Mohon tunggu...
Dwi Handoko Saputro
Dwi Handoko Saputro Mohon Tunggu... Guru - Kehidupan itu sebuah cerita

Menulis bagian dari kehidupan yang manis dan nyata karena bagian sebuah cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Cobaan Masa Pandemi

21 April 2022   07:00 Diperbarui: 21 April 2022   07:04 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehidupan tahun 2020 merupakan hitungan genap dalam cobaan dan kenikmatan qolbu, sehingga muncullah pertanyaan mengapa dikatakan cobaan dan kenikmatan qolbu? 

Nah, dalam ilmu keimanan cobaan qolbu bagian dari tingkatan keimanan manusia terhadap sang pencipta, yang menghasilkan kenikmatan qolbu dalam pribadi manusia. 

Hitungan genap angka 2020 penjelmaan dari kenikmatan-cobaan-kenikmatan-cobaan. Sang pencipta memberikan kenikmatan kepada manusia agar mampu menjaga kenikmatan dengan keikhlasan dalam qolbu, apabila kenikmatan tidak terjaga maka akan menimbulkan cobaan dalam qolbu untuk mengingatkan manusia bersyukur, yang akhirnya akan menimbulkan kenikmatan kembali dalam qolbunya dibarengi dengan tingkat keimanannya kepada sang pencipta.

Masa pandemi terjadi diantara kenikmatan dan cobaan, mengapa demikian? Pada saat sebelum terjadi pandemi kehidupan manusia biasa-biasa saja, tetapi banyak kejadian yang bertentangan dengan agama, misalnya; merebaknya berita bohong, pembunuhan, pembegalan, perzinaan, sehingga manusia lupa akan kenikmatan yang diberikan kepada sang pencipta dan pada akhirnya sang pencipta memberikan cobaan dengan terjadinya pandemi (wabah corono) yang merubah seluruh sendi-sendi kehidupan manusia.

Pertama, dilihat dari sisi qolbu masa pandemi sebagai muhasabah/perenungan diri sendiri, dimana pemerintah melarang pergerakan manusia untuk menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan tidak keluar rumah agar tidak tertular wabah penyakit. 

Perlu digarisbawahi manusia tidak boleh keluar rumah, ini merupakan waktu yang paling tepat untuk melakukan perenungan diri (muhasabah) dapat berkumpul dengan keluarga, membaca kitab suci, dan berdzikir mendekatkan diri kepada sang pencipta, sehingga manusia dapat merenung akan qolbunya senatiasa membaca yang tersirat dalam kehidupan masyarakat seperti yang tertuang dalam kitab suci "IQRO" (bacalah)" maknanya;

-- Bacalah diri anda sendiri dalam qolbu keimanan

-- Bacalah anggota badanmu; mata, telinga, hidung, tangan, dan kaki digunakan untuk apa? Kebaikan atau kejelekan.

-- Bacalah lingkungan sekitarmu; udara, kesehatan, tetangga, hewan, dan tumbuhan sudah terjaga atau belum?

Perenungan qolbu inilah yang menimbulkan rasa syukur ikhlas dalam qolbu bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk yang hina dan penuh dosa dihadapan sang pencipta dan secara tidak kita sadari keimanan bertambah yang memunculkan rasa sabar dalam kenikmatan yang diberikan sang pencipta.

Kedua, dilihat dari sisi duniawi masa pandemi merupakan cobaan yang terberat karena melumpuhkan sendi-sendi perekonomian dunia, menimbulkan banyak kematian, memunculkan banyak pengangguran, dan menjauhkan rasa silaturahmi yang saling mencurigai antara manusia satu dengan yang lainnya. 

Pemikiran manusia pasti akan tertuju pada sulitnya mencari atau mengais rezeki, tetapi pemikiran tersebut berhubungan ilmu keimanan yaitu "rezeki makhluk hidup sudah diatur oleh sang pencipta yang tidak lepas dari usaha makhluk hidup itu sendiri", seperti kejadian singkat; ada seorang pekerja dan seorang pengangguran melakukan percakapan di teras rumah;

Pekerja : "Lagi ngapain," Mr.?"

Pengangguran : "Ini sedang merenungi nasib saya".

Pekerja : "Nasib jangan direnungi, Mr.!"

Pengangguran : "Terus, apa yang harus saya lakukan!", "kalau tidak merenungi?", "apalagi lagi masa pandemi begini," ga boleh keluar rumah".

Pekerja : "Berusaha...!", "Kita harus berusaha terlebih dahulu, "kalau sudah usaha, baru semuanya kita serahkan kepada sang pencipta dengan berdoa," justru saat-saat pandemi begini, kita bisa lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta," bukan kita menyerah, "kalau kita mau keluar rumah yang penting tanamkan keyakinan (keimanan) terlebih dahulu dalam qolbu, untuk mencari rezeki agar bisa sedekah."insyallah...!", sang pencipta akan menjauhkan kita dari wabah penyakit karena tujuan kita dunia-akherat."

Pengangguran : "Aamiiin,..."ooh...", begitu," ya!"

Pekerja : "Semoga sukses!".

Dari percakapan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa semua rezeki itu harus didahului dengan keimanan (kenyakinan) pada diri sendiri untuk memunculkan usaha yang dibarengi dengan munculnya kerja keras (etos kerja) dalam mencari rezeki dan tidak lepas dari mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan terus berdzikir menganggungkan asma-Nya. 

Senjata kenyakinan manusia merupakan senjata menuju kesuksesan didunia maupun diakherat, karena kenyakinan bagian dari keimanan manusia kepada sang pencipta bila manusia ingin sukses menuju akherat.

Saat masa pademi ini, marilah kita sebagai manusia melakukan perenungan atau bermuhasabah diri sendiri untuk meningkatkan keimanan qolbu dalam kehidupan sehari-hari tanpa lupa berdzikir dimana kita berada, dan dalam keadaan apapun sebagai wujud rasa syukur, karena sang pencipta Maha Melihat dan Mendengar apa yang telah kita lakukan didunia yang kita tempati ini, sebagai pesawat qolbu kita menuju syurga-Nya sang pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun