Mohon tunggu...
Dwi Prio Setyawan SP
Dwi Prio Setyawan SP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Agribisnis/ Direktorat Pascasarjana/ Universitas Muhammadiyah Malang

Ini bukan mimpi, ini kenyataan saya

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Strategi Pemasaran Sayuran Hidroponik dalam Persepektif Ekonomi Makro dan Mikro

22 Juli 2022   08:20 Diperbarui: 22 Juli 2022   08:25 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Perubahan ekonomi di Indonesia telah mendorong minat investor untuk menanamkan modal di bidang usaha yang tidak didominasi komponen impor. Berdasarkan pertimbangan tersebut, agribisnis adalah salah satu peluang usaha yang potensial menghasilkan keuntungan. Mengacu pada aspek komersialisasi penuh yang menjadi ciri usaha agribisnis, keberhasilannya dapat dicapai jika perhatian manajemen tidak terfokus hanya pada sisi produksi, tetapi juga pada sisi pemasaran. Perubahan faktor ekonomi dan kependudukan mempengaruhi tingkat pendapatan dan pola konsumsi masyarakat. 

Secara umum ada beberapa hal yang mempengaruhi potensi keuntungan dalam agribisnis sayuran diantaranya adalah pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran akan gizi, peningkatan pendapatan atau taraf hidup, dan peluang ekspor. Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas budidaya sayuran di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Kondisi ini mengakibatkan harga sayuran pada umumnya rendah, tetapi dengan pemilihan segmen pasar yang tepat khususnya konsumen kelas ekonomi menengah keatas dapat menghasilkan fropitabilitas yang tinggi. 

Potensi keuntungan dan pemilihan segmen yang spesifik menciptakan persaingan antar produsen dan tingginya standar kerjasama yang ditetapkan pengecer. Produsen harus mampu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, seragam, bersih, menarik, dapat menyuplai secara kontinu sesuai permintaan dan persyratan lainnya. Produsen dapat menghasilkan sayuran berkualitas baik melalui penggunaan teknologi tepat guna, seperti pemakaian varietas unggul, teknik pemupukan berimbang, pemberantasan hama dan penyakit secara bijaksana, penanganan pasca panen yang baik, dan pembudidayaan secara hidroponik.

Aplikasi teknologi tersebut memerlukan peningkatan pengetahuan, ketekunan, dan
ketelitian, bahkan memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi dibanding dengan cara konvensional yang menghasilkan kualitas produk kurang baik. Secara logika produk sayuran
dengan kualitas dan kontinuitas yang lebih baik dapat dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi, sehingga biaya produksi yang lebih tinggi dapat ditutupi oleh tingkat harga jual yang lebih baik. Tetapi ada hal penting yang harus diperhatikan, hubungan antara kualitas dan harga juga sangat dipengaruhi oleh kesanggupan konsumen untuk membayar lebih tinggi untuk kualitas produk yang lebih baik dan layanan yang menyertai produk tersebut.Semakin besar kesediaan konsumen untuk membayar lebih, maka semakin terbuka kesempatan untuk

memasarkan sayuran berkualitas baik dengan harga yang lebih tinggi. Banyak jenis sayuran dengan kualitas yang diharapkan kurang dapat dikembangkan dengan pertanian konvensional. Salah satu cara produksi sayuran guna menghasilkan sayuran yang berkualitas baik adalah dengan jalan budidaya hidroponik. Dalam hal budidaya sayuran secara hidroponik, merupakan salah satu pelopor sayuran hidroponik di Indonesia yang membudidayakannya secara komersil.

Pembahasan 

 

Ekonomi Makro

1. Faktor Ekonomi

Kemajuan dibidang ekonomi berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat. Daya beli yang meningkat memberikan kesempatan lebih luas kepada konsumen dalam diferensiasi belanjaannya. Kondisi ini merupakan potensi yang baik bagi pemasaran
sayuran hidroponik saat ini dan lebih lagi dimasa mendatang. Hal ini membuktikan bahwa
kalaupun masih krisis tidak terjadi perubahan pola belanja yang signifikan terhadap sayuran hidroponik. Dampak negatif akibat krisis ekonomi adalah nilai tukar rupiah yang menurun
dan tidak stabil. Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyebabkan naiknya biaya operasi. Fluktuasi rupiah berdampak pada ketidakstabilan harga bahan baku produksi, di lain pihak harga jual kepada konsumen tetap.

2. Faktor Sosial

Sayuran hidroponik belum banyak dikonsumsi di Indonesia. Dijual hanya di swalayan tertentu dan karena harganya yang tinggi sehingga masih dikonsumsi konsumen tertentu yang jumlahnya tidak banyak dibanding konsumen sayuran yang dibudidayakan secara konvensional. Usaha sayuran hidroponik dalam skala besar di Indonesia masih tergolong baru. Konsumennya adalah masyarakat perkotaan dengan tingkat pendidikan sudah baik. Konsumsi sayuran hidroponik berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen. Pengetahuan akan bahaya pestisida dan teknologi budidaya modern mendukung permintaan sayuran hidroponik. Budaya belanja akan tetap dinamis dengan semakin majunya

perkembangan zaman. Orang semakin menghargai kualitas yang diwujudkan dengan kesediaan membayar harga yang lebih tinggi untuk kualitas yang lebih baik. Gaya belanja yang konsumtif dan keinginan untuk mengkonsumsi sesuatu yang berbeda merupakan potensi bagi pemasaran sayuran hidroponik. Penampilan sayuran hidroponik yang beda dan dengan kualitas yang lebih baik merupakan daya tarik di segmen ini.

3. Faktor Teknologi

Perubahan teknologi dapat menjadi pendorong kemajuan. Mewaspadai perubahan teknologi penting untuk menghindari keuangan dan mendorong inovasi. Masuknya teknologi sistem produksi yang relatif lebih baru dengan adanya aeroponik merupakan ancaman bersama. Sistem aeroponik berpotensi memposisikan diri sebagai sistem budidaya tercanggih saat ini di Indonesia dengan didukung kualitas produk yang dihasilkan. Antisipasi terhadap penyempurnaan teknik produksi dan pemasaran sangat penting. Sistem budidaya hidroponik dan green house yang dimiliki saat ini belumlah sistem yang terbaik. Masih besar kemungkinan datangnya produsen dengan teknologi produksi dan pemasaran yang lebih baik.

4. Ekologi

Budidaya hidroponik didukung dengan penggunaan green house berdampak pada kurangnya luasan penyerapan air oleh permukaan tanah. Air hujan tidak dapat diserap dengan baik di kebun sehingga terkumpul atau dialirkan ke selokan atau sungai. Sayuran hidroponik menggunakan plastik yang tidak ramah dengan linngkungan. 

Penggunaan plastik selain memberikan manfaat juga mengurangi kesan yang bersahabat dengan lingkungan. Hal positif dari penggunaan green house adalah tidak digunakannya pestisida. Hal ini juga menjadikan sayuran hidroponik memiliki daya jual yang lebih tinggi kepada konsumen yang peduli terhadap gangguan kesehatan akibat efek negatif penggunaan pestisida. 

Ancaman yang mungkin timbul akibat faktor alam pada budidaya hidroponik adalah kegagalan panen akibat curah hujan yang tinggi dan terus menerus yang berakibat terjadinya kelembaban yang tinggi sampai taraf tertentu yang tidak dapat ditoleransi oleh pertumbuhan sayuran. Dibanding sayuran yang dibudidayakan secara konvensional, sistem budidaya hidroponik dengan
penggunaan green house lebih mampu meminimalkan faktor negatif gejala alam

Ekonomi Mikro

  • Pesaing

Pesaing utama pengusaha bukan sesama produsen sayuran hidroponik tetapi dari hidroponik tetapi dari aeroponik produksi produsen X. Pada tahun 1999 perusahaan X sebagai pesaing yang paling potensial memasuki pasar dengan produk yang sama tetapi dengan sistem budidaya yang berbeda yaitu aeroponik. Dalam perkembangan berikutnya, sayuran ini mampu merebut sebagian pangsa pasar.


2. Pelanggan dan konsumen

 Pengecer yang menjadi pelanggan diantaranya sebagian pelanggan pada umumnya yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kualitas. Konsumen sayuran hidroponik pada umumnya berpendapatan tinggi. Harga sayuran hidroponik tergolong mahal dibanding sayuran sejenis yang dibudidayakan secara konvensional. Biaya produksi mahal dan dibebankan kepada harga sehingga konsumen berpenghasilan tinggilah yang lebih berpeluang membeli sayuran hidroponik. Konsumen sayuran hidroponik dapat dibedakan atas pasar sasaran primer dan pasar sasaran skunder. P

asar sasaran primer terdiri dari konsumen yang tergolong pemakai fanatik atau pemakai setia. Pemakai setia biasanya belanja sayuran hidroponik secara rutin. Bagi konsumen ini yang terpenting adalah kualitas. Kalaupun belum mengenal merek secara jelas, setidaknya telah mengenal sayuran dengan atribut yang dimiliki, khususnya kemasan. Segmen ini merupakan segmen yang menguntungkan yang membutuhkan pelayanan yang lebih baik. Pasar skunder terdiri dari konsumen yang bukan pemakai fanatik. 

Konsumen skunder ada yang sekali-kali membeli atau baru dalam tahap mencoba- coba. Masih banyak konsumen sayuran yang belum biasa menikmati sayuran hidroponik. Didukung dengan kemasan yang unik sebagian diantara konsumen potensial tersebut tertarik untuk mencoba membelinya. Hanya sayuran tergolong tinggi bagi kebanyakan orang merupakan penyebab utama sedikitnya pembeli sayuran hidroponik. Dan memang sayuran ini tidak ditargetkan untuk semua kalangan. Tetapi diantara sekali-sekali

membeli pada saat ini merupakan konsumen yang potensial dimasa depan atau membantu memancing konsumen lainnya. Konsumen skunder jumlahnya banyak tetapi sumbangannya rendah terhadap total penjualan. Tetapi pasar ini tidak diabaikan dengan pertimbangan konsumen skunder terkadang membutuhkan waktu untuk mengkonsumsi lebih banyak atau setelah memiliki daya beli yang cukup. Kategori ini antara lain konsumen masih muda dengan tingkat penghasilan yang belum tinggi. Pasar skunder dapat juga menjadi pemberi pengaruh pada konsumen lain sehingga bersedia mencoba membeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun