Mohon tunggu...
Dwi Fuztihana
Dwi Fuztihana Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca adalah jendela dunia, dan menulis adalah pintunya

Ibu bekerja, dengan 5 orang anak, yang ingin selalu belajar dan belajar. Hobby membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pak Tua Penjual Sapu yang Selalu Kutunggu

26 November 2020   15:05 Diperbarui: 28 November 2020   00:00 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak tua penjual sapu itu sering datang padaku. Kini, aku selalu menanti kehadirannya, bukan hanya karena sapunya yang akan kubeli, namun aku mengharapkan lebih dari itu. Meskipun kadang aku tak membutuhkan sapu, karena masih ada sapu di rumah, tapi aku tetap selalu menanti kehadirannya.

Dia datang bersama anaknya, membawa beberapa sapu dan kemoceng yang diikat jadi satu, serta membawa sebuah map berisikan daftar donatur yang sudah membantu. Biasanya ada beberapa orang penjual sapu seperti bapak ini, namun bapak tua ini beda. 

Ternyata beliau juga sering mencariku jika datang ke kantorku. Bila aku tak ada di tempat, beliau akan bertanya pada teman kerjaku, dan menungguku sampe aku datang. Ketika beliau datang ke kantor, menawarkan dagangannya, aku lebih sering memilih sapu daripada kemoceng. karena sapu lebih cepat rusak dari pada kemoceng. Akupun sering menanyakan keadaan beliau. 

"Baru kelihatan pak? kok lama tidak datang kesini." tanyaku mengawali pembicaraan.

"Iya bu, saya habis sakit selama 2 bulan." jawab beliau dengan mata yang masih sayu.

"Ya Allah...  sakit apa tho pak? apa sudah sehat beneran pak? kok udah keliling lagi." tanyaku dengan penuh penasaran.

"Alhamdulillah sudah bu,  ini saya hanya bawa kemoceng bu, sapunya lagi tidak dibuat. " jawab beliau mengalihkan pembicaraan seolah tidak ingin diketahui penyakinya.

"Oh ya udah pak, nggak papa, saya ambil kemocengnya aja."

Setelah aku keluarkan uang untuk membayar kemoceng, beliau selalu saja mengucapkan "terima kasih bu, semoga ibu sekeluarga selalu diberi kesehatan, keselamatan dan rezeki yang barokah."

"Aamiin... terima kasih pak. Doa yang sama buat bapak, semoga bapak selalu diberi kesehatan, keselamatan dan keberkahan.

" Mari bu....." pamit beliau sambil membawa barang dagangannya.

"Monggo pak, hati-hati di jalan." 

Mau tahu apa yang sering aku nantikan dari Pak Tua penjual sapu ini?

Selama aku bekerja di kantor, banyak para penjual yang bersliweran menawarkan dagangannya dari makanan, pakaian, buku-buku, dan lain sebagainya. Mereka rata-rata hanya mengucapkan terima kasih ketika aku membayar sejumlah uang atas barang yang aku beli, tetapi pak tua penjual sapu ini memang beda, tidak seperti penjual yang lainnya. 

Beliau selalu mendoakan pembelinya setelah kami menyelesaikan transaksi jual belinya. Mendoakan pembelinya dengan doa yang menurutku doanya adalah doa yang terbaik. Karena beliau selalu mendoakan pembelinya dengan doa "Semoga Ibu beserta keluarga selalu diberi kesehatan dan keselamatan, serta selalu dilimpahkan rezeki yang barokah."

Memang simpel doanya, tapi bagiku doa tersebut sudah meliputi segalanya. Doa sehat dan selamat. Karena sehat adalah nomor satu. Dengan keadaan kita yang sehat, kita bisa melakukan apa saja dan kita bisa memberi manfaat kepada orang lain. Kitapun bisa menjemput rezeki. Dan ketika kita sudah dilimpahkan rezeki, kita akan berharap bahwa rezeki yang kita terima itu bisa membawa berkah. Rezeki bukan hanya sekedar materi, karena rezeki bisa meliputi kesehatan, keselamatan, dikarunai anak-anak yang sholeh sholehah, disenangi teman-teman dan keluarga dan masih banyak lagi rezeki yang sudah kita terima. Karena rezeki itu luas maknanya.

Itulah mengapa aku sering menantikan kedatangan Pak Tua si penjual sapu tersebut. Aku selalu menantikan doanya. Aku ingin selalu didoakan semoga selalu diberi kesehatan, keselamatan dan keberkahan. Tiga hal itu adalah doa yang paling prioritas dari beberapa doa yang kupanjatkan. Karena tiga hal itu pula merupakan do'a yang sudah mencakup seluruh doa-doa yang lainnya .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun