Melbourne berulang kali dan berturut-turut terpilih sebagai kota terbaik di dunia 'to live in.' Kota ini kota paling nyeninya Australia (sampai gang-gangnya dilukis abis). Dan Melbourne adalah salah satu pusat pendidikan di Australia. Ada University of Melbourne dan Monash University di sana, dua universitas top dunia.
Mirip Melbourne, Jogja adalah salah satu kota paling nyaman di Indonesia untuk tempat tinggal. Juga kota dengan budaya dan seni yang kuat. Dan juga salah satu pusat pendidikan di Indonesia. Ada UGM, Sanata Dharma, dan universitas-universitas top lainnya di sana.
Melbourne dan Jogja sama-sama memiliki wisata kota mendunia. Wisata kota di Melbourne terpusat di Federation Square-Flinders Station. Tempat-tempat landmark Melbourne berada di titik wisata sentral ini, yaitu Flinders Station dengan kubah kuningnya yang eksotis, Federation Square dengan arsitektur gilanya, dan Princess Bridge dengan Yarra Rivernya yang cantik.
Berawal dari Princess Bridge, wisatawan bisa menelusuri Poros Wisata Yarra, sepanjang tepian tepian Yarra River sampai Melbourne Docklands, pelabuhan di ujung barat Sungai Yarra.
Jalur pedestrian (jalur pejalan kaki) di sepanjang sungai dibuat sangat lebar dan nyaman, penuh karya seni, seperti patung, instalasi, mural, dan jembatan-jembatan dengan arsitektur berani. Kafe-kafe diposisikan di titik-titik strategis. Keindahan Yarra River berpadu dengan gedung-gedung pencakar langit di kedua sisi sungai.
Di Melbourne docklands, wisatawan disuguhi pemandangan deretan perahu layar yang tertambat di dermaga dan gedung-gedung pencakar langit. Bila jalur pejalan kaki di Yarra River terbuat dari batu granit, di Docklands terbuat dari balok kayu, yang memberikan sensasi tersendiri, seperti berjalan di pelabuhan Canggu, Mojopahit!
Berjalan dari Federation Square ke utara, wisatawan bisa mampir ke tempat-tempat wisata terkemuka, seperti the Victoria Library dengan pilar-pilar dan kubahnya yang menawan, China Town, dan mall-mall besar. Di ujung utara, pemandangan kampus University of Melbourne, yang penuh dengan gedung-gedung kuno yang indah, bisa dinikmati. Seperti di Poros Yarra, di Poros Utara ini wisatawan dimanjakan dengan jalur pedestrian yang sangat lebar dan nyaman.
Bila di Melbourne, titik sentral wisatanya adalah Federation Square-Flinders Station, di Jogja, Keraton Kasultanan titik sentralnya. Poros wisata Jogja berawal dari Stasiun Tugu (sama dengan poros-poros wisata Melbourne, yang berawal dari sebuah stasiun, yaitu Flinders Station), ke selatan menjelajah Jalan Malioboro, sampai ke Keraton. Di dan dari Poros Tugu-Malioboro-Keraton ini, yang dilengkapi dengan pedestrian lebar, nyaman, dan indah, wisatawan bisa mengunjungi tempat-tempat wisata utama Jogja, seperti Taman Air Tamansari, Masjid Kraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg, Pasar Tradisional Beringharjo, dan tentunya warung-warung kuliner tradisional sepanjang Malioboro.
Satu faktor kunci keberhasilan Jogja dan Melbourne dalam mengembangkan wisata kota adalah perhatian mereka yang besar terhadap pejalan kaki. Berwisata identik dengan berjalan kaki senyaman mungkin, dan seaman mungkin, sambil melihat-lihat dan merasakan keindahan atau keunikan tempat-tempat wisata. Konsep wisata yang demikian ini benar-benar disadari oleh Jogja dan Melbourne.
Kunci sukses Jogja dan Melbourne ini bisa diterapkan dalam mengembangkan wisata kota di Madiun. Mengapa Madiun? Mengapa perlu mengembangkan wisata kota di Madiun? Madiun adalah kota terbesar di Jawa Timur bagian barat, khususnya di Madiun Raya, yang meliputi Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ponorogo. Banyak wisatawan yang dalam perjalanannya menuju Magetan (yang terkenal dengan wisata alamnya), Ponorogo (yang terkenal dengan wisata religinya), dan daerah-daerah lain di Madiun Raya sering transit di Madiun. Dan ada banyak perguruan tinggi di Madiun, seperti Politeknik Negeri Madiun dan Universitas PGRI Madiun. Juga ada banyak industri di Madiun Raya. Hal ini membuat Madiun dikunjungi banyak orang untuk urusan wisata, pendidikan, dan bisnis. Potensi pengunjung yang besar ini membuat wisata kota layak dikembangkan di Madiun.
Wisata kota adalah wisata yang memadukan berbagai tempat yang berdekatan di dalam kota yang berpotensi menjadi tujuan wisata, seperti mal, pasar tradisional, alun-alun, dan tempat ibadah. Tempat-tempat berpotensi wisata ini bisa dipadukan, antara lain, dengan pembangunan jalur pedestrian yang tidak terputus, lebar, aman, dan nyaman.
Berikut alternatif penataan jalur pedestrian yang bisa diterapkan di Madiun. Alun-alun Kota Madiun dan bekas Pendopo Kabupatan Madiun dijadikan titik sentral wisata, semacam Kraton di Jogja dan Federation Square-Flinders Station di Melbourne.
Jalan Pahlawan mulai dari perempatan Gereja Katolik Santa Maria sampai perempatan Tugu, jalur pedestrian di kedua sisinya diperlebar menjadi masing-masing 6 meter, dengan menyisakan di tengah, jalur aspal dua lajur, satu arah ke selatan, untuk kendaraan. Poros ini diberi nama Poros Pahlawan, dan menjadi semacam Malioboronya Madiun, karena poros ini pusat jalan-jalannya Madiun, dan memiliki mall-mall besar Matahari, Sri Ratu, dan Samudra.
Jalan Cokroaminoto dari perempatan tugu sampai perempatan di selatan Kelenteng Madiun, jalur pedestrian sisi timurnya, yang dipangku Kelenteng, dilebarkan menjadi 6 meter. Poros ini diberi nama Poros Kelentang. Poros ini adalah titik kunci daerah Pecinan Madiun, yang sangat potential menjadi tujuan wisata utama. Di dan dari Poros Kelenteng ini wisatawan bisa melihat-lihat rumah-rumah kuno dan berwisata kuliner, selain tentunya mengunjungi Kelenteng Madiun yang unik itu.
Jalan Kolonel Marhadi, mulai dari perempatan Jalan Ahmad Yani, melintas di depan Alun-Alun Madiun, sampai perempatan tugu, jalur pedestrian sisi utaranya, yang menempel alun-alun dilebarkan menjadi 6 meter. Poros ini diberi nama Poros Alun-Alun. Di poros ini, wisatawan, selain tentunya bisa berwisata ke Alun-Alun Madiun, juga bisa berwisata religi ke Masjid Agung Madiun yang memiliki arsitektur menarik itu.
Jalan Pangliman Sudirman, mulai dari perempatan Tugu sampai pertigaan di sebelah timur Pasar Besar Madiun, jalur pedestrian sisi selatannya, yang menempel ke Pasar Besar dilebarkan menjadi 6 meter. Poros ini diberi nama Poros Pasar Besar.
Bisa kita lihat, Poros Pahlawan, Poros Kelenteng, Poros Alun-alun, dan Poros Pasar Besar bertemu di perempatan Tugu. Karena strategisnya perempatan Tugu ini, perlu dibangun di sini semacam Federation Squarenya Melbourne atau Square Benteng Vredeburgnya Jogja, di mana wisatawan dan warga bisa nyantai, ngopi, ngobrol, sambil menikmati 'kesemrawutan yang indah.'
Di masing-masing poros wisata juga perlu dibangun Square. Di Poros Pahlawan, Squarenya bisa dibangun di utara Matahari. Di Poros Alun-Alun, bisa di sisi timur alun-alun. Di Poros Kelenteng, bisa di titik sebelum perempatan selatan Kelenteng. Di Poros Pasar Besar, bisa di depan Pasar Besar.
Tentu saja pembangunan jalur pedestrian ini perlu dibarengi dengan penataan ulang kios-kios atau warung-warung yang telah ada di jalur pedestrian lama. Jalur pedestrian juga perlu dipercantik dengan karya-karya seni, misal patung, mural, atau taman.
Tentu saja, jalur pedestrian di seluruh sisi Alun-Alun Madiun, bukan hanya di sisi selatan yang menempel Poros Alun-Alun, perlu juga dilebarkan menjadi 6 meter. Kios-kios dan warung-warung di sekeliling alun-alun yang kini benar-benar memakan habis jalur pedestrian perlu ditata ulang dengan cara yang menguntungkan pedagang dan pengunjung.
Kampung-kampung kuno di sekeliling alun-alun, termasuk Kampung Kauman, Kampung Dawet Suronatan, dan kampung di sekeliling bekas Pendopo Kabupaten bisa dikembangkan menjadi kampung wisata, semacam kampung batik di sekitar Tamansari Jogja. Bekas Pendopo Kabupaten tentu saja wajib dikembangkan menjadi tempat wisata utama, menjadi semacam keratonnya Madiun.
Tempat parkir induk bisa dibangun di sebelah Taman Kali Bantaran. Dan Taman Kali Bantaran perlu dioptimalkan menjadi taman yang representatif, menjadi seperti Taman Ketabang Kali di Surabaya. Berawal dari tempat parkir yang terletak di ujung barat Poros Alun-Alun ini, pengunjung bisa berjalan kaki menjelajah keempat poros wisata Madiun.
Jika konsepsi wisata kota Madiun berbasis jalur pedestrian ini benar-benar terwujud, Madiun akan menjadi kota kedua di Indonesia setelah Jogja yang memiliki surga pejalan kaki. Dan tentu saja, penambahan kunjungan wisatawan sebagai dampak dari dikembangkannya wisata kota, akan semakin menggairahkan ekonomi Madiun.
Akankah ada walikota Madiun yang berani mengembangkan wisata kota berbasis jalur pedestrian ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H