Globalisasi di masa kini menjadi sebuah keniscayaan dimana pertukaran poduk, pemikiran, bahkan budaya antar wilayah di dunia secara terbuka, mudah, dan hampir tanpa batasan. Percepatan arus globalisasi ditunjang dengan semakin majunya teknologi informasi dan kemudahan mayoritas masyarakat dunia, termasuk Indonesia dalam mengakses perangkat teknologi informasi tersebut.
Saat ini, betapa mudahnya kita mengetahui apa yang terjadi di belahan lain dunia hanya dengan beberapa ketikan di smartphone. Namun apakah derasnya arus globalisasi selalu berdampak baik bagi masyarakat, khususnya bagi ummat muslim di Indonesia ?
Perlu disadari bahwa globalisasi bukan sekedar kemudahan mengakses informasi maupun kemudahan melancong ke mancanegara, melainkan lebih banyak porsinya kepada transformasi pemikiran hingga budaya.
Masalahnya adalah, apakah semua pemikiran dan budaya yang berasal dari luar itu baik ? apakah sesuai dengan ajaran Islam maupun norma ketimuran yang selama ini menjadi landasan hidup kita, masyarakat Indonesia ? tentunya tidak!
Berbagai survei menunjukkan bahwa peningkatan kasus pergaulan bebas hingga perilaku menyimpang di Indonesia berkolerasi dengan tahun-tahun dimana globalisasi mulai massif terjadi diseluruh dunia.
Kita tentu mengingat bahwa sebelum masifnya globalisasi di negeri ini pria dan wanita yang belum menikah ketahuan berduaan saja dianggap aib oleh keluarga dan masyarakat lingkungannya sehingga umumnya mendapat sanksi sosial. Tapi kita lihat saat ini dimana hal yang sama terjadi ditempat umum sudah dianggap biasa, bahkan dipromosikan dengan 'amat baik' melalui industri hiburan.
Hal-hal semacam inilah yang kemudian menjadi marak karena terjadi sosialisasi masal yang didukung dengan pesatnya teknologi informasi, sehingga lambat laun dianggap biasa oleh masyarakat luas. Ketika suatu perilaku yang awalnya baru, kemudian terjadi pembiasaan di masyarakat maka dapat dikatakan sebagai transformasi budaya.
Namun amat memperihatinkan karena budaya yang dimaksud ini sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Ketika masyarakat, terlebih lagi pemuda dijauhkan dari nilai-nilai Islam, maka kehancuran peradabanlah yang akan terjadi. Bagaimana mungkin peradaban dapat Berjaya ditangan pemuda yang jauh dari nilai Islam ?
Memperhatikan fakta lapangan yang memperihatinkan, diperlukan solusi komprehensif dalam membentengi dan menyelamatkan generasi muda Islam dari dampak buruk globalisasi. Pendidikan Islam berlandaskan penguatan karakter dapat menjadi solusinya.
Setiap generasi muda Islam mestilah dibekali nilai-nilai Islam yang tertanam kuat dalam kepribadiannya sehingga secara mandiri dapat menangkal dampak buruk globalisasi sekaligus memanfaatkan dampak positifnya demi kemaslahatan ummat. Inti dari pendidikan karakter adalah pembiasaan secara terus menerus.