menginginkan anaknya menjadi orang sukses dengan berpendidikan tinggi.. 

Namun semakin tinggi pendidikan semakin mahal pula biaya yang harus di keluarkan untuk menyekolahkan anak. Memang pemerintah memberikan beasiswa kepada anak yang kurang mampu namun tak semua anak mendapatkan hak tersebut. Sehingga membuat orangtua harus bekerja lebih ekstra demi membiayai anak sekolah.

Hipotesa tersebut menjadi dasar titik keberangkatan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Bolo.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penulis melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan beberapa informan sesuai dengan kriteria berikut:

Perempuan wirausaha berstatus single parent

Perempuan wirausaha berstatus menikah dengan suami bekerja/berwirausaha

Perempuan wirausaha berstatus menikah dengan suami tidak bekerja

Wawancara ini di lakukan di Dusun Bolo wetan RT 13 RW 04, Kelurahan Bolo, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali.

Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada pertanyaan ini

1. Apa jenis usaha anda?

2. Sudah berapa lama berwirausaha?

3. Kenapa memutuskan untuk berwirausaha?

4. Bagaimana perbedaan ekonomi sebelum dan sesudah berwirausaha?

5. Kesulitan yang dihadapi saat berwirausaha?

6. Jika diberi pilihan, mau jadi ibu rumah tangga atau tetap berwirausaha?

7. Apakah kualitas hidup lebih baik setelah berwirausaha atau tetap tidak ada  perubahan atau malah lebih buruk?

8. Apakah perempuan memiliki pengaruh terhadap ekonomi keluarga?

Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai 3 informan dengan kategori perempuan wirausaha berstatus single parent, perempuan wirausaha berstatus menikah dengan suami bekerja/berwirausaha, dan perempuan wirausaha berstatus menikah dengan suami tidak bekerja. 

Wawancara dilakukan terhadap 3 informan di kelurahan Bolo, Kecamatan Wonosegoro. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perempuan terhadap perekonomian keluarga.

Informan pertama yang peneliti wawancarai adalah Prita, seorang perempuan single parent berumur 24 tahun. Prita memiliki 1 orang anak laki-laki berumur 4 tahun. 

Setelah bertahun-tahun berpisah dengan mantan suami, Prita memutuskan untuk berjualan bubur sum-sum keliling demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Prita mulai berjualan kurang lebih 6 bulan yang lalu. Ia saat ini masih tinggal dirumah orang tua, bersama anak dan ayah kandung Prita. Sebelumnya ia bergantung pada kakaknya untuk memnuhi kebutuhan pangan setiap harinya. 

Meskipun usahanya relatif baru, Ia menilai keadaan ekonomi Prita berubah sangat signifikan. Ketika dulunya Ia sangat bergantung dengan kakaknya, saat ini Ia dapat memenuhi kebutuhan pokok dari penghasilan harian ia berjualan. 

Menurutnya berwirausaha sangat penting bagi kehidupannya, Ia menuturkan dulunya ingin membeli sesuatu tidak bisa tercapai karena keadaan ekonomi yang belum stabil tetapi setelah berwirausaha semua yang diinginkan Prita satu persatu mulai tercapai.

Bagi Prita menanggung biaya hidup sebagai tulang punggung cukup sulit. Dimana Ia berperan ganda sebagai pencari nafkah utama dan mengerjakan pekerjaan domestik Ia lakukan sendiri. 

Namun saat masih memulai berjualan prita Ia mengalami kesulitan alam mencari pelanggan, menurutnya Ia mengalami kesulitan karena tidak memiliki pengalaman berjualan keliling sama sekali. 

Sampai akhirnya Prita sekarang sudah memiliki banyak pelanggan. Secara keseluruhan Ia menilai kehidupannya menjadi jauh lebih baik dalam hal perekonomian. 

Ketika peneliti melontarkan pertanyaan jika Ia diberi pilihan apakah ingin menjadi Ibu Rumah Tangga penuh waktu atau tetap berwirausaha, Ia menjawab kedua pilihan itu menempatkan perempuan memiliki peran pada keduanya, dalam kata lain itu adalah peran seorang Ibu, jadi kalau disuruh memilih IRT atau berwirausaha Prita memilih keduanya.

Informan kedua memiliki kriteria lain, dimana Ia adalah seorang perempuan berwirausaha yang juga memiliki suami berwirausaha. Jannah, berumur 32 tahun, memiliki 3 orang anak, dua anak laki-laki di bangku SD dan 1 anak perempuan berumur kira-kira 2 tahun. 

Jannah memulai berjualan bubur sumsum sejak 9 tahun yang lalu, dia memutuskan untuk berjualan karena ingin membantu meringankan beban suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mewujudkan apa yang di inginkan anak-anak. Ia tidak sepenuhnya 9 tahun berwirausaha, Ia berhenti sementara saat melahirkan. 

Menurut Jannah Ia mengalami kesulitas saat ingin membeli bahan pokok seperti beras, lauk, dan lain sebagainya. Ia kerap kali harus sangat berhemat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Ia menilai setelah Ia berwirausaha kehidupan Jannah lebih baik dari sebelumnya. Ia dapat hidup berkecukupan, dapat menyekolahkan anak tanpa kesulitan, dapat membeli kendaraan roda dua, serta satu persatu keinginan Jannah dan keluarga mulai tercapai.

Perjalanan Ia berwirausaha juga tidak semudah yang Ia bayangkan. Ia mengalami kesulitan saat berjualan bubur sum-sum yaitu dia harus bangun lebih pagi untuk membuat bubur, lalu berkeliling ke daerah-daerah yang jaraknya cukup jauh dari rumah, Ia juga harus meninggalkan anak saat masih pagi buta.

Ketika ia berjualan, Ia berbagi peran dengan suaminya, suaminya akan mengasuh ketiga anaknya hingga Jannah selesai berjualan. Setelah itu mereka bergantian, giliran suaminya yang berjualan bakso keliling. Menurut Jannah berwirausaha sendiri itu sangat penting karena jika ingin membeli sesuatu tidak harus meminta suami. 

Jika dia berhadapan dengan pilihan untuk menjadi IRT atau tetap berwirausaha Ia memilih untuk tetap berwirausaha, karena dengannya Ia dapat menghasilkan uang sehingga sewaktu-waktu anak minta jajan atau Ia membutuhkan uang Ia memiliki uang sendiri. Menurutnya IRT hanya mengandalkan uang bulanan dari suami, jika terjadi apa-apa dia tidak memiliki uang sendiri.

Informan ketiga peneliti adalah seorang perempuan berumah tangga, berumur 31 tahun dan telah memiliki 2 orang anak, seorang anak perempuan sekolah di SMP dan seorang anak laki-laki duduk di bangku SD. Namanya Syarifah, penjual mie ayam yang mangkal di teras rumah. Ia memiliki suami yang tidak bekerja / berwirausaha. 

Syarifah merupakan tulang punggung di keluarganya. Ia mulai berjualan mie ayam selama kurang lebih 5 tahun. Syarifah memutuskan untuk berjualan mie ayam karena saat itu perekonomian keluarga Syarifah sangat sulit. Keluarganya memiliki hutang di beberapa bank swasta. 

Hampir setiap hari selalu saja ada orang yang menagih hutang. Keputusannya berjualan ternyata merupakan keputusan yang tepat. Karena masakannya yang sangat enak dan gurih membuat mie ayamnya sangat disukai oleh masyarakat, bahkan hingga masyarakat luar desa. 

Syarifah menilai semenjak Ia berjualan perekonomiannya mulai lebihh baikk, Ia dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Dan hal penting lainnya adalah Ia mampu mencicil hutang sedikit demi sedikit. 

Menurutnya kehidupannya saat ini sangat lebih baik, selain kebutuhan pokok terpenuhi, cicilan dapat dibayar, Ia juga dapat memberi uang jajan kepada anak-anaknya. Syarifah sangat berperan penting dalam perekonomian keluarganya. 

Jika Ia diberi pilihan Ia tetap ingin berwirausaha karena dengan berwirausaha Ia menghasilkan uang, oleh sebab itu Ia tidak perlu menengadahkan tangan kepada suami jika ingin membeli sesuatu yang Ia inginkan.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, perempuan berwirausaha memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian keluarga. Meskipun tidak mengenal istilah kesetaraan gender, perempuan-perempuan di pedesaan sangat dekat dengan tradisi dimana perempuan memiliki hak untuk berwirausaha. Perempuan yang memiliki kemauan untuk berwirausaha mampu mendorong perekonomian keluarga menjadi lebih baik, mampu mendukung arah kehidupan menuju sejahteraa, serta turut bekerja bersama dalam kehidupan berumah tangga.

Daftar Pustaka

https://boyolalikab.bps.go.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun