Mohon tunggu...
Dwi Elyono
Dwi Elyono Mohon Tunggu... Dosen - Pencari

Penerjemah bhs Inggris bhs Indonesia/bhs Jawa; peneliti independen dlm kajian penerjemahan, kajian Jawa, dan semantik budaya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pengembangan Wisata Kota di Madiun Berbasis Jalur Pedestrian

17 November 2017   23:24 Diperbarui: 18 November 2017   00:12 2055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut alternatif penataan jalur pedestrian yang bisa diterapkan di Madiun. Alun-alun Kota Madiun dan bekas Pendopo Kabupatan Madiun dijadikan titik sentral wisata, semacam Kraton di Jogja dan Federation Square-Flinders Station di Melbourne.

Jalan Pahlawan mulai dari perempatan Gereja Katolik Santa Maria sampai perempatan Tugu, jalur pedestrian di kedua sisinya diperlebar menjadi masing-masing 6 meter, dengan menyisakan di tengah, jalur aspal dua lajur, satu arah ke selatan, untuk kendaraan. Poros ini diberi nama Poros Pahlawan, dan menjadi semacam Malioboronya Madiun, karena poros ini pusat jalan-jalannya Madiun, dan memiliki mall-mall besar Matahari, Sri Ratu, dan Samudra.

Jalan Cokroaminoto dari perempatan tugu sampai perempatan di selatan Kelenteng Madiun, jalur pedestrian sisi timurnya, yang dipangku Kelenteng, dilebarkan menjadi 6 meter. Poros ini diberi nama Poros Kelentang. Poros ini adalah titik kunci daerah Pecinan Madiun, yang sangat potential menjadi tujuan wisata utama. Di dan dari Poros Kelenteng ini wisatawan bisa melihat-lihat rumah-rumah kuno dan berwisata kuliner, selain tentunya mengunjungi Kelenteng Madiun yang unik itu.

Jalan Kolonel Marhadi, mulai dari perempatan Jalan Ahmad Yani, melintas di depan Alun-Alun Madiun, sampai perempatan tugu, jalur pedestrian sisi utaranya, yang menempel alun-alun dilebarkan menjadi 6 meter. Poros ini diberi nama Poros Alun-Alun. Di poros ini, wisatawan, selain tentunya bisa berwisata ke Alun-Alun Madiun, juga bisa berwisata religi ke Masjid Agung Madiun yang memiliki arsitektur menarik itu.

Jalan Pangliman Sudirman, mulai dari perempatan Tugu sampai pertigaan di sebelah timur Pasar Besar Madiun, jalur pedestrian sisi selatannya, yang menempel ke Pasar Besar dilebarkan menjadi 6 meter. Poros ini diberi nama Poros Pasar Besar.

Bisa kita lihat, Poros Pahlawan, Poros Kelenteng, Poros Alun-alun, dan Poros Pasar Besar bertemu di perempatan Tugu. Karena strategisnya perempatan Tugu ini, perlu dibangun di sini semacam Federation Squarenya Melbourne atau Square Benteng Vredeburgnya Jogja, di mana wisatawan dan warga bisa nyantai, ngopi, ngobrol, sambil menikmati 'kesemrawutan yang indah.'

Di masing-masing poros wisata juga perlu dibangun Square. Di Poros Pahlawan, Squarenya bisa dibangun di utara Matahari. Di Poros Alun-Alun, bisa di sisi timur alun-alun. Di Poros Kelenteng, bisa di titik sebelum perempatan selatan Kelenteng. Di Poros Pasar Besar, bisa di depan Pasar Besar.

Tentu saja pembangunan jalur pedestrian ini perlu dibarengi dengan penataan ulang kios-kios atau warung-warung yang telah ada di jalur pedestrian lama. Jalur pedestrian juga perlu dipercantik dengan karya-karya seni, misal patung, mural, atau taman.

Tentu saja, jalur pedestrian di seluruh sisi Alun-Alun Madiun, bukan hanya di sisi selatan yang menempel Poros Alun-Alun, perlu juga dilebarkan menjadi 6 meter. Kios-kios dan warung-warung di sekeliling alun-alun yang kini benar-benar memakan habis jalur pedestrian perlu ditata ulang dengan cara yang menguntungkan pedagang dan pengunjung.

Kampung-kampung kuno di sekeliling alun-alun, termasuk Kampung Kauman, Kampung Dawet Suronatan, dan kampung di sekeliling bekas Pendopo Kabupaten bisa dikembangkan menjadi kampung wisata, semacam kampung batik di sekitar Tamansari Jogja. Bekas Pendopo Kabupaten tentu saja wajib dikembangkan menjadi tempat wisata utama, menjadi semacam keratonnya Madiun.

Tempat parkir induk bisa dibangun di sebelah Taman Kali Bantaran. Dan Taman Kali Bantaran perlu dioptimalkan menjadi taman yang representatif, menjadi seperti Taman Ketabang Kali di Surabaya. Berawal dari tempat parkir yang terletak di ujung barat Poros Alun-Alun ini, pengunjung bisa berjalan kaki menjelajah keempat poros wisata Madiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun